Minggu, 08 November 2020

Strong Acid Water Aman Bagi Kulit dan Kesehatan


Strong Acid Water Aman Bagi Kulit dan Kesehatan
 Untuk meliterasi wartawan instan yang tidak memiliki modal tata bahasa dan kriteria penulisan berita, maka saya akan mencoba melakukan editing/penyuntingan berita di media daring dan bisa juga media cetak dan membandingkannya dengan produk asli terbitan media bersangkutan.













 Strong Acid Water Aman Bagi Kulit dan Kesehatan
SUMBER ASLI
HASIL EDIT
Dalam kunjungan Kapolda Sulut Irjen Pol Royke Lumowa ke kota Bitung Senin (27/04/20), rombongan langsung di jemput oleh Walikota Bitung Maximilian Jonas Lomban SE MSi bersama Kapolres Bitung AKBP FX Winardi Prabowo di kawasan KEK.
Kapolda Sulut sempat memantau cara petugas gugus tugas covid-19 Bitung melakukan tes kesehatan dan penyemprotan disinfektan dikendaraan serta penyemprotan strong acid water ke bagian tubuh warga diruangan chamber yang sudah disiapkan.
Saat itu juga Jenderal Bintang Dua ikut masuk di ruangan chamber yang disiapkan PMI Bitung, Dan dilakukan penyiraman seperti warga yang lain.
Selanjutnya saat berada di pelabuhan Bitung, Walikota MJL sempat menyemprotkan ke tangan Kapolda strong acid water yang gunanya untuk membersihkan tangan sesudah melakukan aktivitas.
Sesudah melakukan penyemprotan ditangan Kapolda dan Kapolres Bitung, Lomban menjelaskan bahwa yang di gunakan di KEK adalah strong acid water, air yang sama yang digunakan saat itu, yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia.
Seperti yang pernah diberitakan, bahwa strong acid water, disiapkan oleh PMI Bitung lewat ketua Dra Khouni Lomban Rawung untuk membantu pencegahan penyebaran covid-19 di Kota Bitung, dan disiapkan di beberapa titik pintu masuk Bitung yang tidak berbahaya bagi kulit dan kesehatan manusia. 
Sumber berita ada di SINI Dikutip tanggal 29 April 2020 jam 09.10
Strong acid water, cairan yang disemprotkan saat melakukan pemeriksaan kesehatan pada tubuh warga di ruangan khusus, dinyatakan aman bagi kulit dan kesehatan manusia. Hal ini dikemukakan Wali Kota Bitung, Maxmiliaan Jonas Lomban ketika melakukan  penyemprotan cairan ke tangan Kapolda Sulut,  Irjen Pol Royke Lumowa, saat melewati gerbang pemeriksaan orang dan kendaraan yang masuk kota Bitung, Senin (27/4) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung.
Di gerbang pemeriksaan itu, rombongan Kapolda  dijemput oleh Walikota Bitung bersama Kapolres Bitung AKBP FX Winardi Prabowo. Pada kesempatan itu, Kapolda Sulut ikut menyaksikan cara petugas Gugus Tugas Covid-19 Bitung dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dan penyemprotan disinfektan di kendaraan serta penyemprotan strong acid water ke bagian tubuh warga di ruangan yang sudah disiapkan.
Jenderal bintang dua itu ikut masuk di ruangan khusus atau chamber yang disiapkan PMI Bitung dan dilakukan penyemprotan seperti warga lainnya.
Dari gerbang pemeriksaan di KEK Bitung, Kapolda melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Bitung.
Seperti diberitakan sebelumnya, strong acid water disiapkan oleh PMI Bitung lewat ketua Dra Khouni Lomban Rawung untuk membantu pencegahan penyebaran Covid-19 di Kota Bitung. Cairan ini disiapkan di beberapa titik pintu masuk Bitung dan dinyatakan tidak berbahaya bagi kulit dan kesehatan manusia. 
 

Begini Jika Darurat Gunakan Vaksin Covid-19

Begini Jika Darurat Gunakan Vaksin Covid-19

BITUNG – Gonjang-ganjing pengembangan vaksin Covid-19 melanda dunia. Tak ayal, Indonesia pun ikut dalam gonjang-ganjing tersebut. Bahkan saat ini pemerintah sedang melakukan uji klinis vaksin Covid-19 melalui perguruan tinggi dan BUMN.

Sebagaimana diberitakan berbagai media, beberapa neagra sedang melakukan uji klinis vaksin Covid-19. Antara lain, China, Amerika Serikat, Rusia, Italia, dan negara-negara Eropa lainnya. Sementara Indonesia sendiri, saat ini sedang melakukan uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjadjaran Bandung bekerja sama dengan Bio Farma.

Kehadiran vaksin Covid-19 saat ini sudah sangat dibutuhkan oleh setiap orang. “Kehadiran vaksin Covid-19 saat ini sudah sangat urgen,” kata kepala Dinas Kominfo Kota Bitung, Franky Sondakh, SE, MSi, Sabtu (6/11) ketika dimintai tanggapannya soal uji klinis vaksin yang dilakukan berbagai negara terutama Indonesia. Namun, katanya, penggunaan vaksin Covid-19 bagi masyarakat perlu pengaturan dan syarat-syarat ketat, apalagi dalam penggunaan darurat.

Sebagaimana diberitakan, pemerintah Indonesia saat ini sedang antusias dan meyakini bahwa Indonesia sangat membutuhkan segera kehadiran vaksin COVID-19. Hal ini  guna mengatasi pandemi yang berdampak secara sosial dan ekonomi dalam kehidupan rakyat Indonesia. Terlebih dunia usaha yang benar-benar mengalami pukulan telak pandemi Covid.

Walaupun demikian, rencana pemerintah untuk mengadakan vaksin Covid-19 menjadi sorotan masyarakat terutama di sisi keamanan penggunaannya. Terlebih lagi dalam situasi pandemi, menurut WHO diizinkan badan regulator setempat untuk mengeluarkan izin penggunaan darurat baik untuk obat, alat kesehatan  maupun vaksin atau dikenal dengan emergency use authorization (EUA) untuk mempercepat penanganan COVID-19. 

“Apakah pemerintah sudah siap dengan segala regulasi dan perangkat pengamanan penggunaan vaksin?,” tanya tokoh masyarakat kota Bitung, Herman Bogar, Sabtu (7/11). Jangan sampai, kata Bogar, setelah digunakan ternyata vaksin tersebut tidak memberi kontribusi bagi pencegahan pandemi Covid-19.

Memang pemerintah seharusnya mempersiapkan semua syarat, ketentuan dan izin penggunaan vaksin bagi masyarakat, terutama pada penggunaan darurat. Mengapa pemerintah perlu mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin COVID-19? Ada beberapa alasan yang sangat mendasar bagi pemerintah untuk mengeluarkan izin penggunaan darurat. Alasan paling pokok adalah kondisi pandemi yang membutuhkan ketersediaan vaksin dengan cepat. Lalu, tidak ada atau terbatasnya pilihan vaksin untuk pencegahan penyakit yang menjadi pandemi saat ini. 

Sebagaimana diketahui, sejak pemerintah menyatakan Indonesia terkena Pandemi COVID-19 pada ada awal Maret lalu, jumlah kasus COVID-19 terus meningkat secara signifikan sampai saat ini. Karena itu, Prof. dr Boetje Moningka, Guru Besar emeritus Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado mengatakan, bahwa untuk protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penularan virus Covid-19 telah disampaikan oleh pemerintah sejak awal pandemi di bulan Maret lalu. Namun faktanya, kata Moningka, masih banyak anggota masyarakat yang tidak menerapkan protokol kesehatan dimaksud. Di mana-mana, terutama pasa-pasar dan pusat keramaian seperti terminal dan pelabuhan masih banyak yang berdsesak-desakan. Malah ada yang tanpa menggunakan masker dan tidak mencuci tangan.

Melihat fakta tersebut, menurut Moningka, perlu tindakan lain dari pemerintah. Tidak sekadar mengajak lakukan protokol kesehatan agar transmisi virus tidak terus berlangsung. Tindakan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah penyediaan vaksin Covid-19. Lebih cepat lebih baik. “Namun tetap harus dipertimbangkan keamanan penggunaannya.

Sebagaimana diberitakan, salah satu cara percepatan penggunaan vaksin Covid-19 yang diperbolehkan adalah pemberian Izin Penggunaan Darurat atau EUA. “Izin itu diberikan oleh badan regulator di negara masing-masing, untuk Indonesia itu berarti Badan POM. Penting diketahui juga persetujuan darurat itu hanya untuk pemakaian terbatas di saat pandemi dan EUA bukanlah izin edar. Tentunya EUA harus perhatikan aspek keamanan, khasiat dan mutu,“  kata Prof. Dr. dr. Cissy Rachiana Sudjana Prawira-Kartasasmita, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung

Profesor Cissy yang juga sebagai Ketua Satgas Imunisasi IDAI itu menambahkan, Izin Penggunaan Darurat yang diberikan oleh badan regulator mempertimbangkan rasio kemanfaatan dan risiko, berdasarkan seluruh data mutu, non klinik dan klinik serta risiko kondisi kesehatan masyarakat yang ditimbulkan penyakit. Selain itu juga data uji klinik untuk memastikan keamanan dan khasiat serta mutu vaksin untuk digunakan masyarakat.

“Menurut WHO syarat sebuah vaksin dapat diberikan EUA adalah minimal 50 persen relawan sudah divaksinasi secara penuh dan terus dipantau selama 3 bulan setelah suntikan terakhir. Hal tersebut juga berlaku untuk vaksin jadi yang diimpor,“ imbuh Prof Cissy. (Semuel Muhaling)

Mengejutkan! Seperti Ini Sikap Masyarakat Terhadap Uji Klinis Vaksin COVID-19

Mengejutkan! Seperti Ini Sikap Masyarakat Terhadap Uji Klinis Vaksin COVID-19

BITUNG – Seperti apa sikap masyarakat kota Bitung khususnya dan Indonesia pada umumnya terhadap uji klinis vaksin Covid-19? Dari penelusuran beberapa sumber media daring maupun luring, serta pernyataan tim riset uji klinis, ditemukan fakta bahwa masyarakat sangat antusias dalam berkontribusi menjadi relawan vaksin COVID-19.

Yetrinecke Lalenoh, seorang ibu rumah tangga yang dimintai tanggapannya Sabtu kemarin mengatakan, ia sangat siap untuk menjadi relawan seandainya pendaftaran dan seleksi calon relawan dilaksanakan di Bitung. Namun karena tidak ada di sini, jadi ia hanya bisa menjadi penonton dan pendengar tentang informasi sola uji klinis vaksin Covid-19.

Sementara itu, Natalia Lalelah, seorang pekerja kesehatan mengatakan, ia sebenarnya berminat untuk menjadi relawan. Namun karena di daerah ini tidak ada pendaftaran dan seleksi relawan, maka ia hanya bisa berharap agar uji klinis vaksin Covid-19 itu akan segera selesai. “Jika vaksin sudah resmi dapat digunakan oleh masyarakat, saya kira sudah bisa dilakukan imunisasi kepada warga masyarakat,” kata Natalia yang sudah keliling beberapa daerah sebagai tenaga program Indonesia Sehat. 

Antusiasme masyarakat terhadap uji klinik vaksin Covid-19 juga diungkapkan Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjadjaran Bandung, Profesor Dr. Kusnandi Rusmil. Dalam Dialog Produktif “Kelanjutan Uji Klinis Vaksin COVID-19" di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), yang dilaksanakan secara virtual baru-baru ini, menurut Prof Kusniadi, tim uji klinis yang bekerja sama dengan Bio Farma dalam mengembangkan vaksin Sinovac sebenarnya hanya membutuhkan relawan sebanyak 1.620 orang. Namun faktanya, yang ikut mendaftarkan diri sebagai relawan mencapai 2.200 orang.

Walaupun peminat menjadi relawan demikian banyaknya yang mendaftarkan diri, ternyata tidak semua pendaftar langsung bisa diterima oleh tim. Sebab, ada aturan protokol ketat yang diterapkan untuk menyaring peserta yang memenuhi persyaratan. Bagi yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dintakan tidak lolos dalam seleksi.

“Yang diterima hanya orang-orang sehat berumur 18-59 tahun. Kita lakukan pemeriksaan dulu, rapid test dan swab test, jika dia negatif, tiga hari kemudian dia datang lagi. Kita berikan imunisasi.  Sebelumnya kita ambil darahnya. Lalu empat belas hari kemudian disuntik lagi untuk yang kedua. Kemudian tiga bulan berikutnya diambil darah (lagi), dan enam bulan kemudian kembali diambil darah,” jelas Prof Kusnandi.

Dalam rentang waktu selama enam bulan sejak rapid test dan swap test, 1.620 peserta yang dinyatakan lolos seleksi dan menjadi relawan diperiksa kesehatan dan reaksi tubuhnya terhadap vaksin yang disuntikkan pada mereka.

Pelaksanaan uji klinis pada para relawan dilakukan tim secara hati-hati. Tim peneliti dari Universitas Padjadjaran Bandung itu memantau terus kualitas vaksin yang dikembangkan oleh Bio Farma dalam periode yang berbeda. “Kita juga melihat batch consistency. Kita melihat beberapa vaksin yang dibikin Bio Farma itu pada bulan-bulan yang berlainan. Sehingga kita lihat apakah konsisten tidak hasilnya,” jelas Prof Kusnandi. 

Lebih lanjut Prof Kusniadi mengatakan, bahwa hasil uji klinis inilah yang kemudian akan menjadi pegangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) untuk mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) ataupun persetujuan kelayakan penggunaan vaksin ke masyarakat.

Sementara itu, Dr. Lucia Rizka Andalusia, Apt. M.Pharm, MARS, Direktur Registrasi Obat Badan POM, Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 menyatakan  sangat berharap agar data uji klinik fase ketiga ini dapat memberikan pembuktian ilmiah bahwa vaksin tersebut berkhasiat dan aman untuk digunakan pada manusia.

“Kami akan melihat tuh datanya, keamanannya bagaimana, persentase kejadian efek samping dan sebagainya seberapa besar. Kemudian paling penting juga adalah khasiatnya bagaimana,” ujar Andalusia.

Memang harus diakui, menurut beberapa sumber berkompeten, tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjadjaran memang sudah mempunyai riwayat kredibilitas dalam melakukan uji klinik vaksin. Karena itu, pemerintah memberikan kepercayaan kepada tim ini dalam melakukan uji klinik vaksin Covid-19. (Sem Muhaling) 

 

Sabtu, 07 November 2020

Mengapa Vaksin Covid-19 Penting?

Ayo #CariTauVaksin
Mengapa Vaksin Covid-19 Penting?

 


Ayo #CariTauVaksin
Mengapa Vaksin Covid-19 Penting?


Virus Covid-19 telah menyerang umat manusia di seluruh dunia. Virus ini telah mewabah dan menjadi pandemi global sejak akhir tahun 2019 di Wuhan China. Namun sampai hari ini belum ada satu pun negara di dunia yang menemukan obat untuk menyembuhkan penderitanya. Yang ada baru penelitian, pengembangan dan uji coba vaksin untuk mencegah penyebaran virus mematikan ini.

Para ahli di berbagai negara terus melakukan penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19. Parea ahli dari Indonesia pun tidak mau ketinggalan. Mereka terus berupaya menemukan vaksin untuk melawan virus corona jenis baru penyebab Covid-19. Hingga ini sudah ada belasan kandidat vaksin yang masih menjalani berbagai tahapan uji coba. Uji coba perlu dilakukan sebelum dinyatakan aman bagi umat manusia. Apalagi, pada dasarnya pembuatan vaksin membutuhkan waktu penelitian dan ujian klinis selama bertahun-tahun sebelum dapat digunakan untuk kepentingan klinis umat manusia.

Sebelum sebuah vaksin dinyatakan aman untuk digunakan pada manusia, dibutuhkan setidaknya lima fase pengujian. Fase-fase itu meliputi (1) uji keamanan dan dosis vaksin, (2) vaksin diuji keamanan dengan lebih luas, (3) vaksin diuji kemanjuran dalam skala besar, (4) vaksin disetujui untuk penggunaan awal atau terbatas, dan (5) vaksin disetujui untuk penggunaan penuh.

Saat ini beberapa negara telah berhasil melewati fase-fase pengujian vaksin Covid-19, walaupun peneltian dan pengembangannya belum melewati waktu bertahun-tahun. Sebab, serangan wabah covid-19 baru menyerang secara global di awal tahun 2020. Indonesia saja baru menerapkan kewaspadaan dengan berbagai pembatasan aktivitas warga sejak Maret 2020. 

Di Indonesia, penelitian, pengembangan dan uji coba vaksin Covid-19 telah berhasil dilakukan oleh para ahli. Nama vaksinnya adalah Vaksin Merah-Putih. Vaksi itu dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekular Eijckman. Penemuan ini memberikan rasa optimis bagi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Ia berharap Indonesia mampu mandiri dengan vaksin yang dikembangkan dan diproduksi sendiri. 

Penemuan Vaksin Merah Putih ini ditarget dapat diproduksi massal pada akhir tahun 2021 oleh Biofarma. Namun diharapkan oleh pemerintah, vaksin ini dapat ikut diproduksi oleh perusahaan swasta. Vaksin ini untuk melengkapi vaksin produk negara lain yang akan dikerjasamakan dengan Indonesia.

Apakah Vaksin itu?


Banyak orang, terutam kaum awam akan bertanya, apa sih vaksin itu? Apakah sejenis obat atau bukan? Apakah menyembuhkan penyakit atau mencegah penyakit? Vaksin sebenarnya adalah zat atau substansi yang diciptakan untuk oleh ahli membantu melawan penyakit tertentu. Vaksin sendiri mengandung virus yang telah dilemahkan atau bahkan virus yang sudah mati. Fungsinya untuk membantu mendeteksi virus aktif yang menyerang tubuh seseorang. Dengan demikian, sistem imun tubuh seseorang akan melakukan perlawanan terhadap virus aktif yang menyerang dan menginfeksi tubuh orang tersebut.  

Vaksin sendiri ditemukan oleh Edward Jenner. Bersumber dari History of Vaccine, Jenner pertama kali menemukan penemuan ini tahun 1796.  Saat itu Jenner membuat percobaan menggunakan cacar sapi. Jenner mengambil sampel nanah pada cacar sapi dari seorang pemerah susu.  Sampel nanah tersebut kemudian ditularkan pada seorang anak laki-laki. Lalu pada beberapa minggu kemudian, anak laki-laki tersebut juga oleh Jenner ditularkan dengan virus cacar air. Hasilnya cukup mengejutkan, Anak itu ternyat tidak tertular dengan virus cacar air. Inilah sejarah awal mulanya penemuan vaksin, dalam hal ini vaksin cacar air. Kabar penemuan Jenner ini pun menyebar di seluruh dunia. 

Beberapa ahli pun ikut mencoba melakukan penelitian dan pengembangan virus jenis lain. Salah satunya adalah Louis Pasteur. Belajar dari temuan Jenner itu, kemudian pada tahun 1881 Louis Pasteur menemukan dan mengembangkan virus antrax. Lalu pada tahun 1885 ia berhasil pula menemukan vaksin rabies untuk mencegah penularan virus rabies pada anjing dan manusia. Di antaranya adalah vaksin tetanus, vaksin Hepatitis A dan B, vaksin TBC, vaksin kolera, vaksin tipes, vaksin demam kuning, vaksin pes atau sampar, vaksin Polio, vaksin campak, vaksin Flubio, vaksin Hepatitis B rekombinan, vaksin BCG, vaksin Jeap Td, vaksid Jerap DT, vaksin DTP, vaksin DTP-HB, vaksin Pentabio dan masih banyak lagi yang lain. 

Vaksin pentabio sendiri digunakan untuk mencegah difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi haemophilus influenza tipe B, yaitu kuman penyebab utama pneumonia (radang paru-paru) dan meningitis (radang selaput otak) pada anak berusia kurang dari 5 tahun.

Untuk Apa Vaksin itu?

Mungkin ada masyarakat awam akan bertanya, untuk apa vaksin itu? Kenapa bukan obat yang dibuatkan untuk mengobati pasien yang terpapar Covid-19? Walaupun vaksin bukanlah obat untuk menyembuhkan, namun vaksin memilik manfaat luar biasa bagi manusia. Manfaatnya adalah menyelamatkan jiwa manusia, melindungi diri sendiri, keluarga dan masyarakat dari berbagai penyakit menular yang berbahaya.

Organisasi kesehatan dunia WHO menyebutkan, bahwa vaksin mampu menyelamatkan 2 hingga 3 juta jiwa dari serangan virus mematikan di seluruh dunia. Karena itu, penelitian, pengembangan dan pemanfaatan vaksin merupakan keniscayaan yang wajib dilakukan umat manusia. Jika tidak, berbagai penyakit menular yang disebabkan oleh virus akan memapu melenyapkan umat manusia dari muka bumi ini.

Sejarah mencatat, bahwa sejak ditemukannya vaksin oleh Edward Jenner tahun 1796, penyakit kelumpuhan yang dulunya banyak menyerang manusia, dapat diatasi sehingga berkurang bahkan lenyap dari muka bumi. Penemuan Jenner dilakukan dengan cara membuat percobaan menggunakan cacar sapi. Jenner mengambil nanah pada cacar sapi pada seorang pesien yang juga sebagai pekerja pemerah susu.

Vaksin pada hakikatnya tidak hanya disiapkan dan diterapkan kepada individu tertentu. Vaksin diciptakan untuk melindungi semua orang termasuk mereka yang tidak bisa diimunisasi seperti kelompok usia tertentu maupun mereka yang menderita penyakit tertentu.

Apakah Vaksin itu Benar-benar Aman?

Di masa awal penerapan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di pedesaan seluruh Indonesia,  banyak orangtua terutama ibu-ibu jadi trauma pergi ke Posyandi untuk melakukan imunisasi anaknya. Hal ini terjadi karena pada awal imunisasi (vaksin campak, DPT atau BCG) anaknya mengalami demam panas sehingga menimbulkan kekalutan bagi orang tua. Kegalauan ini terjadi karena kurangnya pemberian pemahaman oleh petugas Posyandu yang rata-rata kaum awam tentang efek dari imunisasi. 

Orangtua terutama ibu-ibu di masa awal imunisasi anak kurang diberi pemahaman bahwa setelah imunisasi, anaknya akan mengalami kondisi tertentu. Padahal, kondisi seperti mengalami demam panas adalah hal biasa setelah imuniasi. Itu bukanlah pertanda anak mengalami efek buruk dari imunisasi.

Bayi, anak-anak, dan orang dewasa mungkin akan mengalami efek samping atau sakit setelah menjalani imunisasi vaksin tertentu. Namun, sebagian besar vaksin jarang menimbulkan efek samping yang serius. Resiko efek samping vaksin yang terjadi pasca imunisasi sebenarnya masih jauh lebih rendah dibandingkan risiko terkena penyakit yang sebenarnya. Namun karena sudah diimunisasi, penyakit itu dapat dicegah dengan vaksin.
Dari berbagai pengalaman, setiap jenis vaksin memiliki efek samping yang berbeda. Namun sebagian besar efeknya hanya yang ringan-ringan saja. Efek samping yang umumnya terjadi, antara lain (1) rasa sakit sementara pada area yang disuntik, (2) kemerahan, bengkak, atau nyeri di tempat suntikan, (3) gejala mirip flu atau tidak enak badan (demam ringan, sakit perut, muntah, hilang selera makan, dan sakit kepala). Bagi bayi dan balita biasanya suhu tubuh naik di atas normal. 

Walaupun ada efek samping yang terjadi setelah imunisasi vaksin, namun hal ini hanya berlangsung tidak lama. Biasanya hanya sekitar 1-2 hari. Namun, jika ternyata Anda atau anak (bayi dan balita) mengalami gejala yang berkelanjutan, sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau Puskesmas terdekat.

Yang perlu diketahui dan dipahami setiap orang, bahwa sebuah vaksin diproduksi massal dan digunakan untuk manusia setelah melewati uji klinis, uji keamanan dan uji efektivitas yang ketak sebelum disetujui dan digunakan pada manusia. Ada tahapan-tahapan yang harus dilewati sampai vaksin tersebut disetujui oleh pemerintah dan lembaga berkompeten lainnya. Dengan demikian, tidak perlu ada kekhawatiran dari masyarakat tentang keamanan sebuah vaksin bagi manusia. Artinya, VAKSIN ITU AMAN BAGI MANUSIA.

Mengapa Perlu Imunisasi Massal?

    Imunisasi adalah sebuah proses menjadikan seseorang imun atau kebal terhadap penyakit tertentu. Hal ini dilakukan dengan cari memberikan vaksin tertentu sesuai penyakit target guna merangsang sistem kekebalan tubuh. Setelah menerima suntikan vaksin, tubuh seseorang akan kebal terhadap penyakit tersebut.

Terkait dengan penggunaan vaksin Covid-19, tidak bedanya dengan vaksin yang lain. Sifatnya harus massal. Tidak boleh parsial atau hanya orang-orang tertentu. Hal wajib dilakukan agar penyebaran dan infeksi virus dapat ditekan seminimal mungkin terhadap masyarakat. Sebab, penyebaran virus sifatnya menyebar dari orang ke orang.
 
Jika satu orang terpapar virus Covid-19 lalu menularkan kepada orang lain yang tidak imun, maka orang tersebut akan ikut terpapar virus Covid-19. Demikian seterusnya terhadap orang yang lain. Namun, jika seseorang terpapar virus Covid-19 lalu ia menularkan kepada orang lain yang sudah diimunisasi, maka orang yang sudah diimunisasi itu tidak akan mengalami penyakit yang dibawa virus Covid-19. Sebab, virus itu telah mati oleh kekebalan tubuh.

Karena fakta penyebaran dan efek dari imunisasi virus Covid-19, maka imunisasi massal wajib dilakukan. Terutama di dalam kawasan yang memiliki potensi besar penyebaran virus. Walaupun tindakan ini tidak menghilanhkan secara 100% penyebaran virus Covid-19 dalam lingkungan tertentu, namun hal ini mampu meminimalisasi potensi penyebaran atau penularan kepada orang lain. Dengan imunisasi massal, mata rantai penyebaran atau penularan wabah virus Covid-19 dapat diputuskan. Efeknya adalah terjadi kekebalan secara kelompok terhadap serangan virus itu sendiri.

Apa Efek Samping Imunisasi?

    Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa di kalangan masyarakat awam ada kekhawatiran terhadap efek samping imunisasi. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang imunisasi. Ini akibat kurangnya literasi petugas kesehatan kepada masyarakat, termasuk para petugas Posyandu di kelurahan dan pedesaan. Untuk itu, sangat disarankan agar petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Daerah untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang efek samping yang sifatnya sementara setelah melakukan imunisasi.

    Memang harus diakui, ada orang-orang (terutama anak bayi dan balita) tertentu yang akan mengalami ketidaknyamanan atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) setelah menjalani imunisasi atau vaksinasi. Kasus demikian hanyalah bersifat ringan dan tidak berbahaya. Kalau tokh ada efek samping berat dan berbahaya, itu hanya kasuistis dan sangat jarang terjadi. Namun jika ternyata ada kejadian timbul efek samping berat pasca imunisasi, sangat disarankan untuk segera menghubungi dokter atau Puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan dan diagnosis.

Semoga tulisan ini bermanfaat abgi kita semua. Ayo #CariTauVaksin (Semuel Muhaling/Humas Kota Bitung)

Rujukan
https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5f39f9fad1a39/adu-cepat-penemuan-vaksin-covid-19
https://health.grid.id/tag/vaksin-virus-corona
https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/19/114700965/rekam-jejak-upaya-penemuan-vaksin-covid-19-dan-tahapan-yang-dilalui?page=all
https://lifestyle.kontan.co.id/news/sejarah-vaksin-penemuan-yang-mengubah-dunia-kesehatan-dan-pengobatan?page=all
https://www.idntimes.com/science/discovery/bayu-widhayasa/5-penemuan-vaksin-yang-banyak-selamatkan-nyawa-anak-anak-dunia-exp-c1c2
https://www.halodoc.com/artikel/7-jenis-vaksin-yang-dibutuhkan-orang-dewasa
https://www.liputan6.com/health/read/2555015/cermati-macam-macam-vaksin-dan-kegunaannya
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/efek-samping-imunisasi/
https://www.alodokter.com/imunisasi
https://farmasetika.com/2020/09/10/vaksin-covid-19-merah-putih-diproduksi-2021-presiden-jokowi-optimis-bisa-mandiri/#Penemuan_Vaksin_Merah_Putih_dan_Kemandirian_Bangsa