Mengejutkan! Seperti Ini Sikap Masyarakat Terhadap Uji Klinis Vaksin COVID-19
BITUNG – Seperti apa sikap masyarakat kota Bitung khususnya dan Indonesia pada umumnya terhadap uji klinis vaksin Covid-19? Dari penelusuran beberapa sumber media daring maupun luring, serta pernyataan tim riset uji klinis, ditemukan fakta bahwa masyarakat sangat antusias dalam berkontribusi menjadi relawan vaksin COVID-19.
Yetrinecke Lalenoh, seorang ibu rumah tangga yang dimintai tanggapannya Sabtu kemarin mengatakan, ia sangat siap untuk menjadi relawan seandainya pendaftaran dan seleksi calon relawan dilaksanakan di Bitung. Namun karena tidak ada di sini, jadi ia hanya bisa menjadi penonton dan pendengar tentang informasi sola uji klinis vaksin Covid-19.
Sementara itu, Natalia Lalelah, seorang pekerja kesehatan mengatakan, ia sebenarnya berminat untuk menjadi relawan. Namun karena di daerah ini tidak ada pendaftaran dan seleksi relawan, maka ia hanya bisa berharap agar uji klinis vaksin Covid-19 itu akan segera selesai. “Jika vaksin sudah resmi dapat digunakan oleh masyarakat, saya kira sudah bisa dilakukan imunisasi kepada warga masyarakat,” kata Natalia yang sudah keliling beberapa daerah sebagai tenaga program Indonesia Sehat.
Antusiasme masyarakat terhadap uji klinik vaksin Covid-19 juga diungkapkan Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjadjaran Bandung, Profesor Dr. Kusnandi Rusmil. Dalam Dialog Produktif “Kelanjutan Uji Klinis Vaksin COVID-19" di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), yang dilaksanakan secara virtual baru-baru ini, menurut Prof Kusniadi, tim uji klinis yang bekerja sama dengan Bio Farma dalam mengembangkan vaksin Sinovac sebenarnya hanya membutuhkan relawan sebanyak 1.620 orang. Namun faktanya, yang ikut mendaftarkan diri sebagai relawan mencapai 2.200 orang.
Walaupun peminat menjadi relawan demikian banyaknya yang mendaftarkan diri, ternyata tidak semua pendaftar langsung bisa diterima oleh tim. Sebab, ada aturan protokol ketat yang diterapkan untuk menyaring peserta yang memenuhi persyaratan. Bagi yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dintakan tidak lolos dalam seleksi.
“Yang diterima hanya orang-orang sehat berumur 18-59 tahun. Kita lakukan pemeriksaan dulu, rapid test dan swab test, jika dia negatif, tiga hari kemudian dia datang lagi. Kita berikan imunisasi. Sebelumnya kita ambil darahnya. Lalu empat belas hari kemudian disuntik lagi untuk yang kedua. Kemudian tiga bulan berikutnya diambil darah (lagi), dan enam bulan kemudian kembali diambil darah,” jelas Prof Kusnandi.
Dalam rentang waktu selama enam bulan sejak rapid test dan swap test, 1.620 peserta yang dinyatakan lolos seleksi dan menjadi relawan diperiksa kesehatan dan reaksi tubuhnya terhadap vaksin yang disuntikkan pada mereka.
Pelaksanaan uji klinis pada para relawan dilakukan tim secara hati-hati. Tim peneliti dari Universitas Padjadjaran Bandung itu memantau terus kualitas vaksin yang dikembangkan oleh Bio Farma dalam periode yang berbeda. “Kita juga melihat batch consistency. Kita melihat beberapa vaksin yang dibikin Bio Farma itu pada bulan-bulan yang berlainan. Sehingga kita lihat apakah konsisten tidak hasilnya,” jelas Prof Kusnandi.
Lebih lanjut Prof Kusniadi mengatakan, bahwa hasil uji klinis inilah yang kemudian akan menjadi pegangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) untuk mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) ataupun persetujuan kelayakan penggunaan vaksin ke masyarakat.
Sementara itu, Dr. Lucia Rizka Andalusia, Apt. M.Pharm, MARS, Direktur Registrasi Obat Badan POM, Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 menyatakan sangat berharap agar data uji klinik fase ketiga ini dapat memberikan pembuktian ilmiah bahwa vaksin tersebut berkhasiat dan aman untuk digunakan pada manusia.
“Kami akan melihat tuh datanya, keamanannya bagaimana, persentase kejadian efek samping dan sebagainya seberapa besar. Kemudian paling penting juga adalah khasiatnya bagaimana,” ujar Andalusia.
Memang harus diakui, menurut beberapa sumber berkompeten, tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjadjaran memang sudah mempunyai riwayat kredibilitas dalam melakukan uji klinik vaksin. Karena itu, pemerintah memberikan kepercayaan kepada tim ini dalam melakukan uji klinik vaksin Covid-19. (Sem Muhaling)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar