Sabtu, 11 Februari 2012

Spirit Se*sual 2 Monumen Peninggalan Presiden Soekarno

Gonjang-ganjing rencana pembangunan Gedung Baru DPR-RI, ternyata menyingkap berbagai tanggapan dan tafsiran. Tanggapan itu muncul dari berbagai kalangan mulai dari abang becak hingga pejabat tinggi dan para aktivis. Kesimpulannya, rakyat menolak dengan tegas rencana pembangunan yang semula bernilai Rp1,7 triliun kemudian ditekan menjadi Rp777 miliar. Sedangkan soal tafsir menafsir, muncul dari kalangan tertentu, baik seniman, wartawan maupun aktivis.
Satu hal yang menarik adalah apa yang terungkap dalam acara Mata Najwa Metro TV Rabu 11 Mei 2011. Dalam acara ini dibahas latar belakang dan nilai filosofis pembangunan berbagai menara mencusuar (baca monumen) yang dibangun sejak zaman Presiden Soeharto hingga SBY.
Yang menarik dalam dialog tersebut adalah analisis dari Roso Daras yang mengatakan, bahwa dua proyek mercusuar Bung Karno masing-masing Monumen Nasional (Monas) dan Gedung Canefo (sekarang gedung DPR-RI) menampilkan ciri jenis kelamin. Monas memperlihatkan kelelakian dalam model mirip alat kelamin laki-laki, sedangkan gedung Conefo menampilkan ciri wanita berupa sepasang buah dada.
Benar juga ya.... Mungkinkah ini merupakan respirasi seorang Soekarno yang gila perempuan? Apakah Soekarno ingin mengabadikan kelelakiannya dengan membangun Monas dan mengabadikan kegilaannya terhadap perempuan dengan membangun gedung Conefo (sekarang menjadi gedung DPR-RI)
Satu hal yang jauh lebih fenomenal dari inspirasi Soekarno adalah ketika Gedung DPR-RI yang bersimbol payudara perempuan ternyata di dalamnya ada anggota DPR yang melakukan rapat "PARIPORNO" alias buka situs porno saat sidang dewan. hehehe. Cocok benar, nih. Kayaknya si anggota DPRD ikut terinspirasi oleh spirit seksual Bung Karno.

Video Politik Mercusuar DI SINI
DI SINI



Apa kata Roso Daras tentang proyek Bung Karno? Ini kutipan dari blognya Roso Daras.

Hampir semua rakyat Indonesia mengetahui Tugu Monas… demikian pula Masjid Istiqlal, dan tentu saja Gedung DPR-MPR RI. Akan tetapi, berani bertaruh, tidak sampai sepertiga rakyat Indonesia yang mengetahui detail sejarah pendiriannya. Bahkan, warga Ibukota Jakarta yang setiap hari hilir-mudik di jembatan Semanggi, melintasi Patung Dirgantarai (Pancoran), Patung Pak Tani, Tugu Selamat Datang di Bundaran HI, Patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, dan masih banyak lagi situs lainnya, sangat sedikit yang memahami latar belakang sejarah berdirinya situs-situs tersebut.

Alhasil, topik mengupas situs-situs peninggalan Bung Karno dalam kemasan “Politik Mercusuar” di acara Mata Najwa Metro TV, Rabu 11 Mei pukul 22.05 nanti malam, menjadi moment penting dalam pembelajaran bersama tentang sejarah bangsa kita. Seperti berulang kali Bung Karno sering menegaskan, “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”… sebab bangsa yang melupakan sejarah, akan menjadi bangsa yang “vacuum”, bangsa yang akan berjalan di kegelapan tanpa lentera.

Istiqlal menyiratkan rasa bangga, rasa nasionalisme yang tinggi, dan tentu saja pembelajaran akan filosofi agama yang dalam. Tugu monas menggelorakan rasa persatuan dan respek terhadap perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. Gedung DPR yang dirancang sebagai gedung Conefo tahun 1966, adalah simbol kemandirian kita sebagai bangsa besar, yang tidak mau didikte oleh kekuatan asing mana pun. Jembatan semanggi adalah lambang persatuan, lambang ikatan persaudaraan yang membuat Indonesia bisa bersatu meski berbagai suku, beragam agama, budaya dan adat istiadatnya.

Nah, sekalipun hanya sekelumit, setidaknya Mata Najwa nanti malam sedia melambungkan nostalgi kita ke era kejayaan masa lalu. Mata Nanti malam akan memberi referensi yang sangat berarti bagi generasi penerus.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar