Ads

Tampilkan postingan dengan label Epifanius. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Epifanius. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 September 2025

Koliridianisme: Bidat Penyembah Maria dan Pengaruhnya pada Ajaran Kristen dan Islam

Koliridianisme: Telaah Sejarah dan Jejak Teologisnya yang Abadi pada Kekristenan dan Islam dari Abad ke-7 hingga Sekarang


 

Pendahuluan: Hantu dalam Heresiologi

Tulisan ini menelaah sejarah dan pengaruh sebuah bidat Kristen yang hampir terlupakan dari abad ke-4 Masehi, yang dikenal sebagai Koliridianisme. Fenomena unik dari bidat ini bukanlah pada signifikansi historisnya yang luas, melainkan pada peran disproporsionalnya dalam wacana teologis antara Kekristenan dan Islam yang berlangsung berabad-abad setelah dugaan keberadaannya. Koliridianisme, yang keberadaannya hampir sepenuhnya didasarkan pada satu sumber tunggal yang diperdebatkan, telah menjadi titik fokus yang mengejutkan untuk memahami hubungan teologis antara dua agama terbesar di dunia. Laporan ini akan bergerak melampaui deskripsi historis sederhana dan berfungsi sebagai studi kasus dalam kritik tekstual, filsafat sejarah agama, dan dialog antaragama.

Analisis ini saya mulai dengan mengkaji sumber primer, yaitu karya apologetik dari Bapa Gereja, Santo Epifanius dari Salamis, kemudian berlanjut ke interpretasi dan penggunaannya dalam teks Islam, Al-Qur'an, dan diakhiri dengan evaluasi ulang oleh para akademisi modern. Cakupan tulisan ini membentang dari abad ke-4 Masehi (era Epifanius) hingga abad ke-7 Masehi (era Muhammad dan Al-Qur'an), yang meluas hingga hari ini melalui diskursus akademik dan antaragama.

I. Catatan Primer tentang Bidat Koliridianisme

Santo Epifanius dari Salamis: Arsitek Heresiologi

Pilar utama dari semua yang diketahui tentang Koliridianisme adalah tulisan seorang Bapa Gereja dari akhir abad ke-4, Santo Epifanius dari Salamis (sekitar 315-403 M).1 Lahir di Yudea, Epifanius dikenal sebagai seorang yang gigih dalam mempertahankan ortodoksi. Ia menjabat sebagai Uskup Salamis di Siprus dari sekitar tahun 367 M hingga kematiannya.1 Ia adalah seorang saksi dan partisipan dalam era yang penuh gejolak setelah Konsili Nicea dan terkenal karena semangatnya yang kuat melawan ajaran-ajaran yang ia anggap sesat.1

Karya teologisnya yang paling terkenal dan signifikan adalah Panarion, yang berarti "Kotak Obat-obatan" atau secara harfiah "keranjang roti".1 Ditulis antara tahun 374 dan 377 M, karya ini berfungsi sebagai "inventarisasi solusi untuk mengatasi racun-racun bidat" dan menentang lebih dari 80 ajaran sesat yang ia ketahui pada masanya.3 Epifanius secara eksplisit menyatakan bahwa tujuan penulisannya adalah untuk memberikan jawaban yang harus diberikan oleh umat Kristen terhadap berbagai gerakan dan filosofi yang ia anggap bidat.2

Sebuah pengamatan yang mendalam terhadap karya ini mengungkapkan niat retoris yang canggih dari penulisnya. Nama Panarion sendiri, yang berarti "keranjang roti" atau "kotak roti," memiliki resonansi yang mengejutkan dengan nama Koliridianisme, yang berasal dari kata Yunani kollyris yang berarti "kue" atau "roti bundar".5 Bagi Epifanius, seorang penulis yang dikenal dengan penamaan simbolis, memilih judul yang berkonotasi pada "roti" untuk sebuah karya yang kemudian mengutuk kelompok yang dinamai berdasarkan "kue roti" adalah tindakan yang disengaja. Ini bukan sekadar katalog, melainkan polemik teologis yang menantang kelompok yang menyalahgunakan simbolisme roti, yang secara sentral penting dalam Ekaristi Kristen, untuk tujuan yang dianggapnya sebagai penyembahan yang keliru.

Kultus Koliridian: Bidat dari "Kotak Obat"

Di dalam Panarion, Epifanius mendedikasikan Bab 79 untuk menentang bidat Koliridian.2 Menurut catatannya, bidat ini adalah gerakan yang dipimpin oleh perempuan, yang konon telah menyebar dari Trakia dan Skithia ke Arab.6 Penganutnya diduga mempraktikkan ritual di mana mereka menawarkan kue atau roti bundar (kollyris) kepada Perawan Maria pada hari tertentu setiap tahun.5 Epifanius mengutuk praktik ini dengan alasan bahwa perempuan seharusnya tidak mempersembahkan kurban dan bahwa Maria harus dihormati, tetapi hanya Allah yang boleh disembah.5

Kutipan sentral dari Epifanius berfungsi sebagai landasan teologis yang membedakan antara penghormatan dan penyembahan: "Hormati Maria, tetapi hendaklah Bapa, Putera dan Roh Kudus disembah, hendaklah tidak seorang pun menyembah Maria,... sekalipun Maria adalah tercantik dan kudus dan terhormat, tetapi ia ada tidak untuk disembah”.1 Kutipan ini sangat penting karena menetapkan batas yang jelas antara latria (penyembahan mutlak yang hanya diperuntukkan bagi Allah) dan hyperdulia (penghormatan khusus yang diberikan kepada Maria). Lebih dari sekadar menolak satu kelompok, Epifanius menggunakan Koliridianisme, dan juga bidat berlawanan yang dikenal sebagai Antidicomarianit (yang merendahkan Maria), untuk membentuk sebuah "jalan tengah" teologis.1 Tindakan ini menunjukkan bahwa tujuan utamanya adalah untuk melindungi doktrin ortodoks tentang peran Maria dalam Kekristenan, menolak ekstrem yang mendewakannya maupun yang merendahkannya.

 Masalah Bukti Sejarah

Meskipun narasi Epifanius tentang Koliridianisme sangat rinci, keberadaan historis dari sekte ini diragukan oleh banyak akademisi modern.6 Keraguan ini sebagian besar didasarkan pada fakta bahwa Epifanius adalah satu-satunya sumber primer yang menyebutkannya, dan para penulis kemudian hanya merujuk kembali pada teksnya.6 Selain itu, argumen bahwa sebuah sekte yang hanya terdiri dari perempuan dapat bertahan lama, seperti yang dijelaskan oleh Epifanius, dianggap tidak mungkin oleh beberapa sarjana, seperti teolog Karl Gerok.6

Oleh karena itu, ada dugaan kuat bahwa Koliridianisme mungkin bukan merupakan gerakan yang signifikan atau bahkan tidak ada sama sekali. Gerakan itu mungkin merupakan kelompok yang sangat kecil dan berumur pendek, atau bahkan "orang-orangan sawah" teologis yang digunakan oleh Epifanius untuk menetapkan batas-batas teologis dan memperingatkan audiensnya terhadap praktik sinkretis. Para ahli heresiologi, seperti Epifanius, sering kali menyusun taksonomi bidat yang berfungsi untuk memperkuat ortodoksi, dan dalam hal ini, Koliridianisme dengan nama dan praktik eksotisnya berfungsi sebagai contoh sempurna untuk apa yang harus dihindari oleh umat Kristen.

II. Persimpangan Sejarah dengan Islam Awal

Maryam dalam Al-Qur'an: Sosok yang Diagungkan, Bukan Dideifikasi

Berabad-abad setelah Epifanius menulis Panarion, figur Maria (Maryam) muncul dengan keunggulan yang unik dalam teks suci Islam, Al-Qur'an. Dalam Al-Qur'an, Maryam adalah satu-satunya perempuan yang disebutkan namanya, dan sebuah bab (Surah 19) dinamai sesuai namanya.10 Ia digambarkan sebagai sosok yang sangat dihormati dan diberkahi, "dipilih di antara perempuan-perempuan seluruh alam".11 Al-Qur'an dengan tegas menegaskan keperawanannya dan kelahiran Isa (Yesus) yang ajaib.12

Namun, narasi Al-Qur'an tentang Maryam memiliki perbedaan signifikan dari narasi dalam Perjanjian Baru. Al-Qur'an secara anakronistik mengidentifikasi Maryam, ibu Isa, sebagai "saudara perempuan Harun" dan "putri Imran".10 Ini mencampurkan tokoh Maria dari abad ke-1 Masehi dengan Miriam, saudari Musa dan Harun, yang hidup seribu tahun sebelumnya. Perbedaan kronologis ini bukanlah kesalahan historis yang sederhana. Sebaliknya, hal ini menunjukkan logika naratif yang berbeda dan tidak linier dalam Al-Qur'an. Teks ini tidak sekadar melaporkan peristiwa historis, tetapi lebih mengintegrasikan dan menarasikan ulang tokoh-tokoh dari tradisi-tradisi Abrahamik sebelumnya ke dalam kerangka teologisnya sendiri. Dengan mengaitkan Maryam dengan Musa dan Harun, Al-Qur'an membangun garis silsilah kenabian yang kuat, yang berfungsi untuk menegaskan sentralitas tauhid (keesaan ilahi) dalam rangkaian wahyu.

Surah Al-Ma'idah 5:116 dan Hipotesis Koliridian

Persimpangan antara Koliridianisme dan Islam secara khusus berpusat pada sebuah ayat tunggal di Al-Qur'an, yaitu Surah Al-Ma'idah ayat 116.13 Ayat ini menggambarkan Allah yang pada Hari Kiamat bertanya kepada Isa (Yesus):

"Apakah kamu berkata kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan selain Allah?'" 13

Ayat ini menggambarkan sebuah trio ilahi yang terdiri dari Allah, Isa, dan Maryam, sebuah konsep yang tidak pernah menjadi bagian dari doktrin Kristen arus utama. Doktrin Trinitas yang diterima dalam Kekristenan Nicene adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.15

Para apologet dari abad pertengahan dan modern telah mengemukakan hipotesis bahwa Al-Qur'an tidak salah memahami Kekristenan arus utama, melainkan secara akurat mengkritik sekte Koliridian yang diduga ada di atau dekat Arab pada abad ke-7.7 Meskipun demikian, hipotesis ini memiliki kelemahan signifikan. Sangat tidak mungkin bahwa sebuah bidat yang obskur dan mungkin fiktif akan menjadi target dari sebuah polemik teologis yang begitu sentral dalam teks suci Islam.15 Selain itu, jarak waktu dan geografis antara Epifanius dan munculnya Islam melemahkan argumen ini.

III. Re-evaluasi Akademis dan Teologis Modern

Melampaui "Kesalahan" Sejarah: Giliran Retoris

Debat seputar Al-Qur'an dan Trinitas telah mengalami pergeseran signifikan dalam studi akademis modern. Alih-alih berfokus pada pertanyaan apakah Al-Qur'an membuat kesalahan historis, para sarjana seperti Gabriel Reynolds dan Sidney Griffith mengemukakan pendekatan baru.6 Argumentasi mereka adalah bahwa ayat-ayat Al-Qur'an tersebut bukanlah laporan faktual, tetapi alat retoris.6

Menurut pandangan ini, Al-Qur'an menggunakan "karikatur" atau "pernyataan keliru" dari doktrin Kristen untuk menyoroti "absurditas dan kesalahan" kepercayaan Kristen dari sudut pandang Islam.6 Tujuan utama bukanlah untuk menggambarkan kenyataan historis, melainkan untuk membuat pernyataan teologis yang kuat tentang dosa syirik (penyembahan berhala).7 Dengan menggambarkan Trinitas sebagai trio Allah, Isa, dan Maryam, Al-Qur'an menciptakan argumen yang mudah disangkal dari sudut pandang monoteisme Islam. Teks ini menggunakan figur-figur yang sudah dikenal dari tradisi sebelumnya untuk secara efektif mengadvokasi prinsip sentralnya, yaitu tauhid (keesaan ilahi).20 Pendekatan ini menawarkan penjelasan yang lebih ketat secara intelektual dan lebih produktif untuk dialog antaragama, karena ia mengalihkan fokus dari tuduhan "kesalahan" menjadi analisis tujuan dan metode teologis teks itu sendiri.

Analisis Komparatif Peran Maria dalam Agama Modern

Untuk memahami sepenuhnya dinamika ini, penting untuk membandingkan peran Maria dalam tiga perspektif teologis yang berbeda.

KEPERCAYAAN/PRAKTIK

BIDAT KOLIRIDIAN (MENURUT EPIFANIUS)

KEKRISTENAN ARUS UTAMA (KATOLIK/ORTODOKS)

ISLAM ARUS UTAMA

Status Ilahi

Dianggap sebagai dewi atau anggota ketuhanan; objek penyembahan.

Bukan bagian dari Ketuhanan. Menerima penghormatan tertinggi (hyperdulia) tetapi tidak penyembahan (latria).

Bukan bagian dari Ketuhanan. Bukan objek penyembahan.

Peran dalam Trinitas/Trio Ilahi

Dianggap sebagai anggota trio ilahi bersama Yesus dan Allah.

Bukan anggota Trinitas. Trinitas terdiri dari Bapa, Putra, dan Roh Kudus, satu hakikat dalam tiga pribadi.

Bukan anggota trio ilahi. Konsep ini ditolak. Al-Qur'an mengkritik trio Isa, Maryam, dan Allah.

Keperawanan

Tidak ada informasi spesifik dari sumber, tetapi kemungkinan diakui.

Diakui sebelum, selama, dan setelah kelahiran Yesus (Perawan Abadi).12

Diakui sebelum dan selama kelahiran Isa.12

Silsilah

Tidak ada informasi spesifik.

Putri Yoakim dan Anna.

Putri Imran dan saudari Harun/Musa.10

Kelahiran

Tidak ada informasi spesifik.

Dikandung Tanpa Noda, yaitu bebas dari dosa asal.12

Dilahirkan tanpa dosa asal.

Pengangkatan/

Kematian

Tidak ada informasi spesifik.

Diangkat ke surga dengan jiwa dan tubuhnya setelah kematiannya.

Dipercaya sebagai penghuni surga.12

Penyembahan

Menerima penyembahan penuh. Kue dipersembahkan untuknya.5

Menerima penghormatan yang sangat tinggi (venerasi). Doa dan permohonan syafaat ditujukan kepadanya.

Diagungkan dan dihormati. Doa tidak ditujukan kepadanya.

 

Pengaruh Abadi terhadap Dialog Antaragama

Isu Koliridianisme terus memengaruhi dialog antaragama hingga saat ini. Masalah ini menjadi contoh penting dari tantangan yang lebih luas dalam hubungan Kristen-Islam. Hal ini menyoroti bahaya mengandalkan deskripsi yang polemis atau eksternal dari tradisi lain, alih-alih memahami tradisi tersebut berdasarkan definisi dirinya sendiri. Debat ini secara kuat menunjukkan perlunya pemahaman yang mendalam tentang tujuan dan konteks teologis dari teks-teks sakral, yang tidak selalu sejalan dengan sejarah linier.

Kesimpulan: Koliridianisme sebagai Katalis untuk Dialog

Signifikansi sejati dari Koliridianisme bukanlah pada keberadaan historisnya yang kabur, melainkan pada fungsinya yang abadi sebagai katalis untuk penyelidikan teologis dan historis. Bidat yang disangkal ini telah menjadi studi kasus penting tentang bagaimana sebuah detail sejarah yang tampaknya kecil dapat mengambil makna besar dalam konteks keagamaan dan akademik selanjutnya.

Perdebatan seputar bidat yang obskur ini menjadi cerminan dari pertanyaan-pertanyaan yang lebih besar tentang penafsiran teologis, sifat retorika tekstual dalam kitab suci, dan tantangan rekonstruksi sejarah dalam studi agama. Hal ini menyoroti kebutuhan akan pendekatan yang nuansial dan penuh hormat dalam dialog antaragama. Untuk studi di masa depan, masih ada ruang untuk meneliti penerimaan karya Epifanius di dunia Bizantium dan penggunaan yang terus-menerus dari hipotesis "Koliridian" dalam literatur polemik dan apologetik modern, baik dari pihak Kristen maupun Muslim. Analisis semacam itu akan lebih lanjut menjelaskan bagaimana sejarah dan teologi terus berinteraksi dan membentuk narasi agama di dunia kontemporer.

Rujukan

1.    Epifanius dari Salamis - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia ..., diakses September 13, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Epifanius_dari_Salamis

2.    The Panarion of Epiphanius of Salamis: Sects 47-80, De Fide - Google Books, diakses September 13, 2025, https://books.google.com/books/about/The_Panarion_of_Epiphanius_of_Salamis.html?id=brxgNsxJKkUC

3.    Panarion - Wikipedia, diakses September 13, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Panarion

4.    Epifanius - Google Arts & Culture, diakses September 13, 2025, https://artsandculture.google.com/entity/m01qkly?hl=id

5.    Collyridians - Henry Wace - Christian Classics Ethereal Library, diakses September 13, 2025, https://ccel.org/ccel/wace/biodict.html?term=collyridians

6.    Collyridianism - Wikipedia, diakses September 13, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Collyridianism

7.    Collyridianism - Lion and Lamb Apologetics, diakses September 13, 2025, https://lionandlambapologetics.org/wp-content/uploads/2024/08/Collyridianism-Wikipedia.pdf

8.    Mary del priore livros, diakses September 13, 2025, https://cdn.prod.website-files.com/681c116ec7b974fa5e037427/68abaf4c57918ff9b228a331_janewifobanalerojapoxeder.pdf

9.    Was there a Christian sect that believed in the Qur'anic Christology? - Reddit, diakses September 13, 2025, https://www.reddit.com/r/AcademicQuran/comments/1d49zp2/was_there_a_christian_sect_that_believed_in_the/

10.  Mary, mother of Jesus - Wikipedia, diakses September 13, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Mary,_mother_of_Jesus

11.  Mary in Islam Is Not the Same as Mary in Christianity - Hungarian Conservative, diakses September 13, 2025, https://www.hungarianconservative.com/articles/culture_society/mary-in-islam-is-not-the-same-as-mary-in-christianity/

12.  Maria dari Dua Perspektif: Suatu Studi Perbandingan - Journal STAKatN, diakses September 13, 2025, https://ejournal.stakatnpontianak.ac.id/index.php/prosidingagama/article/download/327/81/1276

13.  Ayah al-Ma`idah (The Table, The Table Spread) 5:116 - IslamAwakened, diakses September 13, 2025, https://www.islamawakened.com/quran/5/116/

14.  Surat Al-Ma'idah [5:116] - The Noble Qur'an - القرآن الكريم - Legacy Quran.com, diakses September 13, 2025, https://legacy.quran.com/5/116

15.  Proof beyond reasonable doubt that the Quran is NOT the word of God : r/exmuslim - Reddit, diakses September 13, 2025, https://www.reddit.com/r/exmuslim/comments/1ic44oi/proof_beyond_reasonable_doubt_that_the_quran_is/

16.  Quran Understanding of Trinity is flawed : r/DebateReligion - Reddit, diakses September 13, 2025, https://www.reddit.com/r/DebateReligion/comments/1mczg6q/quran_understanding_of_trinity_is_flawed/

17.  Any former Muslims (or anyone knowledgable on Islam) who can help with something? : r/Catholicism - Reddit, diakses September 13, 2025, https://www.reddit.com/r/Catholicism/comments/adp7k6/any_former_muslims_or_anyone_knowledgable_on/

18.  Gabriel Said Reynolds | International Qur'anic Studies Association, diakses September 13, 2025, https://iqsaweb.org/tag/gabriel-said-reynolds/

19.  The Qur'ān in Christian Thought: Reflections from an Historical Perspective | bible-quran, diakses September 13, 2025, https://bible-quran.com/wp-content/uploads/Sidney-Griffith-The-Quran-in-Christian-Though-Reflections-from-an-Historical-Perspective.pdf

20.  Exploring Qur'ānic Verses that Deal with Christian Theological and Christological Doctrines by Ali - GW ScholarSpace, diakses September 13, 2025, https://scholarspace.library.gwu.edu/downloads/2227mq47q?disposition=inline&locale=en