Senin, 23 Maret 2020

Potret Proses Metamorfosis

Ini potret metamorfosis diri sejak Kelas VI Sekolah Dasar Hingga Menjelang Masa Pensiun sebagai PNS.

Data Serangan Wabah Virus Corona COVID-19 di Seluruh Dunia Tanggal 22 Maret 2020

   
 




-Ratusan ribu orang telah terjangkiti virus corona di seluruh dunia. Puluhan ribu tewas oleh serangan covid-19, corona virus dari Wuhan, China, Iran, USA, Jepang, Korea Selatan, dan wabah atau pandemi sungguh mengerikan.


𝗖𝗢𝗩𝗜𝗗-𝟭𝟵 𝗩𝗦 𝗞𝗘𝗔𝗡𝗚𝗞𝗨𝗛𝗔𝗡 𝗜𝗠𝗔𝗡

𝗡𝗮𝘀, 𝗔𝗺𝘀𝗮𝗹 𝟮𝟮:𝟯 𝗱𝗮𝗻 𝗔𝗺𝘀𝗮𝗹 𝟮𝟳:𝟭𝟮 𝗞𝗮𝗹𝗮𝘂 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝗷𝗮𝗸 𝗺𝗲𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗺𝗮𝗹𝗮𝗽𝗲𝘁𝗮𝗸𝗮, 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗲𝗺𝗯𝘂𝗻𝘆𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗶𝗮, 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗮𝗸 𝗯𝗲𝗿𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝗹𝗮𝗺𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗷𝗮𝗹𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝘂𝘀, 𝗹𝗮𝗹𝘂 𝗸𝗲𝗻𝗮 𝗰𝗲𝗹𝗮𝗸𝗮.
Saudara, perkembangan kasus wabah COVID-19 atau virus corona secara real time hari Minggu 22 Maret 2020 menunjukkan total korban terinfeksi di seluruh dunia mencapai 304,622 orang. Dari angka tersebut, yang sembuh mencapai 94,793 orang dan yang meninggal mencapai 13,000 orang sedangkan penderita yg sedang dirawat mencapai 196,829 orang dan yg kritis mencapai 9,382 orang.
Jumlah negara di seluruh dunia yang terpapar mencapai 189 negara. Peringkat pertama diduduki oleh China, menyusul Italy, Spanyol, Amerika Serikat, Jerman, Iran, Prancis, Korsel, Swiss dst. Sementara Indonesia hari ini berada pada urutan ke 37 dengan angka kasus 450 orang, meninggal 38 orang, sembuh 20 orang. Sedangkan yang bertengger pada nomor buntut adalah negara Uganda dengan 1 kasus dan dalam penanganan.
Dari 189 negara terpapar wabah corona, paling menarik sekaligus mengerikan adalah kasus di Korea Selatan. Wabah corona di negeri ginseng ini justru penyebarannya lebih separuh terjadi dalam ibadah di gedung gereja. Dari total 4.212 kasus virus corona yang terkonfirmasi di Korea Selatan (Korsel), lebih dari separuhnya terkait dengan Gereja Shincheonji Yesus di Daegu. Pemimpin sekte tersebut, Lee Man-Hee, pun meminta maaf kepada publik atas penyebaran virus corona secara luas yang berpusat di gerejanya.
Di Iran, korbannya banyak dari kalangan ulama. Jika ulamanya terpapar, maka bisa diduga para pengikutnya juga jadi korban. Iran juga merupakan pusat dan awal persebaran wabah corona di Timur Tengah. Sebab, mayoritas penderitanya adalah mereka yang pernah mengunjungi Iran.
Lain halnya dengan kasus Itali. DI negara itu, wabah corona merajalela karena ketidaktaatan warganya terhadap imbauan pemerintah, ditambah kurang tegasnya pemerintah dalam menegakkan imbauannya. Pemerintah mengimbau soal darurat corona yg intinya meminta seluruh warga negara untuk melakukan social distancing, kerja dari rumah, belajar dari rumah dan ibadah dari rumah. Namun apa yang terjadi? Imbauan itu dianggap angin lalu. Masa “libur” kerja, sekolah dan ibadah justru disalahgunakan. Banyak warga memanfaatkan masa “libur” itu untuk mengunjungi objek-objek wisata dan tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk mudik ke desa-desa. Efeknya sungguh luar biasa. Wabah pun menyebar dari tempat-tempat wisata di kota dan mereka yang telah terpapar ikut andil menyebarkannya dengan melakukan perjalanan mudik ke desa-desa. Akibatnya, wabah menebar maut hingga ke desa-desa.
Saudara, di Indonesia pemerintah dan tokoh-tokoh dan pemimpin agama dan gereja telah mengeluarkan imbauan, instruksi, maklumat, penggembalaan dan istilah lainnya yg mirip agar seluruh warga negara ini melakukan social distancing, aktivitas kerja dari rumah, belajar dari rumah dan ibadah di rumah, hindari kerumunan dan kontak fisik, cuci tangah dengan hand sanitizer, dan berbagai imbauan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk memutus mata rantai penyebaran vuris corona. Namun sangat disayangkan, ada begitu banyak orang yang angkuh dan congkak iman, baik anggota jemaat maupun sebagian tokoh agama. Mereka menanggapi nyinyir imbauan itu. Mereka beranggapan bahwa doa dan ibadah mereka lebih kuat daripada virus corona. Tanpa mereka sadari, kecongkakan iman itu telah mengancam kehidupan banyak orang. Kecongkakan iman itu telah menghancurkan rasa cinta kasihnya terhadap sesama manusia yg bakal terpapar corona. Mereka mengasihi Tuhan Allah, tetapi di lain sisi mereka justru tidak mengasihi sesamanya dengan memberi peluang terpapar virus mematikan itu.
Kasus di gereja Shincheonji Yesus di Daegu Korsel merupakan salah satu bukti kecongkakan iman terhadap imbauan pemerintah. Dampaknya, 2000 lebih anggota jemaatnya (lebih dari separuh kasus di Korsel) terpapar virus corona sehingga pemimpinnya terancam pidana hukuman mati.
Lalu kita di sini, di Indonesia ingin mengikuti kecongkakan iman pemimpin gereja Shincheonji Yesus di Daegu Korsel? Maukah kita mati sia-sia oleh keangkuhan tokoh gereja/agama kita? Maukah kita mati sia-sia karena kebodohan kita dalam menyikapi malapetaka yg ada di depan mata kita?
Ingat, COVID-19 adalah sesuatu yg tak kasat mata. Dia datang tanpa salam, tanpa wujud, tanpa waktu yang pasti dan tanpa belas kasihan. Dia akan datang tanpa mengecek apakah saya pemimpin agama yang taat beriman, anggota jemaat yang pecaya Tuhan, ataukah seorang ateis. Gunakanlah hikmat yang diberikan oleh Allah untuk menjadi bijaksana dan jangan kau mencobai Tuhan Allahmu dengan wabah COVID-19 ini. Amin. (𝗦𝗲𝗺𝘂𝗲𝗹 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴)

𝐂𝐎𝐕𝐈𝐃-𝟏𝟗 𝐯𝐬 M𝐞𝐧𝐜𝐨𝐛𝐚𝐢 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧

Shalom Aleichem!
Saat ini, sekarang ini, semua warga masyarakat diinstruksikan oleh pemerintah dan pimpinan agama dan para ulama untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah dan kegiatan kumpul-kumpul banyak orang. Bahkan kegiatan ibadah pun diliburkan sementara, baik di gedung gereja, di kelompok-kelompok peribadatan, di mesjid, vihara dll dan diganti dengan ibadah di rumah masing-masing. Hal ini dimaksudkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona atau COVID-19. Suatu keputusan yang sangat arif dan urgen.
Walaupun maksud pemerintah dan pihak pimpinan dan tokoh agama itu sangat penting untuk keamanan dan keselamatan di setiap orang, namun ada pihak yang nyinyir dengan imbauan itu. Alasan mereka, tidak takut karena mereka hidup dengan iman kepada Tuhan. Tuhan pasti akan melindungi, karena saya sangat percaya kepada TUHAN dan alasan-alasan lain yang menentang imbauan.
Saudara, iman, doa, ibadah dan kegiatan keagamaan apapun tidak bisa dijadikan alasan untuk menentang kebijakan pemerintah dan pimpinan agama (termasuk gereja). Alasan-alasan demikian sebenarnya sangat tidak bijaksama dan sangat tidak memperlihatkan sebagai orang beriman.
Mengapa saya sebutkan sebagai tindakan yang tidak memperlihatkan sebagai orang beriman? Karena secara tidak sadar ia telah dan ingin mencobai Tuhan. Ya, mencobai TUHAN. Sebagaimana Tuhan Yesus dicobai iblis dalam Matius 4:5-7: ‘’𝐊𝐞𝐦𝐮𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐈𝐛𝐥𝐢𝐬 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚-𝐍𝐲𝐚 𝐤𝐞 𝐊𝐨𝐭𝐚 𝐒𝐮𝐜𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐃𝐢𝐚 𝐝𝐢 𝐛𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐢𝐭 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡, 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚-𝐍𝐲𝐚: "𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐄𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐀𝐧𝐚𝐤 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡, 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐫𝐢-𝐌𝐮 𝐤𝐞 𝐛𝐚𝐰𝐚𝐡, 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐛 𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬: 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐚𝐢 𝐄𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐈𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐫𝐢𝐧𝐭𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐢𝐤𝐚𝐭-𝐦𝐚𝐥𝐚𝐢𝐤𝐚𝐭-𝐍𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐄𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐝𝐢 𝐚𝐭𝐚𝐬 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚, 𝐬𝐮𝐩𝐚𝐲𝐚 𝐤𝐚𝐤𝐢-𝐌𝐮 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐛𝐚𝐭𝐮.” 𝐘𝐞𝐬𝐮𝐬 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚𝐧𝐲𝐚: "𝐀𝐝𝐚 𝐩𝐮𝐥𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬: 𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐨𝐛𝐚𝐢 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧, 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡𝐦𝐮!"’’
Yesus sendiri menolak permintaan iblis karena itu adalah tindakan mencobai Tuhan. Hal mencobai Tuhan telah berulang diingatkan oleh Allah lewat Keluaran 17:2, Ulangan 6:16, Matius 4:7 dan Lukas 4:12. Mengapa mencobai Tuhan? Mencobai dengan bentuk dasarnya mencoba menurut KBBI adalah “mengerjakan (berbuat) sesuatu untuk mengetahui keadaannya dsb”. Dengan demikian, orang yang menyatakan tidak takut dengan virus corona karena percaya “Tuhan pasti melindungi” sebagai balasan imannya adalah suatu tindakan mencobai Tuhan. Tindakan demikian adalah bukti kecongkakan iman dan kehidupan keagamaannya.
Tindakan mencobai Tuhan bukanlah bukti dari imannya kepada Tuhan tetapi secara tidak sadar telah mempertunjukkan keraguannya kepada Tuhan. Ingat! Sesuatu yang meragukan membutuhkan pembuktian. Pembuktiannya dapat dilakukan dengan mencoba. Misal, Anda membeli pakaian di toko fashion. Nomornya pasti sudah Anda tahu berapa yang pas untuk tubuh Anda. Tapi Anda ragu lalu mencobanya dulu di kamar pas. Tindakan mencoba di kamar pas adalah tindakan mencobai.
Saudara, kita diberikan hikmat dan kebijaksaan oleh Tuhan untuk menilai sesuatu termasuk pandemi virus corona dan kebijakan pemerintah tanpa harus mencobai-Nya. Karena itulah raja Salomo mengingatkan semua orang melalui Amsal 27:12: 𝐊𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐩𝐞𝐭𝐚𝐤𝐚, 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐞𝐦𝐛𝐮𝐧𝐲𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐢𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐞𝐧𝐠𝐚𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬, 𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐤𝐞𝐧𝐚 𝐜𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚..
Terkait imbauan pemerintah terkait social distancing (menjaga jarak sosial), kita juga diingatkan oleh kitab suci. Roma 13:1-2 berkata: 𝐓𝐢𝐚𝐩-𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐭𝐚𝐤𝐥𝐮𝐤 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐫𝐢𝐧𝐭𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐚𝐭𝐚𝐬𝐧𝐲𝐚, 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐛 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐫𝐢𝐧𝐭𝐚𝐡, 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡; 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐫𝐢𝐧𝐭𝐚𝐡-𝐩𝐞𝐦𝐞𝐫𝐢𝐧𝐭𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐝𝐚, 𝐝𝐢𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡. 𝐒𝐞𝐛𝐚𝐛 𝐢𝐭𝐮 𝐛𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠𝐬𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐫𝐢𝐧𝐭𝐚𝐡, 𝐢𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚, 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐮𝐤𝐮𝐦𝐚𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐬 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐧𝐲𝐚. AMIN. (𝐒𝐞𝐦𝐮𝐞𝐥 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠)

Selasa, 10 Maret 2020

SEJARAH PENGHARGAAN WHO UNTUK DANA SEHAT MAWALI



ISI PRASASTI PENGHARGAAN WHO DI ATAS ADALAH:

World Health Organization
Award For
Healthy Education in
Primary Health Care

For the Year 1991 is awarded to the Project
Mutual Help For Development and Health
Mawali Village Lembeh Island, Bitung District
Province of North Sulawesi, Indonesia

THIS AWARD RECOMMENDED COMBINATION OF
INNOVATIVE APPROACHES EMPLOYED BY THE PROJECT
HEALTH CADRES TO EDUCATE PEOPLE
TELEVISION AND RADIO PROGRAMMES TO REACH THEM
RELIGIOUS LEADER TO COMMUNICATE HEALT MESSAGES
INTERSECTORAL COMMUNITY GROUPS TAKING RESPONSIBILITY
FOR PLANNING AND IMPLEMENTING AND FINANCING ACTIVITIES
TOGETHER LEADING TO A SIGNIFICANT IMPROVEMENT IN HEALTH INDICES

HIROSHI NAKAJIMA M D.Ph.D
DIRECTOR GENERAL
WORLD HEALTH ORGANIZATION

TUGU PENGHARGAAN WHO TERHADAP
KEBERHASILAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
(DANA SEHAT MAWALI)

===============================

SEJARAH SINGKAT PENERIMAAN PENGHARGAAN WHO
ATAS PELAKSANAAN DANA SEHAT DI KELURAHAN MAWALI

1. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN KELOMPOK DANA SEHAT

Pelaksanaan upaya kesehatan dana sehat masyarakat kelurahan Mawali sebenarnya dilatarbelakangi oleh upaya kegiatan gotong-royong atau mapalus duka yang dikenal dengan istilah “mapalus sosial duka”, di mana setiap ada anggota masyarakat yang mengalami kedukaan, setiap keluarga secara sukarela memberikan sumbangan uang maupun bahan makanan, berupa beras, gula, bihun (laksa), ubi-ubian, pisang dll. Untuk mengumpulkan sumbangan ini, secara sukarela tanpa diperintah, beberapa lelaki mengambil inisiatif untuk berkeliling dari rumah ke rumah untuk menjemput sumbangan. Kecuali untuk beras, gula dan bihun, biasanya dibawa langsung oleh ibu-ibu ke rumah duka. Kegiatan ini berlangsung terus tanpa dikendalikan oleh siapapun.
Kemudian, mapalus sosial duka ini dilanjutkan dengan kegiatan mapalus pembangunan untuk membangun rumah sehat, pagar halaman, jamban sehat dan mapalus kebun. Setelah sukses dengan semua kegiatan mapalus ini, beberapa tokoh mulai berpikir, bahwa kegiatan mapalus sosial duka perlu diubah agar tidak selalu berpikir tentang kematian, tetapi berpikir bagaimana caranya untuk mengatasi orang yang tidak mampu ketika sakit dan harus berobat ke dokter atau rumah sakit. Maka beberapa pengurus organisasi rukun mensponsori kegiatan ini.
Sebagai perintis usaha ini adalah Rukun Keluarga Bulude Talaud (Rukelbut) yakni rukun keluarga yang beranggotakan 13 keluarga. Anggotanya adalah warga masyarakat yang berasal dari desa Bulude kecamatan Mangaran kabupaten Kepulauan Talaud. Dimulai tahun 1982, rukun ini memulai usaha dana sehat. Setiap keluarga anggota wajib membayar iuran dana sehat setiap bulannya. Ketika ada yang sakit, pengurus rukun mengeluarkan dana dari iuran dana sehat untuk membiayai anggota yang sakit, mulai biaya rawat jalan di Puskesmas, hingga rawat inap di rumah sakit.
Pada tahun 1983, Rukelbut berubah nama menjadi Rukun Porodisa dan memperluas keanggotaannya menjadi seluruh keluarga yang berasal dari Kepulauan Talaud dengan jumlah anggota 17 keluarga.
Usaha Rukelbut ini kemudian diikuti oleh beberapa rukun keluarga lain yang ada di kelurahan Mawali. Rukun-rukun tersebut masing-masing Rukun Keluarga Mamile (tahun 1983 - 16 KK), Rukun Keluarga Siau-Talgulandang (tahun 1984 - 18 KK), Rukun Keluarga Manuwo (tahun 1985 - 46 KK), Rukun keluarga Mala Siau (1986 - 25 KK), Rukun Keluarga Sumenang (tahun 1988 – 25 KK), Rukun Keluarga Tagulandang (Tahun 1989 – 50 KK), Rukun keluarga GMIM Kolom VII – 31 KK), Rukun Keluarga GMIM Kolom XII – 30 KK), rukun keluarga Tatahulending (tahun 1990 – 22 KK), rukun keluarga Siloam (tahun 1992 – 37 KK), rukun keluarga Papehe (tahun 1993 – 7 KK). Pada tahun 1995, beberapa pemuda gereja GMIM berinisiatif juga membentuk usaha dana sehat dengan anggota 20 orang.


2. PELAKSANAAN DANA SEHAT

Kegiatan dana sehat yang dilakukan oleh organisasi rukun-rukun keluarga ini, kemudian mendapat pantauan dari Dinas Kesehatan Kota Bitung melalui Puskesmas Kecamatan Bitung Selatan. Karena aktivitasnya sangat positif dari baru pertama ada di kota Bitung, bahkan mungkin seluruh dunia, maka pihak Dinas Kesehatan Kota Bitung terus melakukan pemantauan dan pembinaan secara berkelanjutan, sehingga terjalin kerja sama dengan pihak Rumah Sakit Budi Mulia Bitung dalam hal penanganan pasien. Karena itu pula, dibentuklah pengurus Dana Usaha Kesehatan Masyarakat (DUKM) Kelurahan Mawali yang fungsinya menjadi perantara bagi pihak Rumah Sakit Budi Mulia dengan rukun-rukun keluarga yang ada.
Dengan demikian, siapapun anggota rukun keluarga yang dirawat di rumah sakit Budi Mulia Bitung, mendapat perlakuan khusus di mana biaya perawatan dibayarkan kemudian setelah diajukan surat penagihan kepada pengurus rukun keluarga melalui pengurus DUKM.


3. PENGHARGAAN BADAN KESEHATAN DUNIA (WHO)

Penyelenggara usaha dana sehat yang ada di kelurahan Mawali tidak pernah berpikir untuk mendapatkan sesuatu yang luar biasa dari kegiatannya. Namun, bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Bitung, ada hal yang luar biasa dari kegiatan ini. Karena itu, kegiatan dana sehat ini terus dipantau dan dibuatkan laporan secara berjenjang hingga ke pihak Departemen Kesehatan RI.
Pihak Dinas Kesehatan Kota Bitung ketika itu menginformasikan, bahwa usaha dana sehat kelurahan Mawali merupakan yang pertama di dunia. Kegiatannya pun dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, tanpa campur tangan maupun dorongan dari pemerintah dari semua tingkatan. Yang ada, hanyalah pemantauan dan pembinaan agar pengelolaannya menjadi lebih baik lagi.
Laporan pihak Dinas Kesehatan Kota Bitung ini, agaknya terus berlanjut hingga ke Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization – WHO). Karena itu, pada tahun 1991, tanpa disangka pihak Pemerintah Kota Bitung dalam hal ini Walikota saat itu, Drs. S.H. Sarundayang diundang ke Markas WHO, sekaligus menerima penghargaan berupa prasasti penghargaan dari Direktur Jendral WHO, Hiroshi Nakajima, MD, PhD serta uang tunai sebenar $5.000.


4. PENGELOLAAN HADIAH WHO

Pemberian penghargaan WHO kepada kelurahan Mawali merupakan sebuah kejutan luar biasa bagi masyarakat. Sebab, tidak pernah dibayangkan kalau desa (kelurahan) Mawali yang terletak pulau Lembeh, akan mendapat sorotan dunia melalui WHO karena kegiatan usaha dana sehatnya.
Untuk mengabadikan keberhasilan dan penghargaan WHO atas usaha masyarakat, maka walikota Bitung, Drs. S.H. Sarundayang memerintahkan kepada camat dan lurah untuk membuatkan monumen guna memajang prasasti Direktur Jendral WHO. Sedangkan dana $5.000 diserahkan kepada pengurus DUKM untuk dibahas bersama pengurus rukun, untuk apa dana tersebut.
Dari hasil rapat DUKM bersama pengurus 11 rukun pengelola dana sehat, disepakti dana tersebut dibagi sama untuk seluruh rukun pengelola dana sehat, sebagai dana perangsang. Dana $5.000 tersebut kemudian dirupiahkan dengan kurs ketika itu menjadi sebesar lebih Rp8.000.000. Lalu dibagikan secara merata kepada masing-masing rukun sebesar.
Sedangkan prasasti penghargaan, berhasil dibuatkan monumen dengan biaya sebagian bantuan pemerintah kota Bitung dan sebagian lagi partisipasi anggota rukun keluarga pengelola dana sehat.
 
5. Pembuatan Monumen WHO
 
Menyikapi perhatian dan penghargaan WHO terhadap kegiatan dana sehat di kelurahan Mawali, maka camat Bitung Selatan saat itu, Widuhung, SH, mendapatkan perintah dari wali kota Drs. S.H. Sarundajang untuk membangun monumen WHO sebagai peringatan atas keberhasilan kelurahan Mawali merintis dana sehat. Untuk membangunnya, diupayakan secara secara gotong royong dengan sedikit dana bantuan dari Pemerintah Kota Bitung sebagai perangsang. Camat dibantu LKMD (kebetulan saat itu saya sebagai Sekretaris LKMD Kelurahan Mawali dan Ketua LKMD Wem Mege) dan lurah, mengerahkan kepala lingkungan, tokoh masyarakat dan tokoh gereja untuk bersama-sama terlibat dalam memotivasi masyarakat, terutama anggota rukun dana sehat untuk membangun monumen tersebut. Hasilnya adalah seperti yang terlihat pada foto di atas.
Namun sangat disayangkan, status tanah yang digunakan untuk pembangunan monumen tersebut tidak jelas kepemilikannya sampai hari ini. Semoga pemerintahan sekarang dapat mengupayakan kepastian hukum status tanah monumen yang di sampingnya ada kantor lurah, rumah dinas Bidan Desa dan Pondok Bersalin Desa (Polindes).
 
Demikian sejarah singkat penghargaan WHO atas usaha rintisan dana sehat kelurahan Mawali.