Selasa, 12 Juli 2011

Kisah Cindua Mato


(Cerita rakyat dari Sumatera Barat)

Long ago there lived a queen reputedly named Bundo Kanduang created simultaneously with the universe (Minang language = Samo jo tajadi alamko). The queen have the leadership that is comparable to the King Rum, King of China and the King of the Sea.

At one point tells a Bundo Kanduang ladies, Kembang Bendahari, to wake his son Dang Tuanku, who slept on the bridge of the palace. But Kembang Bendahari refused the order, because Dang Tuanku Raja Alam is a powerful. Because Kembang Bendahari refused his orders, and then
Bundo Kanduang wake itself  Dang Tuanku.

To Dang Tuanku, Bundo Kanduang said that the Bendahara was having a rink at his country Sungai Tarab, to choose a husband for her daughter. Because the this event will be visited by many princes, marah and Sutan, and son of prominent people. Dang Tuanku and Mato Cindua should participate in it.

To Dang Tuanku, Bundo Kanduang ordered to inquire whether the Bendahara will receive Cindua Mato as the husband of his daughter, Puti Lenggo Geni.


Dulu kala konon hidup seorang ratu bernama Bundo Kanduang yang tercipta bersamaan dengan alam semesta ini (bahasa Minang = samo tajadi jo alamko). Sang ratu memilki kepemimpinan yang sebanding dengan Raja Rum, Raja Tiongkok dan Raja dari Laut.


Pada suatu ketika Bundo Kanduang menyuruh seorang dayangnya, Kembang Bendahari, untuk membangunkan putranya Dang Tuanku, yang tidur di anjungan istana.  Namun Kembang Bendahari menolak perintah itu, karena Dang Tuanku adalah Raja Alam seorang yang sakti. Karena Kembang Bendahari menolak perintahnya, Bundo Kanduang lalu membangunkan sendiri Dang Tuanku.

Kepada Dang Tuanku, Bundo Kanduang mengatakan bahwa Bendahara sedang mengadakan gelanggang di nagarinya Sungai Tarab, untuk memilih suami buat putrinya. Karena gelanggang tersebut akan dikunjungi banyak pangeran, marah dan sutan, dan putra orang-orang terpandang. Dang Tuanku dan Cindua Mato seharusnya ikut serta di dalamnya.
Bundo Kanduang memerintahkan Dang Tuanku untuk menanyakan apakah Bendahara akan menerima Cindua Mato sebagai suami dari putrinya, Puti Lenggo Geni.

Setelah menerima pengajaran tentang adat Minangkabau dari Bundo Kanduang, Dang Tuanku, Cindua Mato dan para pengiringnya berangkat ke Sungai Tarab.
Di Sungai Tarab mereka disambut oleh Bendahara. Dang Tuanku bertanya apakah Bendahara bersedia menerima Cindua Mato yang "bodoh dan miskin sebagai menantunya. Sebenarnya Cindua Mato adalah calon menantu ideal, dan karena itu lamaran tersebut diterima. 


Dang Tuanku kemudian berbincang-bincang dengan Bendahara, yang merupakan ahli adat di dalam Basa Ampek Balai, membahas adat Minangkabau dan apakah telah terjadi perubahan dari adat nenek moyang. Menurut Bendahara prinsip-prinsip yang diwariskan dari perumus adat Datuk Ketemanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang tetap tak berubah. 


Sementara itu Cindua Mato mendengar pergunjingan di pasar bahwa Puti Bungsu, tunangan Dang Tuanku, akan dinikahkan dengan Imbang Jayo, Raja Sungai Ngiang, sebuah negeri di rantau timur Minangkabau. Menurut kabar itu, di sana tersebar berita bahwa Dang Tuanku diasingkan karena menderita penyakit.
Puti Bungsu adalah putri Rajo Mudo, saudara Bundo Kanduang, yang memerintah sebagai wakil Pagaruyung di Ranah Sikalawi, tetangga Sungai Ngiang. 


Ketika menemukan bahwa cerita ini disebarkan oleh kaki tangan Imbang Jayo, Cindua Mato bergegas mendesak Dang Tuanku untuk meminta permisi pada Bendahara dan kembali ke Pagaruyung. Gunjingan seperti itu adalah hinaan kepada Raja Alam.
Di Pagaruyung Cindua Mato menceritakan Dang Tuanku dan Bundo Kanduang apa yang didengarnya di pasar. Bundo Kanduang naik pitam, namun sebelum bertindak dia mesti berunding dulu dengan Basa Ampek Balai. 


Dalam rapat-rapat berikutnya para menteri tersebut berusaha menengahi Bundo Kanduang pada satu pihak, yang tak dapat menerima hinaan dari saudaranya, dan Dang Tuanku beserta Cindua Mato pada pihak lain, yang menganjurkan kesabaran. Pertemuan tersebut berakhir dengan kesepakatan bahwa Cindua Mato akan berangkat sebagai utusan Bundo Kanduang dan Dang Tuanku ke Sikalawi, dengan membawa Sibinuang, seekor kerbau sakti, sebagai mas kimpoi untuk Puti Bungsu. 


Dengan menunggang kuda sakti, Si Gumarang, dan ditemani kerbau sakti, Si Binuang, Cindua Mato berjalan menuju Ranah Sikalawi. Di perbatasan sebelah timur, di dekat Bukit Tambun Tulang, dia menemukan tengkorak-tengkorak berserakan. Setelah membacakan jampi-jampi, dan berkat tuah Dang Tuanku, tengkorak-tengkorak tersebut mampu menceritakan kisah mereka. Mereka sebelumnya adalah para pedagang yang bepergian melalui bukit Tambun Tulang dan dibunuh para penyamun. Mereka mendesak Cindua Mato untuk berbalik dan kembali, namun Cindua Mato menolak. 

Tak lama sesudahnya para penyamun menyerang, namun dengan bantuan Si Binuang, ia berhasil mengalahkan mereka. Para penyamun tersebut mengaku bahwa Imbang Jayo, raja Sungai Ngiang, mempekerjakan mereka tak hanya buat memperkaya dirinya, tetapi juga untuk memutus hubungan antara Pagaruyung dan Rantau Timur, dan dengan demikian melempangkan rencananya untuk mengawini Puti Bungsu. 

Kedatangan Cindua Mato menggembirakan keluarga Rajo Mudo, yang berduka mendengar kabar penyakit Dang Tuanku. Kehadiran Cindua Mato dianggap sebagai pertanda restu Bundo Kanduang atas perkimpoian (komitmen antara dua orang yang tidak boleh disalahgunakan) yang hendak dilangsungkan. Dengan berpura-pura kesurupan Cindua Mato berhasil bertemu empat mata dengan Puti Bungsu tanpa memancing kecurigaan keluarga Rajo Mudo. Mereka percaya hanya Puti Bungsu saja yang mampu menenangkannya. Cindua Mato bertutur pada Puti Bungsu bahwa Dang Tuanku mengirimnya untuk membawanya ke Pagaruyung, karena ia sudah ditakdirkan untuk menikah dengan Dang Tuanku. 


Dalam pesta perkimpoian yang berlangsung, saat Imbang Jayo tengah berperan sebagai pengantin pria, Cindua Mato melakukan hal-hal ajaib yang menarik perhatian lain dan menculik Puti Bungsu. Cindua Mato membawanya ke Padang Ganting, tempat Tuan Kadi, anggota Basa Ampek Balai yang mengurus soal-soal keagamaan bersemayam. 


Dengan menculik Puti Bungsu Cindua Mato telah melanggar hukum dan melampaui wewenangnya sebagai utusan Pagaruyung. Tuan Kadi lalu memanggil anggota Basa Ampek Balai lainnya untuk membahas pelanggaran yang dilakukan Cindua Mato. Pada pertemuan yang diadakan, Cindua Mato menolak menjelaskan perbuatannya. Basa Ampek Balai lalu menceritakan kejadian ini pada Bundo Kanduang, yang murka pada kelakuan Cindua Mato. Namun ia masih tetap menolak menjawab. 


Keempat menteri ini lalu memutuskan berunding dengan Raja Nan Duo Selo, Raja Adat dan Raja Ibadat. Keduanya, mengetahui latar belakang kejadian tersebut, sambil tersenyum menyuruh keempat menteri tersebut menyerahkan keputusan kepada Dang Tuanku, Raja Alam. 


Pada pertemuan berikutnya perdebatan terjadi antara Bundo Kanduang, yang berteguh mempertahankan adat raja-raja, dan Dang Tuanku, yang menganjurkan memeriksa alasan di balik tindakan Cindua Mato. Imbang Jayo telah menghina Dang Tuanku dengan berusaha mengawini tunangannya, dan menceritakan fitnah. Sekarang giliran Imbang Jayo buat dihina. Imbang Jayo juga mempekerjakan penyamun untuk memperkaya dirinya dan memutus hubungan antara Minangkabau dan rantau timurnya.
Cindua Mato tak layak dihukum karena dia hanya alat untuk utang malu dibayar malu. Cindua Mato dilepaskan dari hukuman, dan rapat itu kemudian membahas perkimpoian antara Cindua Mato dan Puti Lenggo Geni, dan juga antara Dang Tuanku dan Puti Bungsu. 

Setelah masa persiapan, perkimpoian kerajaan tersebut dilangsungkan di Pagaruyung, dilanjutkan dengan pesta yang dihadiri oleh banyak pangeran dan raja dari segenap penjuru Pulau Perca.
Sementara itu, Imbang Jayo yang merasa dipermalukan oleh Cindua Mato bersiap-siap menyerang Pagaruyung. Dengan senjata pusakanya, Cermin Terus (camin taruih), dia menghancurkan sebagian negeri Pagaruyung. Cermin itu kemduain berhasil dipecahkan oleh panah sakti Cindua Mato. Ketika Imbang Jayo sibuk memperkuat pasukannya Bundo Kanduang dan Dang Tuanku meminta Cindua Mato mengungsi ke Inderapura, negeri di rantau Barat, dan dengan demikian tidak ada alasan lagi buat Imbang Jayo memerangi Pagaruyung. 


Geram karena gagal membalas dendam, Imbang Jayo lalu protes pada Rajo Nan Duo Selo.
Pada pertemuan yang dipimpin oleh kedua raja tersebut, dan dihadiri oleh keempat menteri, Imbang Jayo mendakwa bahwa seorang anggota keluarga kerajaan telah mempermalukan dirinya, sebuah pelanggaran yang tak termaafkan. Namun raja-raja tersebut bertanya: siapa yang memulai penghinaan tersebut, apa bukti dakwaan Imbang Jayo? 


Tuduhan terhadap anggota kerajaan tanpa bukti cukup bukan soal main-main. Kedua raja akhimya memutuskan Imbang Jayo dihukum mati.
Begitu mengetahui anaknya disuruh bunuh oleh Rajo Duo Selo, ayah Imbang Jayo, Tiang Bungkuak, bersiap-siap membalas dendam. Cindua Mato kembali dari Inderapura, dan Dang Tuanku memerintahkannya melawan Tiang Bungkuak. Namun bila Cindua Mato gagal membunuhnya, dia harus bersedia menjadi hamba Tiang Bungkuak, agar Istana Pagaruyung terlepas dari ancaman. 


Pada suatu malam, saat menunggu serangan Tiang Bungkuak, Dang Tuanku bermimpi bertemu seorang malaikat dari langit yang berkata dia, Bundo Kanduang dan Puti Bungsu sudah waktunya meninggalkan dunia yang penuh dosa ini. Pagi harinya Dang Tuanku mengisahkan mimpinya pada Bundo Kanduang dan Basa Ampek Balai. Mengetahui waktu mereka sudah dekat, mereka mengangkat Cindua Mato sebagai Raja Muda.
Cindua Mato menunggu Tiang Bungkuak di luar Pagaruyung, namun dalam duel yang berlangsung dia tak mampu membunuh Tiang Bungkuak. Cindua Mato lalu menyerah pada kesatria tua itu, dan mengikutinya ke Sungai Ngiang sebagai budak. 


Pada saat yang sama sebuah kapal terlihat melayang di udara membawa Dang Tuanku dan anggota keluarga kerajaan lainnya ke langit.
Suatu hari, ketika Tiang Bungkuak sedang tidur siang, Cindua Mato membaca jampi-jampi dan berhasil mengungkap rahasia kekebalan Tiang Bungkuak dari mulutnya sendiri. Ternyata Tiang Bungkuak hanya dapat dibunuh menggunakan keris bungkuk (karih bungkuak) yang disembunyikan di bawah tiang utama rumahnya. Cindua Mato mencuri keris itu lalu memancing Tiang Bungkuak agar berkelahi dengannya. Dalam duel tersebut Cindua Mato berhasil membunuh Tiang Bungkuak dengan keris curiannya. 

Setelah kematian Tiang Bungkuak para bangsawan Sungai Ngiang mengangkat Cindua Mato menjadi raja. Kemudian dia juga diangkat sebagai raja Sikalawi, setelah Rajo Mudo turun tahta. Cindua Mato menikahi adik Puti Bungsu, Puti Reno Bulan. Dari hasil pemikahannya ini Cindua Mato memperoleh anak perempuan dan laki-laki yang diberi nama Sutan Lembang Alam. 


Setelah beberapa lama menghabiskan waktu di Rantau Timur, Cindua Mato kembali ke Pagaruyung, untuk memerintah sebagai Raja Minangkabau. Dari perkimpoiannya dengan Puti Lenggo Geni ia mendapatkan anak bernama Sutan Lenggang Alam. (Faizal Kamal, Dongeng Nusantara, Second Hope 2010) 


Ket. :

  1. Marah adalah gelar anak sutan yg menikah dng perempuan biasa atau anak putri bangsawan dengan laki-laki biasa) 
  2. Sutan adalah sebutan (menurut adat) bagi kaum bangsawan di Minangkabau.
  3. Perkimpoian adalah komitmen antara dua orang yang tidak boleh disalahgunakan. 

Senin, 11 Juli 2011

Peribahasa: A


Ada hujan, ada panas.
Segala sesuatu diciptakan Tuhan dengan berpasang pasangan.

Ada hujan ada panas, ada harta boleh balas.
Selalu ada kesempatan untuk membalas budi baik seseorang.

Ada jalan ke puncak gunung yang paling tinggi.
Dengan mempunyai kemauan dan tekad yang kuat, sesuatu yang sulit pun akan dapat dicapai.

Ada jarum.hendaklah ada benangnya.
Segala sesuatu ada pasangannya.
Ada kambing yang hitam di dalarn setiap kumpulannya.
Dalam suatu keluarga, tidak semuanya baik. Selalu ada yang buruk, baik perangai maupun perilakunya.

Ada laga sekandang.
Berkelahi dengan keluarga (sahabat) sendiri.

Ada nasi di balik kerak.
Masalah yang satu belum selesai, sudah datang masalah lain.

Ada nyawa, ada ikan.
Seseorang yang menjelang ajalnya.

Ada nyawa, ada rezeki.
Selama mau berusaha, kita takkan kehilangan rezeki.

Ada padang, ada belalang.
Giat bekerja untuk meraih keberhasilan.

Ada padi, segala menjadi.
Orang yang berkecukupan lebih mudah mewujudkan keinginanya dibandingkan orang ydng hidupnya serba kekurangan.

========

No rain, no heat.
Everything created by God with pairs partner.

No rain no heat, no property may be countered.
There is always a good opportunity to repay someone.

There is a road to the highest mountain peaks.
By having a strong will and determination, something that would be difficult to be achieved.

There are no threads jarum.hendaklah.
Everything there is no spouse.

There are black sheep in every dalarn for compounds.
In a family, not all good. There are always bad, good temperament and behavior.

There is a companion game.
Fighting with a family (friends) own.


There are rice crust behind.
The problem that one has not been completed, have come other problems.

There is life, there are fish.
A person who on his deathbed.

There is life, there is sustenance.

As long as you try, we would lose provision.

There is a desert, there are grasshoppers.
Worked hard to achieve success.

There was rice, everything becomes.
People who are affluent easier to realize his desire than people whose lives are deprived.

Dongeng Legenda


This is the history tales of our country Indonesia. Various stories about the occurrence of a place, village or city in Indonesia.

Inilah dongeng-dongeng legenda negeri kita. Berbagai kisah tentang kejadian tempat, desa, kota di Indonesia.


Ada dunia, ada balas berbalas.
Sudah menjadi hukum a/am bahwa perbuatan baik akan mendapat ganjaran yang baik dan perbuatan buruk akan mendapat ganjaran yang buruk pula.

Ada batang cendawan tumbuh.
Di mana pun kita berada, niscaya ada rezeki.

Ada bau, ada bangkainya.
Segala berita yang tidak enak, meskipun belum ada buktinya, pasti ada sumbernya.

Ada beras taruh dalam padi, ada ingat taruh dalam hati.
Jangan menceritakan angan-angan yang be/um tercapai.

Ada berbiduk hendak berenang.
Sengaja mencari-cari kesalahan sendiri.

Ada biduk serumpun pula.
Senantiasa merasa tidak pernah puas.

Ada budi, ada balas.
Setiap perbuatan baik pasti akan ada balasan yang baik pula.

Ada bukit, ada paya.
Sejahat-jahatnya seseorang, pasti masih memiliki hati nurani. 

Ada bukit baru di balik pendakian.
Pasti akan ada masalah baru di balik masalah yang sudah diselesaikan.

Ada bunga, ada lebah.
Di mana mudah mendapatkan rezeki, pasti akan banyak dikunjungi orang.

Ada di cinta nan baik orang, nan buruk jua yang tersua.
Setiap orang pasti memiliki cita-cita akan sesuatu yang baik.

Ada gula, ada semut.
Di mana mudah mendapatkan rezeki, pasti akan banyak dikunjungi orang.

======

There is a world, there is reciprocated back.

Good deeds will be rewarded the good and bad deeds will be rewarded bad.


There is a trunk, the fungus grows.

Wherever we are, surely there is sustenance.

There was no smell, no carcass.

All the bad news, though no proof, there must be a source.

There was rice, put in rice, there remember, put it in heart.

Do not tell the delusion that has not been reached.

There is a canoe, about to swim.

Deliberately find fault with themselves.

There is also allied Big Dipper.

Always felt was never satisfied.

There is a reason, no reply.

Every good deed will surely have a good reply anyway.

There are hills, there is paya.

Evil of someone, would still have a conscience.

There is a hill just behind the climb.

Surely there will be a new problem behind the problem is already solved.

There are flowers, there are bees.

Where it is easy to get sustenance, will surely visited by many people.

There are good people in love nan, nan nevertheless a tersua bad.

Every person must have the aspiration for something better.

There's sugar, there are ants.

Where it is easy to get sustenance, will surely visited by many people.

Peribahasa (proverb)



 Peribahasa (proverb)
Abu saja tak hinggap.
Kiasan pada sesuatu yang sangat licin atau mengilap.
Acap berulang, yang jauh jadi dekat.
Karena sering mengunjungi yang jauh, lama-kelamaan terasa semakin dekat.

Acap melempar, akan jatuh jua. 
Karena merasa yakin, lambat laun akan dapat juga.

Ada bangkai, ada hering.
Tempat yang banyak pelacurnya pasti sering didatang oleh para lelaki hidung belang.


Ada adat dan.lembaganya, ada undang dan laksananya.
Segala sesuatu itu ada hukum dan aturannya.
Ada air ada ikan.
Di mana pun kita berada, niscaya ada rezeki.
Ada aku dipandang hadap, tiada aku dipandang di belakang.
Di depan berkata manis, tetapi di belakang menjelek-jelekkan.
Ada angin, ada pohonnya.
Semua permasalahan pasti ada asal muasalnya.
Ada angin baik
Punya banyak harapan.
Ada asap ada api.
Ada akibat, tentu ada sebabnya .
=========

Ash just can not perch.
Allusion to something very slick or polished.
Often repetitive, far so near.
Due to frequently visit a distant, gradually felt more and more nearby.
Often throwing, will fall nevertheless.
Feeling sure that sooner or later will be too.
There is a carcass, there is herring.
Place that many prostitutes would often didatanq 'by men masher.
There are custom dan.lembaganya, there are laws and laksananya.
Everything that there are laws and rules.
There is water there is fish.
Wherever we are, surely there is sustenance.
There I viewed against, no I is seen behind.
In front of said sweetly, but behind the bad-mouthing.
No wind, no trees.
All issues must have its origin.
There are good winds
Have much hope.
There is smoke there is fire.
There is due, of course there's why.

Selasa, 05 Juli 2011

Presiden SBY Juga Nikmati Gaji Bulan Ke-13

President SBY and the ranks of state officials also felt the pleasure of salaries to the 13th in July."All state officials are entitled to a salary-13, including the president and ministers," said Director General of Treasury Ministry of Finance Agus Suprijanto, via a short message to INILAH.COM on Monday (4 / 7).

Presiden SBY dan jajaran pejabat negara pun merasakan kenikmatan gaji ke-13 pada Juli ini.

"Semua pejabat negara berhak gaji ke-13 termasuk Presiden dan menteri," ungkap Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Agus Suprijanto, melalui pesan singkat kepada INILAH.COM, Senin (4/7).

Ia melanjutkan, pengucuran gaji ke-13 kepada para pejabat negara ini juga dilakukan pada Juli 2011 bersamaan dengan gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Adapun total anggaran untuk gaji ke-13 ini mencapai Rp4 triliun. "Alokasi dana untuk gaji ke-13 sekitar Rp4 triliun," tandasnya.



Petunjuk Teknis Pembayaran Gaji Bulan 13 Tahun 2011

After waiting since May 2011, the government finally issued a technical guide payroll month 13 year 2011 for the civil servants. Instructions issued by the government in the form of Regulation of the Director General of Budget Ministry of Finance of the Republic of Indonesia No.. PER-38/PB/2011 on Technical Guidelines for Granting Salary / Pension / Benefit Thirteenth Month In Fiscal Year 2011 To Civil Servants, State Officials and Recipients Pension / Benefits. Regulations issued on July 1, 2011 was signed by the Director General of Budget, Agus Suprijanto.

Setelah ditunggu-tunggu sejak bulan Mei 2011, akhirnya pemerintah mengeluarkan petunjuk teknis pembayaran gaji bulan ke-13 tahun 2011 bagi kalangan PNS. Petunjuk yang dikeluarkan pemerintah itu berupa Peraturan Direktur Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan RI No. PER-38/PB/2011 tentang Petunjuk Teknis Pemberian Gaji/Pensiun/Tunjangan Bulan Ketiga Belas Dalam Tahun Anggaran 2011 Kepada Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Negara dan Penerima Pensiun/Tunjangan. Peraturan yang dikeluarkan tanggal 1 Juli 2011 ini ditandatangani oleh Dirjen Anggaran, Agus Suprijanto.
Berikut ini adalah isi lengkap petunjuk teknis dimaksud.


Petunjuk Teknis Pembayaran Gaji Bulan Ke-13 Tahun 2011 Bagi PNS