Senin, 27 Februari 2023

Khotbah Minggu Sengsara I 26 Februari 2023

Khotbah Minggu Sengsara I 26 Februari 2023


Bacaan: Mazmur 41:1-14


Tema: Sahabat Karib yang Berkhianat


Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Bacaan kita Minggu ini dipilih oleh Badan Pekerja Majelis Sinode sebagai bahan perenungan dari Kitab Mazmur 41:1-14.
Kata Mazmur dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab. Sedangkan bahasa aslinya dalam bahasa Ibrani adalah mizmor. Mizmor berarti nyanyian pujian. Dalam praktek peribadatan orang Yahudi nyanyian-nyanyian pujian itu diiringi alat musik petik seperti kecapi. Orang-orang Yahudi menamakan Kitab Mazmur itu Tehillim yg artinya nyanyian-nyanyian pujian atau Tefillot yang berarti doa-doa.Kitab Mazmur juga oleh para ahli disebut Kitab-kitab puisi karena bahasanya menggunakan bahasa yang indah atau susastra. Bahasa sastra, syair, puisi dan prosa lirik.
Judul Mazmur pada umumnya dibuat oleh para pengumpul Mazmur dan tidak oleh para penyair atau penulisnya. Judul itu biasa memuat nama yang dikatakan siapa penyairnya, perihal yang membuat Mazmur, membuat catatan tentang pelaksanaan musik dan tentang pemakaiannya di dalam ibadat.
Walau demikian, tidak semua penyusun Mazmur itu dikenal. Di dalam Naskah Masorit 73 buah Mazmur dinyatakan Daud adalah pembuatnya; 12 dikatakan dibuat oleh Asaf; 11 oleh para putera Korah, sebuah oleh Musa, dua buah oleh Salomo dan sebuah lagi oleh Heman. Nama penyusun yang 50 buah lainnya tidak dikenal. Tradisi Yahudi di kemudian hari maupun tradisi kristen memandang Daud sebagai penyusun keseluruhan Kitab Mazmur. Banyak Mazmur terutama nyanyian ibadat dan nyanyian raja yang dibuat pada zaman monarki Israel. Daud adalah pendiri dan pengatur kebaktian di Yerusalem. Mungkin sekali, bahwa ia sendiri menulis nyanyian-nyanyian untuk ibadat dan menyusun doa-doa secara pribadi termasuk dalam Mazmur pasal 14 yang menjadi bahan perenunghan kita sebagai warga GMIM dalam minggu sengsara pertama ini.
Dalam perjalanan abad-abad berikut banyak Mazmur yang disusun baru, yang disempurnakan dan Mazmur 41 adalah penutup dari buku Kesatu dalam hal ini dari Pasal 1 sampai Pasal 41 kitab Mazmur. Mazmur 1 membuka dan Mazmur 41 menutup dengan frasa "Berbahagialah orang yang..." (Pasal 1:1 dan Pasal 41:2). Mazmur 41 menyimpulkan buku yang berisi aneka ragam doa dengan pelajaran hikmat.
Pasal 41 ini secara struktural terbagi atas 5 bagian inti. Ayat 1 berisi judul, ayat 2 sampai 4 berisi pengajaran hikmat yang setara dengan khotbah Tuhan Yesus di Bukit dengan pernyataan yang berbahagia ialah mereka yang "lemah lembut, murah hati, membawa damai" (Matius 5:5,7,9).
Ayat 5 sampai 10 berisi ungkapan liris dari pemazmur berupa dialog imajiner tentang diri pemazmur dan orang-orang atau sahabat-sahabatnya yang munafik dan berkhianat.
Ayat 11 sampai 13 berisi doa pribadi pemazmur kepada Tuhan tentang pembalasan kepada musuh-musuhnya. Musuh-musuh dalam hal ini adalah mereka yang berkhianat sebagaimana dimaksud pada dialog imajiner di ayat 5 sampai 10.
Sedangkan ayat 14 berisi kalimat penutup berbentuk pujian kepada Tuhan: Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya! Amin, ya amin
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Badan pekerja majelis sinode GMIM menetapkan bagian Alkitab ini sebagai bahan perenungan Minggu Sengsara I ini di bawah tema Sahabat Karib yang Berkhianat.
Sahabat karib menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sahabat yg sangat erat (baik); teman yg akrab. Sedangkan kata berkhianat dari kata dasar khianat yang berarti perbuatan tidak setia; tipu daya; perbuatan yg bertentangan dengan janji. Orang yang berbuat khianat disebut pengkhianat. Perbuatan khianat atau berkhianat atau juga perkhianatan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ada hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya dapat disebut pengkhianatan namun dalam nilai yang rendah. Misal, orang yang lupa dengan janji atau ingkar janji dapat juga disebut pengkhianat. Suami atau isteri yang tidak menepati janji dalam keluarga dapat disebut juga pengkhianat namun dalam nilai yang rendah karena efeknya tidak sangat signifikan. Berbeda dengan sahabat karib yang tiba-tiba meninggalkan kita dan bergabung dengan lawan kita. Itu adalah pengkhianat dengan nilai yang tinggi.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus
Mari kita telah bacaan kita hari ini, terutam terkait doa. Mari kita bermenung dan bertanya, doa seperti apa yang didengar Tuhan? Tentu bukan doa yang semata-mata meminta-minta demi kepentingan diri sendiri. Apalagi doa yang berisikan klaim-klaim janji Allah, seakan-akan Allah berhutang kepada kita untuk mengabulkan doa kita. Mazmur 41 ini mengajar dan mengajak kita berdoa secara tepat. Karenanya bagian ini berisi doa pemazmur yang mengalami pengkhianatan oleh sahabatnya.
Doa yang Tuhan dengar sebenarnya adalah doa yang datang dari kerendahan hati. Salah satu wujud kerendahan hati adalah memiliki sikap peduli pada orang yang lemah (ayat 2a). Sikap itu muncul karena ia sendiri sadar bahwa dirinya penuh kelemahan dan butuh pertolongan juga. Doa orang yang seperti ini pasti diperkenan Tuhan. Sikap seperti ini menyatakan keterbukaan untuk menerima tangan pengasihan Tuhan yang siap menolong dia.
Sikap rendah hati ini juga ditunjukkan pemazmur dalam bagian selanjutnya (ayat 5-10). Di hadapan Tuhan ia menyadari dosa-dosanya. Ia mengakui bahwa ia tak sanggup menghadapi para musuh yang merencanakan kecelakaannya dan yang menertawakan penyakitnya. Sangat mungkin mereka menghinanya dengan mengatakan bahwa ia sakit karena Tuhan menulahinya. Yang lebih menyakitkan adalah ketika sahabat karib sendiri mengkhianatinya (ayat 10).
Dengan penuh keberanian, pemazmur meminta pertolongan Tuhan agar ia sanggup menghadapi para musuhnya. Keberanian itu bukan muncul dari kesombongan, sebaliknya dari sikap yang rendah hati dan tulus (ayat 13). Dengan kata lain, pemazmur percaya bahwa Tuhan melihat motivasi hatinya dan berkenan kepada dia.
Mazmur ini ditutup dengan suatu pujian (ayat 14), yang sekaligus menutup rangkaian buku pertama mazmur-mazmur (Pasal 1 sampai 41). Rangkaian mazmur yang didominasi permohonan ini ditutup dengan satu kesimpulan, bahwa Tuhan berkenan mendengar dan menjawab doa yang tulus dan dipanjatkan dalam kerendahan hati. Orang-orang seperti itulah yang akan mendapatkan pertolongan Tuhan pada waktunya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan
Setiap orang yang hidup secara normal pasti menginginkan suasana bahagia dalam kesehariannya. Namun, tolok ukur kebahagian setiap orang itu pasti berbeda-beda. Ada yang menjadikan materi atau harta kekayaan terlebih uang sebagai tolok ukur kebahagiaanya. Ada pula yang menjadikan kehidupan yang damai dan tenteram sebagai tolok ukur kebahagiaannya. Atau ada pula yang mengukur kebahagiaannya dengan kesenangan duniawi. Atau hal-hal lain menurut sikap pribadi masing-masing.
Namun, sebenarnya kebahagiaan yang sesungguhnya bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan hidup pribadi dan keluarga saja, tetapi ketika kita mau berbagi dengan orang-orang yang berkesusahan, memerlukan pertolongan, memperhatikan dan menolong mereka yang lemah. Misalnya, GMIM di minggu-minggu sengsara ini melaksanakan program puasa d i a k o n a l (bukan d i a g o n a l, ya). Tujuannya agar setiap anggota jemaat dapat mengendalikan diri dan semakin menghayati makna pengorbanan Yesus Kristus dan memperkokoh iman percaya kepada-Nya.
Kata berpuasa dalam konteks ini bukanlah soal tidak makan dan tidak minum melainkan sikap hidup tidak berfoya-foya, tidak bersikap boros, mau mengurangi makan dan minum, menyiapkan anggaran pengeluaran untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan.
Wujud dan bentuk puasa diakonal misalnya berupa bedah rumah keluarga miskin, memberikan beasiswa pendidikan bagi anak keluarga miskin apalagi anak yatim-piatu, pembelian sembako untuk para janda/duda miskin, dan anak yatim-piatu.
Puasa diakonal juga dimaksudkan agar setiap anggota jemaat dapat mendoakan mereka yang membenci, menganiaya, atau berlaku tidak adil pada kita atau orang lain walaupun secara logika manusia lemah, berdoa bagi mereka yang melakukan hal-hal yang jahat kepada kita adalah sebuah kebodohan. Namun, saudara-saudara, belajar dari bacaan kita hari ini, pemazmur memberi contoh bagaimana kita mendoakan musuh-musuh kita dan menyerahkan pembalasan itu kepada Tuhan Allah. Sebab penghukuman dan pembalasan bukan hak kita, melainkan hak Tuhan Allah. Tuhan Allah pasti akan bertindak untuk melindungi setiap orang yang dengan kerendahan hati memohon perlindungan dari Dia. Ia tidak pernah membiarkan umat-Nya menderita jika kita benar-benar berserah diri kepadanya, tidak ragu-ragu atau tidak mendua hati. Sebab, Tuhan sendiri sudah menderita bahkan rela mati di kayu salib, supaya kita memperoleh keselamatan.
Jemaat Tuhan kekasih Kristus,
Dalam konteks bacaan hari ini juga berbicara soal persahabatan. Persahabatan adalah hal yang terindah dalam hidup ini ketika kita mau membangun kebersamaan dengan orang lain. Namun seringkali persahabatan itu rusak karena kepentingan diri sendiri, hanya mau menang sendiri atau mungkin hanya karena kita mau mengatur dan mengendalikan orang lain demi kepentingan pribadi. Yesus Kristus mengajarkan tentang arti sahabat yang sebenarnya, yaitu: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." (Yoh. 15:13-14). Tuhan Yesus Kristus menyebut kita sebagai sahabat-Nya. la rela mengorbankan nyawa-Nya demi sahabat-sahabat-Nya. Oleh karena itu jangan kita mengkhianati persahabatan yang sudah diciptakan oleh Yesus Kristus melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.
Dalam mebangun persahabatan janganlah kita hanya karena orang lain memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat kita nikmati. Sementara mereka yang miskin berkekurangan tidak mau kita bangun persahabatan.
Jangan karena dia punya banyak uang lalu kita mau dekat-dekat dan bersahabat karib, tapi ketika dia jatuh dalam kesusahan kita melupakan dia dan mengangkat tumit kita dari dia. Seperti peribahasa mengatakan, lupa kacang akan kulitnya. Ingat, pengalaman seperti ini banyak terjadi di sekitar kita.
Bagian Alkitab ini juga mengingatkan saya dan sudara untuk tetaplah setia beriman di dalam Yesus Kristus dan jalanilah hari-hari hidup yang Tuhan Allah anugerahkan dengan melakukan apa yang la kehendaki. Antara lain, bangunlah persahabatan di atas dasar kasih Kristus, kasih yang mau berkorban untuk orang lain. Bukan membangun hubungan kasih dan persahabatan yang yang mementingkan diri sendiri. Bukan kasih dan persahabatan yang menguntungkan diri kita secara materi, menguntungkan secara psikologis atau bahkan mungkin menguntungan secara politis karena so dekat-dekat Pemilu, so dekat-dekat Pilkada lalu lewat pemilu dan Pilkada lupa dengan persahabatan itu. Ciptakanlah kasih tanpa batasan, tanpa memandang si A dan si B orang miskin jadi tidak perlu bersahabat karib, cukup kenal saja, atau karena si C dan si D kehidupannya lebih baik dari orang lain lalu kita mau membangun hubunga kasih dan persahabatan dengannya. Mari membangun kasih dan persahabatan yang mampu membalut mereka yang terluka, terpinggirkan, terkucilkan, yang miskin, yang sakit-sakitan, yang dalam masalah rumah tangga, yang bermasalah dlm pekerjaan dan lain-lain dan kita berikan pengharapan baru bagi mereka bahwa ada Yesus Kristus sahabat sejati yang akan menangkat kehidupan kita menjadi lebih baik asalkan kita percaya dan menaruh harap seutuhnya kepada Dia sumber kehidupan kita. AMIN.. (Semuel Muhaling)