Minggu, 04 Mei 2025

Membongkar Kebohongan Rismon Sianipar dan Roy Suryo ttg Analisis Ijazah Palsu

Mengulik Kebohongan Analisis Ijazah Palsu ala Rismon Sianipar dan Roy Suryo

Saudara, saya bukan seorang pakar seperti Rismon Sianipar dan Roy Suryo. Saya hanyalah seorang pakar-pakaran. Namun, bisa saja Rismon dan Roy juga sama seperti saya, hanyalah pakar-pakaran. Rismon mengaku ahli digital forensik, karena ia sarjana dan magister teknik UGM serta doktor engeneering dr Jepang. Tapi saya tidak tahu, fakultas teknik jurusan apa? Jurusan Ilmu komputer? Tentu tidak. Sebab Fakultas Teknik Elektro UGM tidak memiliki jurusan ilmu komputer atau sejenis. Jurusan Ilmu Komputer di UGM didirikan pada tahun 1987 di mana program studi ini berada di bawah koordinasi Jurusan Matematika, pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, bukan di fakultas tekniknya Rismon Sianipar. Nanti pada tahun 2010, program studi Ilmu Komputer UGM membentuk Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika dengan program studi Ilmu Komputer dan program studi Elektronika dan Instrumentasi yg semula di bawah jurusan Fisika. Lagi-lagi bukan fakultasnya Rismon Sianipar. Walau demikian di Fakultas Teknik UGM ternyata ada jurusan teknik informasi yang berfokus pada perancangan, implementasi, dan pengelolaan sistem informasi yang berbasis komputer. Namun jurusan ini baru ada pada tahun 2006 sementara Rismon menjadi sarjana pada tahun 1998 dan magister tahun 2001.

Di pihak lain, Roy Suryo mengaku pakar telematika padahal ia sendiri sarjana ilmu komunikasi dan magister di ilmu kesehatan masyarakat. Dua jurusan yang jauh dari urusan telematika.

Saya sendiri bukan sarjana teknik seperti Rismon, apalagi sarjana komputer. Saya hanya seorang praktisi yg sejak 1987 bergelut dengan komputer saat masih mahasiswa sambil bekerja. Saya hanya seorang yg banyak bergelut dengan kata-kata dan kalimat, namun sedikit menguasai komputer secara otodidak. Karena itu, saya merasa tergelitik untuk mengulik kepakaran dan pembohongan yang dilakukan oleh Rismon Sianipar dan Roy Suryo.

Masyarakat Indonesia, terlebih para pembenci Jokowi begitu terkesima dan terkagum-kagum dengan analisis yang dilakukan kedua manusia langka ini. Namun bagi saya pribadi tidak ada rasa terkesima dan kagum dengan analisis keduanya. Sebab, sekilas saya menilai keduanya melakukan pembodohan publik dengan menggunakan kepintaran mereka. Dan orang yang dibodohi juga tidak menyadarinya bahwa mereka sedang dibodohi.

Mari kita ulik kebohongan dan pembodohan analisis kedua orang itu tentang kepalsuan ijazah Jokowi.
 
Pertama, berdasarkan hasil telusur data dan biografi kedua manusia langka itu, mestinya sebagai seorang pakar digital forensik atau pakar telematika, kedua manusia ini memiliki kualifikasi pendidikan dan pengetahuan sbb.: 
  • Punya latar belakang pendidikan di bidang informatika, sistem informasi, cybersecurity, atau hukum forensik digital.
  • Paham konsep sistem operasi, jaringan komputer, database, dan struktur file.
  • Menguasai metode pengumpulan, analisis, dan pelaporan bukti digital.

Kedua, baik Rismon Sianipar maupun Roy Suryo tidak pernah menujukkan sertifikat keterampilan khusus misal EnCase, FTK, Autopsy, X-Ways Forensics, Volatility, atau lainnya sebagai bukti kemampuan analisis digital forensik. Keduanya juga tidak diketahui apakah memiliki Sertifikasi Profesional semisal GCFA (GIAC Certified Forensic Analyst), CFCE (Certified Forensic Computer Examiner), CHFI (Computer Hacking Forensic Investigator), EnCE (EnCase Certified Examiner) atau lainnya baik dari dalam maupun luar negeri. Keduanya hanya mengaku-ngaku pakar tapi tidak ada seorangpun yg melihat dokumen bukti kepakarannya;

Ketiga, kita perlu paham bahwa yang dipersoalkan palsu itu adalah ijazah yang dikeluarkan UGM. Sejak dahulu kala sampai hari ini, semua ijazah pendidikan dari jenjang TK hingga Perguruan Tinggi hingga mendapat gelar doktor semuanya berbentuk hardcopy bukan softcopy, berbentuk analog bukan digital, berbentuk kertas bukan berbentuk file digital. Karena itu, mestinya yg harus dianalisis adalah hardcopy-nya bukan softcopy hasil unduh dr media sosial, atau bukan hasil fotografi. Di sini saja sudah sangat kelihatan kebohongan dan pembodohan yg mereka lakukan tapi dikagumi para penyanjung mereka dan pembenci Jokowi.

Keempat, analisis yang dilakukan oleh Roy Suryo mengguna ELA untuk membuktikan ijazah Jokowi adalah kebohongan besar. Sebab, bisa saja foto yg dianalisis adalah hasil utak-atiknya menggunakan photoshop. Sebab, tidak ada seorangpun yg bisa membuktikan bahwa foto yang dianalisis oleh Roy Suryo adalah foto langsung dari ijazah Jokowi. Itupun tidak mungkin dilakukan karena fisik ijazah asli Jokowi hanya ada di tangan dan disimpan oleh Jokowi sendiri. Kecuali Roy Suryo dan Rismon Sianipar menggunakan jasa tuyul untuk mencuri ijazah Jokowi. Hahahaha....

Kelima, dalam menganalisis softcopy atau salinan digital foto ijazah Jokowi, baik Rismon maupun Roy harus jujur untuk menunjukkan bahwa foto yg mereka analisis adalah foto asli dengan cara memberikan metadata file digital itu. Sebab, bisa saja foto yg dianalisis merupakan hasil utak-atik photoshop apalagi sampai diunggah di medsos. Foto asli tanpa diutak-atik photoshop dan hasil rekayasa apalagi diunduh dr medsos akan sangat berbeda metadatanya. Ukuran resolusinya juga akan menyusut jauh jika diambil dari medsos dan jumlah metadatanya akan bertambah. Untuk hal ini saya bisa tunjukkan kepada Anda perbedaan metadata foto asli, foto hasil utak-atik photoshop dan foto hasil unduhan medsos Whatsapp, Instagram atau Facebook. Khusus Whatsapp bisa dikecualikan karena jika pembuat foto mengirim foto dalam bentuk file “dokumen” bukan file foto maka metadata dan kualitas fotonya tidak berubah. Coba perhatikan perbedaan file-file dimaksud yang akan saya analisis metadatanya menggunakan Exiftool. Berikut ini adalah contohnya.
  • Saya akan analisis metadata foto asli atau belum diutak-atik photoshop, bukan pula unduhan dari medsos. Namun perlu dipahami bahwa foto yang saya jadikan sampel analisis adalah foto piagam saya saat menjadi mahasiswa baru pada IKIP Manado tahun 1984. 



  • Hasil analisisnya seperti berikut:

  • Saya akan analisis meta data dari foto yang sudah diutak-atik photoshop. Harap diperhatikan, bahwa resolusi foto telah berubah dan jumlah data pada meta data telah bertambah.
  • Ketiga, saya akan analisis meta data dari foto unduhan Whatsapp. Coba perhatikan, meta datanya sebagian besar hilang.
  • Keempat, saya akan analisis metadata dari foto hasil unduhan Facebook.


Dari keempat metadata hasil analisis itu, sangatlah berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam foto asli akan ditemukan titik koordinat bahkan altitude atau ketinggian di atas permukaan laut lokasi pengambilan foto. Sedangkan pada hasil utak-atik photoshop akan muncul aplikasi untuk mengedit atau mengubah data digital foto tersebut dan metadatanya bertambah cukup signifikan.
  • Kelima, saya akan analisis foto asli dan foto utak-atik photoshop menggunakan ELA seperti yang digunakan Roy Suryo. Pada foto kedua saya telah merekayasa dengan mengganti logo Garuda di tengah piagam. Kelihatan perbedaan dengan foto 1 yg merupakan foto asli tanpa rekayasa. Kita lihat perbedaannya.


ELA foto asli tanpa rekayasa Photoshop



ELA foto yg telah direkayasa Photoshop 
 
Berdasarkan hasil analisis di atas, kira-kira jenis foto mana yang digunakan Rismon Sianipar dan Roy Suryo? Bagi saya, sangat yakin bahwa foto yg dianalisis keduanya bukan foto hasil jepret langsung ke ijazah asli Jokowi.

Hal mengejutkan datang dari seorang pakar benaran digital forensik Joshua M Sinambela (https://web.facebook.com/jsinambela) dalam postingannya di Facebook. Ia mengungkapkan fakta bahwa ijazah doktor (S3) Rismon Sianipar ternyata palsu. Berikut ini kutipan postingan tgl 8 Mei 2025 dr sang pakar di akun Facebooknya.
 
"Ijazah Palsu sang Penuduh, 
Sejak viralnya notulen FGD komunitas kami DFIS (Digital Forensic & InfoSec) yang membahas metode para ahli gadungan, banyak akun medsos penggemar si pakar gadungan yang membanding bandingkan title dan keahlian saya dengan si pakar gadungan, mereka teryakinkan dengan title mentereng yang disematkan  si pakar gadungan di depan namanya dan CVnya. Mereka disilaukan oleh bahasa bahasa tingkat tinggi atau ilmiah yang digunakannya, padahal sebenarnya zonk dan tidak ilmiah sama sekali.  Si pakar gadungan ternyata berhasil meyakinkan banyak pihak sejak lama dengan title yang dimilikinya, dengan cerita cerita punya paten dan publikasi, S2 dan S3 Jepang.  Dari informasi ex kampus bernaung,  si pakar gadungan sejak pulang dari Jepang tahun 2007 sudah tidak melakukan tupoksi utamanya yakni Tri Darma Perguruan Tinggi, dan akhirnya diberi pilihan pensiun dan tanpa hak pensiun.      
Jadi ini tentu saja menjadi khabar buruk bagi para pengikut si pakar gadungan penuduh ijazah palsu Jokowi. Saat FGD sebelumnya, beberapa peserta FGD merupakan alumni PhD Jepang, sudah mempertanyakan siapa sebenarnya si pakar gadungan tersebut, mereka melakukan investigasi dan tidak menemukan penelitian terkait Thesis maupun Disertasinya, tidak menemukan datanya di halaman penyetaraan DIKTI yang harusnya memang wajib dilakukan sebagai pegawai DIKTI saat itu. Penyetaraan ijazah ini merupakan kewajiban bagi lulusan LN yang ingin menggunakan titlenya secara sah di Indonesia. Kami juga sudah menanyakan keseluruh library kampus Yamaguchi terkait judul judul Thesis dan Disertasi yang tercantum di CV si pakar gadungan tersebut, dan dijawab tidak ditemukan seperti email terlampir.  
Setelah melakukan investigasi bersama tim DFIS yang beberapa diantaranya merupakan lulusan PhD tulen dari Jepang, dan  menunggu konfirmasi seminggu lebih karena adanya liburan Golden Week di Jepang, akhirnya pagi ini kami mendapatkan email konfirmasi secara  Official melalui dari Academic Affairs Section Faculty of Engineering Yamaguchi University yang menyatakan bahwa Ijazah si pakar gadungan ternyata palsu atau tidak pernah dikeluarkan oleh kampus tersebut. Ijazah yang pernah di submit si pakar gadungan di instansinya ternyata hasil editan, ada beberapa typo dan tidak mungkin ditemukan di ijazah asli apalagi ijazah kampus Jepang. Karena tidak cukup membahas dalam satu tulisan artikel ini, maka akan kita bahas detilnya di FGD Digital Forensic & Infosec (DFIS) besok Jumat malam."


Demikian hasil ulikan saya atas kerja analisis yang dilakukan oleh Rismon Sianipar dan Roy Suryo. Silakan Anda nilai sendiri, apakah Rismon dan Roy adalah benar-benar pakar, atau pakar-pakaran seperti saya. Apakah keduanya jujur secara akademis atau penyebar kebohongan dan pelaku pembodohan intelek. Silakan masyarakat menilai. Siapa yg kerja jujur untuk kebaikan negeri tercinta, dan siapa kerja tak jujur dan menjual kebohongan untuk kehancuran Indonesia. 

INFO LEBIH MENGHEBOHKAN TENTANG KEBOHONGAN RISMON SIANIPAR DAPAT DIIKUTI PADA LINK-LINK BERIKUT INI

1. Status PATEN Rismon yang ternyata ditolak ada di video ini.
 
2. Dugaan dokumen undangan workshop palsu atau rekayasa.
   
3. Kebohongan tentang Penyetaraan Ijazah S3 ada di video ini.
 
4. Ijazah S2 dan S3 Rismon yang diduga hasil rekayasa  aa di video ini.
 
  ------------------------------------------------

tag: ijazah palsu jokowi, ahli digital forensik, pakar telematika, rismon sianipar, roy suryo, dokter tifa, eggy sujana, eggy sudjana, TPUA, TIPU UGM, tim pengacara Jokowi, Jokowi melaporkan penghujat, jokowi menggugat pemfitnah, amin rais dilaporkan, rektor UGM, fakultas kehutanan UGM,jenderal purnawirawan, try sutrisno, sutijoso, gibran rakabuming raka, presiden prabowo subianto,walikota solo,gubernur DKI,presiden ri,ijazah asli jokowi, rismon sianipar ahli digital forensik, pakar telematika roy suryo, roy suryo dilaporkan ke polisi, rismon sianipar dilaporkan ke polisi, dokter tifa dilapoorkan ke polisi, amin rais dilaporkan ke polisi, sidang kasus ijazah palsu jokowi di solo, sidang kasus ijazah palsu jokowi di pengadilan DKI Jakarta, hoaks ijazah palsu jokowi, hoax, ijazah palsu jokowi, rismon sianipar ungkap hasil analisis digital forensik, roy surya ungkap hasil analisis ELA ijazah jokowi, jokowi melawan penghujat, rismon sianipar dipenjarakan, roy suryo dipenjara, dokter tifa dipenjaran, eggy sudjana dipenjara, ijazah jokowi terbukti asli, ijazah jokowi ternyata asli, ijazah jokowi tidak dipalsukan, ijazaha jokowi ada di tangannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar