BIOGRAFI

1) Latar Belakang Keluarga

Sem Muhaling lahir di pulau Lembeh pada September 1964. Ayahnya alm. Y. Muhaling adalah pensiunan PNS dan ibunya, M. Tatipang, seorang ibu rumah tangga.

Sem adalah anak pertama dari lima bersaudara. Ia menikahi Yetrinecke Yustisia pada tahun 2000. Pasangan ini dikaruniai dua orang putri, Cecilia  dan Gabriely.

2) Latar Belakang Pendidikan

Sem, putra Sangihe Talaud ini, menamatkan Sekolah Dasar di Mawali. Tahun 1980 tamat dari SMP. Kemudian melanjutkan ke SMA dan tamat tahun 1983. Setamat SMA ia sempat menganggur selama setahun.

Setelah nganggur ia mengikuti Sipenmaru dengan dua pilihan program studi, masing-masing Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pendidikan Seni Rupa. Namun ia lulus dan diterima pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Manado (sekarang) Universitas Negeri Manado - Unima) . Awal tahun 1989 berhasil menyandang gelar Sarjana Pendidikan, Doktorandus.

3) Latar Belakang Pekerjaan

Sem mengawali riwayat pekerjaannya sebagai wartawan pada Mingguan Warta Utara Manado tahun 1986—1987. Selama di koran ini, ia menjadi seorang reporter merangkap tenaga editor bahasa. Pada tahun 1987, manajemen melakukan lobi ke kelompok media Jawa Pos di Surabaya melalui big boss-nya Erick Samola dan berhasil menjalin kerja sama dengan mengubah koran mingguan ini menjadi koran harian Cahaya Siang. Seiring tutupnya koran ini dan menjelma menjadi harian Cahaya Siang, maka ia pun menjadi wartawan dengan jabatan redaktur dan editor bahasa sampai tahun 1993. Karena mengalami krisis keuangan koran Cahaya Siang pun harus tutup. Sebelum tutup, Sem Muhaling juga sempat bekerja magang di Harian Jawa Pos pada tahun 1989 selama beberapa bulan. Di sana ia ditawarkan untuk full di harian Jawa Pos dan akan diberikan kepercayaan memegang Biro Jakarta. Namun hal itu ditolak karena terikat dengan perjanjian TID  (tunjangan ikatan dinas) ketika kuliah di IKIP Manado yg mewajibkannya harus jadi PNS. Jika tidak mau, ia diwajibkan mengembalikan dua kali lipat dana beasiswa yang pernah diterimanya. Namun karena beasiswa yang diterimanya selama dua tahun kuliah terlalu besar dan tidak mungkin ia kembalikan, maka ia menolak memenuhi permintaan full time di harian Jawa Pos.
Suatu kemujuran bagi Sem Muhaling adalah ketika menjelang koran Cahaya Siang kolaps, pada Desember 1991 ia telah menerima surat keputusan Mendikbud tentang pengangkatan menjadi pegawai negeri sipil (PNS) sebagai guru pada SMA Negeri Tompaso, Minahasa. Selama tahun 1991-1992 ia mencoba berbagi waktu antara tugas sebagai PNS guru dan wartawan. Namun pada Maret 1992, ia harus rela menerima keputusan manajemen koran Cahaya Siang agar ia tidak lagi sebagai karyawan fulltime di koran itu. Ia hanya akan diupah berdasarkan bobot dan jumlah berita serta tulisan yang dimuat di koran Cahaya Siang. Big Boss Cahaya Siang, aml. Lanny Politton beralasan, Sem Muhaling telah mendapatkan pekerjaan tetap sebagai PNS.

Sebenarnya Sem Muhaling merasa berat melepaskan status fulltimer di koran Cahaya Siang. Salah satu alasannya adalah soal gaji. Gaji sebagai seorang PNS ketika itu, ternyata hanya seperempat dari besarnya gaji sebagai seorang wartawan di harian Cahaya Siang.  Karena itu, ketika menerima amplop berisi SK Pengangkatan sebagai PNS dari tukang pos, ia sempat ngambek tidak mau memenuhi panggilan sebagai guru.  Setelah beberapa hari SK berada di tangannya, sang ayah almarhum menghardiknya karena tidak berangkat-berangkat juga ke Tompaso. Sang ayah membentak dengan alasan, orang lain berusaha dengan berbagai cara, sekalipun harus menyogok supaya bisa jadi PNS, tapi ia justru merasa berat untuk menjadi PNS.

Satu hal yang menjadi kelebihannya ketika menjadi PNS adalah tidak berlelah-lelah untuk ikut test penerimaan PNS. SK PNS-nya diterima secara otomatis karena ia adalah seorang penerima beasiswa TID (tunjangan ikatan dinas) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ia menerima beasiswa TID karena prestasi akademik selama kuliah. Menurut Sem Muhaling, ia sebenarnya menerima beasiswa TID karena dijanjikan akan diangkat menjadi tenaga dosen di almamaternya. Namun ternyata janji itu tidak bisa ditepati oleh pihak Fakultas dan Jurusan tempat perkuliahannya. Bahkan kantor pusat pun kurang mempedulikan berkas pengangkatan dosen. Akibatnya, berkas pengangkatan dosen-nya ditarik. Sebagai dampak dari ditariknya berkas itu, maka puluhan berkas pengangkatan bagi penerima TID menjadi terhambat, sehingga ia mendapat panggilan dan peringatan dari almamaternya. Dengan setengah hati ia pun memenuni permintaan kantor pusat IKIP Manado agar memasukkan berkas. Efeknya, setelah terkirim berkasnya, ia mendapat peringatan lagi dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan agar melengkapi beberapa berkas yang tidak dimasukkan. Hasilnya, SK pengangkatannya sebagai PNS tidak keluar sebagai tenaga dosen, melainkan guru pada SMA Negeri Tompaso Kabupaten Minahasa.

Ketika menjadi Guru di SMA Negeri Tompaso, ia masih tetap beraktivitas sebagai wartawan. Selama menjadi wartawan Cahaya Siang, ia sempat menjabat kepala Biro Bitung. Kantor Biro Bitung Cahaya Siang menempati salah satu ruangan di Bagian Humas Kantor Wali Kota Bitung. Hal ini membuat hubungan baik terjalin dengan wali kota Bitung saat itu, Drs. S.H. Sarundajang. Sehingga ketika ia menjadi guru di SMA Negeri Tompaso, wali kota Bitung Sarundajang merasa kehilangan. Untuk menutupi rasa kehilangan itu, wali kota melakukan langkah yang tak terduga, yakni meminta Kakanwil Depdikbud Sulut, Drs, Hengky Sumuan untuk memutasikan Sem Muhaling ke Kota Bitung. Hal ini diketahui, ketika Sekretaris Kota saat itu, Drs. Brammy Mussu memintanya untuk menyerahkan fotokopi SK PNS-nya guna diserahkan ke Kanwil Depdikbud. Selanjutnya ia mendapat panggilan dari Kanwil Depdikbud untuk menanyakan sekolah mana yang akan menjadi tujuan kepindahannya. Ia hanya mengatakan, kalau ini permintaan wali kota, ia tidak meminta lagi sekolah mana yang ia mau. Terserah kepada pihak Kanwil Depdikbud. Akhirnya SK muitasinya keluar dan ditempatkan di SMA Negeri Girian (sekarang SMA Negeri 1 Bitung) terhitung sejak Januari 1994.

Ketika mutasi dan menjadi guru pada SMAN Girian (SMAN 1 Bitung) ia mendapat tawaran menjadi salah seorang redaktur pada harian Telegraf Manado. Namun tawaran ini hanya sempat dipenuhi dalam waktu sebulan karena biaya transpostasinya dari Bitung ke Manado setiap hari jauh lebih besar daripada gaji yang dia terima sebulan.

Potensi jurnalismenya ternyata membuat media lain kepincut dengannya, yakni Tabloid Nakita Manado. Ia ditawari jabatan sebagai redaktur namun tidak bisa bertahan lama karena kasus yang sama dengan di harian Telegraf, yakni besar pasak daripada tiang, besar biaya transportasi daripada gaji. Ia pun mengundurkan diri dan berkonsentrasi pada profesi barunya sebagai guru.

Tahun 2001 merupakan awal dari statusnya sebagai birokrat. Ia memutuskan beralih dari profesi guru ke jabatan struktural di Dinas Pendidikan Nasional Kota Bitung berkat pendekatannya pada Kepala Dinas Diknas kala itu, Drs. Maurits Berhandus, SH. Ia putuskan keluar dari guru karena trauma dengan kasus pemukulan terhadap anak didiknya (kebetulan si anak didik terkenal bandel dan banyak alpa serta suka menggangu teman selama belajar di kelas) yg membuat orangtua murid datang melakukan komplein dan protes di sekolah. Beruntung ketika itu pengaruh Orde Baru masih kuat sehingga sang orangtua tidak berani melaporkannya ke polisi seperti era sekarang ini.

Di Dinas Diknas Kota Bitung, selama tiga bulan pertama ia dipercaya menjadi Kepala Seksi Pengembangan Seni Budaya, Bahasa dan Sastra. Setelah itu, atas permintaan wali kota Bitung Milton Kansil (alm.) diangkat menjadi Kepala Sub Dinas Humas Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Bitung. Alasan pengangkatannya dengan cara promosi jabatan ke eselon III karena ia adalah wartawan dan masalah situasi pemberitaan media massa tentang pemerintahan Kota Bitung yang sangat keras. Sem Muhaling dianggap bisa meredam media massa karena para wartawan dengan pos liputan Kota Bitung adalah teman-teman dan yuniornya. Tugas dan kepercayaan ini pun diterimanya, sehingga pemberitaan media yang keras tentang pemerintahan dan pembangunan kota Bitung dapat diatasi. Ia pun mendapat kepercayaan tambahan untuk menjadi Pimpro pembangunan statasiun radio dan televisi kota Bitung. Bahkan setelah pembangunannya selesai, ia pun dipercayakan oleh walikota Milton Kansil menjadi Direktur di kedua lembaga penyiaran itu sebagai Direktur PT Radio Kota Bitung FM dan Direktur Televisi Kota Bitung Multikanal. Namun jabatan ini tidak berjalan mulus hingga akhirnya kedua lembaga penyiaran itu harus tutup pada akhir masa jabatan Milton Kansil sebagai wali kota. Demikian pula dengan janji-janji walikota Milton Kansil untuk mempromosikannya menjadi Kepala Dinas Infokom tidak pernah terwujud.

Kisah janji promosi jabatan ke eselon II bahkan sampai pada dua periode berikutnya di masa kepemimpinan wali kota Hanny Sondakh selama dua periode, menyusul kepemimpinan wali kota berikut Maximiliaan Jonas Lomban serta 3 pelaksana tugas wali kota. Saat ini ia dalam jabatan Kepala Bidang Layanan Informasi, Humas dan Persandian di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bitung. Ia pernah dijanjikan untuk dipromosikan memegang jabatan eselon II namun tidak pernah diwujudkan oleh para wali kota yang menjanjikan. Padahal Sem Muhaling memiliki kontribusi yang cukup besar saat Pilkada 2005, 2009, 2014, bahkan Pilkada 2019.  Namun ia tetap tegar dan setia melaksanakan tugas, kerja, kerja dan kerja, karena ia memiliki prinsip PANTANG MEMINTA JABATAN, APALAGI MENGEMIS JABATAN. Karena prinsip itulah ia pasrah tidak dipromosikan, walau sebenarnya sempat Ketua Baperjakat, Sekretaris Kota Bitung adalah familinya sendiri.

4) Dunia Kesusastraan

Sejak SMP Sem suka mencorat-coret, menulis puisi untuk disimpan saja. Setelah SMA tulisan-tulisan puisinya mulai dikirim ke harian Obor Pancasila, Manado, majalah guru-guru, Spektrum yang terbit di Manado. Karya-karya Chairil Anwar dan J.E. Tatengkeng menjadi inspirasinya untuk mencorat-coret, membuat puisi. Karena suka menulis dan kecintaannya dengan dunia sastra, ia memilih kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, walaupun menurut dia, ia tidak pernah bercita-cita menjadi guru. Pada masa kuliah, berkata preswtasi akademiknya, ia mendapat Tunjangan Ikatan Dinas (TID), itu pula mengantarkan dia menjadi seorang guru. Semasa kuliah ia juga bekerja di koran Warta Utara. Di koran ini ia banyak menulis esai dan juga puisi. Selain itu ia juga banyak menulis di media nasional seperti koran Mutiara dan majalah Warna Sari. Namun sangat disayangkan, Sem merupakan orang yang tidak peduli dengan dokumentasi. Akibatnya, ada begitu banyak karya-karyanya tidak sempat dihimpun dan didokumentasikan.

a. Puisi

(1) Sasambo: antologi Puisi Enam Penyair, Manado: Forum Komunikasi Seni Budaya Sangihe Talaud 1991. Antologi puisi ini memuat sembilan puisi Sem Muhaling . Puisi-puisi yang termuat dalam antologi itu yaitu: “Kelima 000.000.000”, “Ritus”, “Riak”, “Bocah dan Karang Laut”, “Keringat”, “Jantung Lautku = Kita”, “Sepotong Nasib Peminta-minta”, “Perempuan dan Janin”, “Duri Diri”, “Malam Bumi”, “Rindu”, dan “Menjadi Kau”.
(2) Riak Utara
(3) Karya-karya puisinya juga diterbitkan di beberapa harian, seperti harian Obor Pancasila, Cahaya Siang, dan Manado Post.

b. Drama
Sem Muhaling menulis drama untuk kepentingan lingkungan sendiri yaitu menulis drama untuk perayaan Natal di gereja-gereja.

c. Karya Non-Fiksi
Karya-karya nonfiksi ditulisnya di koran tempatnya bekerja dan beberapa koran yang terbit di Sulawesi Utara. Ia juga mengirim tulisannya berupa esai ke Mingguan Mutiara, Jakarta; Majalah Warna Sari, Jakarta; dan Jawa Post, Surabaya.

5) Aktivitas Organisasi

a. Organisasi Gereja

Di bidang organisasi, Sem Muhaling terkenal sangat aktyif. Akibat kesibukannya di organiasi, hampir-hampir melupakan kodratnya sebagaio lelaki yang harus menikah. Sejak tamat SMA pada tahun 1993, ia telah terpilih menjadi seorang penatua  dalam jabatan sebagai Ketua Pemuda dan Remaja GMIM di jemaat GMIM Mawali dan menjabat sebagai Sekretaris Pemuda dan Remaja GMIM Wilayah Bitung IV yg mencakup seluruh pulau Lembeh. Jabatan ketua Pemuda Remaja GMIM jemaat Mawali ini dijabat hingga tahun 2000 (selama 4 periode). Sedangkan di tingkat Wilayah ia menjabat sebagai ketua sejak tahun 1989 hingga tahun 2005. Sedangkan pada periode 2000 - 2005 ia mendapat kepercayaan menjadi salah seorang pimpinan Komisi Pemuda Sinode GMIM di bawah kepemimpinan Pnt. Ir. Marhanny Victor Pua.
Dalam organisasi gereja di lingkungan Gereja Masehi Injili di Minahasa Sem Muhaling menjalani tugas kepelayanan selama 8 periode, masing-masing sbb.:

1983-1986
  1. Ketua Pemuda/Remaja Jemaat Mawali  
  2. Sekretaris Pemuda Remaja Wilayah Bitung IV
4 tahun
1986-1989
  1. Ketua Pemuda/Remaja Jemaat Mawali 
  2. Ketua   Pemuda Remaja Wilayah Bitung IV
  3. Anggota Badan Pekerja Sinode Lengkap
4 tahun
1990-1995
  1. Ketua Pemuda/Remaja Jemaat Mawali 
  2. Korbid (Ketua) Pemuda Remaja Wilayah Bitung VI
  3. Anggota Badan Pekerja Sinode Lengkap
5 tahun
1995-1999
  1. Ketua Pemuda Jemaat Mawali 
  2. Ketua Pemuda Wilayah Bitung VI
  3. Anggota Badan Pekerja Sinode Lengkap
5 tahun
2000-2005
  1. Ketua  Pemuda Wilayah Bitung VI/ 
  2. Pimpinan Komisi Pelayanan Pemuda Sinode GMIM

5 tahun
2005-2009
  1. Penatua di Jemaat GMIM Bukit Karmel Kakenturan Dua
  2. Anggota Pengganti Badan Pekerja Sinode Lengkap
5 tahun
2010-2013
  1. Penatua di Jemaat GMIM Bukit Karmel Kakenturan Dua
  2. Anggota Badan Pekerja Majelis Sinode
4 tahun
2014-2017
  1. Penatua di Jemaat GMIM Bukit Karmel Kakenturan Dua
  2. Anggota Badan Pekerja Majelis Sinode 
4 tahun

b. Organisasi  Politik dan Sosial 

1998-sekarang
Pengurus Harian IKSSAT Kota Bitung
1983-1988
DPD PFI (Persatuan Fotografi Indonesia) Kota Bitung
1983-1988
Wakil Ketua Teater Repsas 83 Bitung (Kini Sanggar Tangkasi Kota Bitung)
1987-1988
Pengurus Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FPBS IKIP Manado
1989-1992
Ketua KNPI Kecamatan Bitung Selatan
1992-1996
Wakil Sekretaris DPD KNPI Kota Bitung
1990-1995
Wakil Ketua DPD AMPI Kota Bitung
1988-1998
Ketua Bidang Informasi DPD Golkar Kota Bitung
1989-1994
Pengurus Bakom-PKB Kota Bitung
1987-1992
Pengurus DPD MKGR Kota Bitung
1992-1996
Ketua Forum Komunikasi Seni Budaya Sangihe Talaud
=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar