Ads

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Puisi. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Puisi. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Minggu, 22 April 2012

Menyingkap Sisi Gelap Karya Chairil Anwar (I)




-Semua orang mengagumi Chairil Anwar. Semua orang memuji karya-karyanya. Nyaris semua orang tahu puisisnya yang fenomenal: AKU. Nyaris semua orang tergugah dengan puisi kepahlawanannya: KRAWANG-BEKASI. Dan masih banyak lagi karya-karya Chairil yang populer di kalangan siswa dan mahasiswa bahkan para sastrawan Indonesia bahkan dunia.
Tapi tahukah Anda, di balik kebesaran nama dan karya Chairil Anwar ada sisi gelap yang tidak etis dilakukan seorang pujangga besar kelas dunia sebesar Chairil? Adalah Paus Sastra Indonesia, almarhum HB Jassin yang berhasil menguak sisi gelap karya Chairil Anwar. Jassin menemukan sejumlah karya Chairil bukan merupakan karya orijinal, melainkan karya jiplakan, bajakan, atau lebih dikenal di dunia sastra sebagai karya plagiat. Dalam beberapa tulisan saya di sini akan saya coba ungkap kembali apa yang ditemukan HB Jassin tentang plagiarisme Chairil Anwar.

Bagian I
BIOGRAFI SINGKAT CHAIRIL ANWAR

Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922  dan wafat di Jakarta, 28 April 1949 dalam usia 26 tahun. Ia dikenal sebagai “Si Binatang Jalang”  sesuai larik puisinya berjudul Aku.   Chairil adalah penyair besar Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, Chairil dinobatkan oleh paus Sastra Indonesia H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan ’45 dan puisi modern Indonesia.
Chairil Anwar adalah anak tunggal dari ayahnya Toeloes, seorang pamongpraja di Medan dan ibunya Saleha yang akhirnya bercerai. Secara historis dari garis silsilah ia berhubungan famili dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia.  Ia pernah bersekolah di Holland Indische school (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi di masa penjajahan Belanda. Kemudian masuk Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, sekolah menengah pertama zaman penjajahan Belanda, tetapi drop out. Namun kelebihannya, ia mampu menguasai multibahasa seperti bahasa Inggris, Belanda dan Jerman.
Pada masa remaja ia belajar dan memulai berkarya namun sampai kini tidak pernah ditemukan karya-karya awalnya itu. Di usia 19 tahun setelah kedua orang-tuanya bercerai, Chairil dan ibunya hijrah ke Jakarta. Di sana ia banyak belajar dan mendalami dunia sastera. Dengan modal penguasaan bahasa asing dia memperdalam ilmu sastra dengan membaca buku-buku sastra karya pengarang terkenal seperti Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Pengarang-pengarang inilah yang paling mempengaruhi jiwanya dalam menciptakan karya sastranya pada khususnya dan mempengaruhi banyak karya kesusastraan Indonesia pada umumnya.

Pada usia 20 tahun ia mencoba mengirimkan karyanya untuk dimuat di Majalah Nisan di tahun 1942. Entah sengaja atau tidak, karya-karya puisi yang diciptanya nyaris semua bertema kematian. Dalam masa-masa muda ini, Chairil sempat jatuh cinta. Ketika itu ia menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta. Ia jatuh cinta kepada seorang gadis, Sri Ayati, namun sayangnya hingga akhir hayatnya ia tidak mampu untuk mengungkapkan isi hatinya kepada sang gadis.

Puisi-puisi Chairil senantiasa mengumbar perasaan "pesimisme" karena banyak bicara soal kematian, namun tidak sedikit pula yang mengumbar semangat hidupnya. Walau semangat hidupnya begitu tinggi, faktanya kondisi fisiknya sangat memprihatinkan akibat pola hidupnya yang awut-awutan. Apalagi sebelum usia 20 tahun ia sudah didera berbagai penyakit. Bahlan ketika ia wafat, penyakit yang dideritanya adalah penyakit TBC. Kemudian  ia dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Sampai saat ini, mkamnya banyak diziarahi oleh pengagumnya dari zaman ke zaman. Bahkan hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
  1. Deru Campur Debu (1949)
  2. Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
  3. Tiga Menguak Takdir (1950) (antologi bersama Asrul Sani dan Rivai Apin)
  4. “Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949″ (editor Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono, 1986)
  5. Derai-derai Cemara (1998)
  6. Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan dari karya Andre Gide
  7. Kena Gempur (1951), terjemahan dari karya John Steinbeck
Selain menerjemahkan karya-karya sastrawan Barat, karya Chairil juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing seperti Inggris, Jerman dan Spanyol. Terjemahan karya-karyanya di antaranya adalah:
  1. “Sharp gravel, Indonesian poems”, oleh Donna M. Dickinson (Berkeley? California, 1960)
  2. “Cuatro poemas indonesios [por] Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati” (Madrid: Palma de Mallorca, 1962)
  3. Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963)
  4. “Only Dust: Three Modern Indonesian Poets”, oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969)
  5. The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York Press, 1970)
  6. The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan H. B. Jassin (Singapore: University Education Press, 1974)
  7. Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina: Octopus Verlag, 1978)
  8. The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International Studies, 1993)

Kepeloporan Chairil di dalam sejahatera perkembangan kesusastraan Indonesia, membuat banyak praktisi maupun pakar kesusastraa menulis dan mengulas kehidupan dan karya-karya Chairil Anwar.. Karya-karya tersebut meliputi antara lain:
  1. Chairil Anwar: sebuah pertemuan, Arief Budiman - 1976 - 71 halaman - UNIVERSITV OF MICHIGAN CHAIRIL ANWAR SEBUAH PERTEMUAN oleh Arief Budiman «i PUSTAKA JAVA ...
  2. Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949 - 1953 - 72 halaman;
  3. Chairil Anwar: pelopor angkatan 45. Satu pembitjaraan, H. B. Jassin - 1956 - 158 halaman -
  4. Chairil Anwar: hasil karya dan pengabdiannya, Sri Sutjiatiningsih, Firdaus Burhan, Suwandji Sjafei - 1981 - 106 halaman;
  5. Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, Chairil Anwar, Burton Raffel - 1970 - 208 halaman; For Anwar's poetry is as alive, today, as twenty years ago when Anwar himself died. More alive, it seems to me, since literary studies have, since then, clearly established the canon of his work, and have also begun to define its ...
  6. Chairil Anwar: the poet and his language, Boen Sri Oemarjati - 1972 - 159 halaman ;
  7. Chairil Anwar: pelopor angkatan 45 ; disertai kumpulan hasil ..., Hans Bague Jassin - 1968 - 175 halaman ;
  8. Chairil Anwar: hasil karya dan pengabdiannya, Sutjianingsih (Sri.), Suwadji Syafei, Firdaus Burhan - 1981 - 89 halaman;
  9. Aku Ini Binatang Jalang (HC) - Laman 127, Chairil Anwar - 2011 - 131 halaman - Eddy, Nyoman Tusthi, “Sumbangan Kepenyairan Chairil Anwar dalam Dimensi Sastra Indonesia Modern”, Horison, April 1985, hlm. 119-125. Hadirnadja, Aoh K., “Chairil Anwar”, Beberapa Paham Angkatan 45, Jakarta: Tinta Mas, 1952, hlm. 30-44.
  10. Mengenal Chairil Anwar, Pamusuk Eneste - 1995 - 69 halaman, Biography and works of Chairil Anwar, 1922-1949, an Indonesian poet.
  11. Leksikon susastra Indonesia - Laman 110 , Korrie Layun Rampan - 2000 - 576 halaman - Chairil Anwar Kesenian Sulawesi Selatan. Karyanya: Lagu Perjalanan (kp, 1986), Mimpi Terakhir (kp, 1989), Danau Semesta (kp, 1995), Temu Penyair Makassar (ap, 1999). Chairil Anwar Lahir di Medan, 26 Juli 1922, meninggal di Jakarta, ...
  12. 100 tokoh yang mengubah Indonesia: biografi singkat seratus tokoh ... - Laman 55, 2005 - 288 halaman - Puisi berjudul Aku milik Chairil Anwar menjadi sajak ekspresif yang mendobrak tata krama berpuisi. Puisi itu mencerminkan tipikal Chairil yang penuh energi dan radikal untuk masanya. Penyair berdarah Medan yang lahir 22 Juli 1922 ini ...
  13. Isyarat: kumpulan esai - Laman 387, Sutardji Calzoum Bachri - 2007 - 506 halaman - Chairil Anwar Bagi Saya DALAM menyair, Chairil Anwar selalu sungguh-sungguh. Dia penyair serius. Cerita bagaimana Chairil sampai berminggu- minggu mencari kata yang tepat untuk satu baris sajaknya mendedahkan bagaimana kualitas ...
  14. Bayang baur sejarah: sketsa hidup penulis-penulis besar dunia - Laman 47, Aulia A. Muhammad - 2003 - 228 halaman - Chairil Anwar POTRET LUSUH SEORffllG SflSTRRUlffll U\ sebuah senja, 1943, seorang lelaki bermata merah, ceking, dan lusuh berjalan di antara gerbong-gerbong tua di Stasiun Senen. Matanya menerawang, sebelum langkahnya terhenti di gubuk ...
  15. Apresiasi puisi: panduan untuk pelajar dan mahasiswa - Laman 65, Herman J. Waluyo - 2002 - 190 halaman - Bungkus tidak penting, kata Chairil Anwar, yang penting isinya. Karena itu, puisi-puisi Angkatan 45 sudah lebih bebas dibandingkan dengan puisi-puisi Angkatan Pujangga Baru yang ketat dengan permainan rima dan bunyi.


Dan masih banyak lagi buku-buku yang mengulas tentang Chairil Anwar. Sebagai referensi, silakan search di Google Book dengan kata kunci Chairil Anwar.

Menyingkap Sisi Gelap Karya Chairil Anwar (II)


Bagian II
Karya Saduran Chairil Anwar

Tak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Sesorang yang bernama besar sekalipun pasti ada kekurangan atau kelemahannya. Sebab, yang sempurna itu hanya Tuhan semata. Besarnya karya seseorang pasti juga diawali dengan kegagalan, kesalahan, kekeliruan, pelanggaran dan hal-hal negatif lainnya.

Fakta di atas juga menimpa seorang sastrawan tersohor Indonesia, Chairil Anwar.Selama hidupnya ia hanya berhasil menciptakan karya sastra sekitar 70 buah. Itupun bukan hanya puisi asli, tapi juga karya terjemahan, saduran dan yang mengejutkan adalah karya plagiat. Adalah Paus Sastra Indonesia, H.B. Jassin yang berhasil menyingkap sisi gelap karya-karya Chairil. Ulasan Jassin tersebut dimuat dalam buku berjudul Chairil Anwar Pelopor Angkatan '45 (Gunung Agung, 1956).
Tentang Chairil Anawar, H.B. Jassin menulis:
"Chairil Anwar adalah seorang yang tidak kurang kekhilafannya menurut ukuran manusia yang biasa tapi pula mempunyai keistimewaan sebagai penyair dan pembawa puisi asing ke alam Indonesia."
"Saya telah mencoba mengumpulkan segala hasil tulisan Chairil Anwar, baik prosa, puis, asli maupun terjemahan. Ternyata bahwa selama tahun 1942 sampai 1949 Chairil telah membuat 69 sajak asli, 4 sajak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan, sama sekali jadi 93 tulisan. Sungguh tidak banyak dalam waktu tujuh tahun atau lebih tepat masa kegiatan 6 1/2 tahun."
Lalu, dari sekian banyak karya Chairil Anwar, berapa banyak dan karya yang mana sebagai karya plagiat? H.B. Jassin telah berhasil menghimpun dan memberikan penilaian serta justifikasi terhadap karya-karya Chairil dengan kesimpulan benar-benar ada karya Chairil yang plagiarisme.
HB Jassin menulis tentang bahasan soal Antologi Puisi Kerikil Tajam: "Dari 32 sajak dalam bagian pertama bisa dipastikan bahwa satu sajak mengalami pengaruh kentara dari Slauenhorf, yaitu Penerimaan sedang Rumahku adalah saduran dari penyair itu; satu sajak, Kepada Peminta-minta, disadur dari sajak Willem Elsschot, Tot den Arme."
Sedangkan tentang isi 11 sajak dalam antologi puisi Yang Terampas dan Yang Putus, HB Jassin mencatat: "Dari 11 sajak dalam bagian kedua satu sajak, Fragmen, adalah terjemahan sajak Conrad Aiken Nothing to say you say dan satu sajak Krawang-Bekasi adalah saduran dari sajak MacLeish The Young dead Soldiers." 
                                                  ......... akan berlanjut.

Kamis, 03 Februari 2011

Kisah Abu Nawas

ABU NAWAS

Who does not know the name of Abu Nawas? From childhood to adulthood, surely people know and are very familiar with this comic character names? Although very popular name, many people doubted the figures of her. I mean, many people doubt whether Abu Nawas a real character, or fictional characters only. So, does anyone know his biography?


Siapa tak kenal nama Abu Nawas? Sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, pasti orang kenal dan sangat familiar dengan nama tokoh kocak ini? Walau sangat populer namanya, banyak orang meragukan ketokohannya. Maksud, banyak orang ragu apakah Abu Nawas seorang tokoh nyata, atau tokoh cerita fiksi saja. Lalu, adakah yang tahu biografinya? Sebenarnya, Abu Nawas adalah tokoh nyata benar-benar ada dan pernah hidup. dan bukan sekadar tokoh fiksi kayak Batman, Superman, Spiderman dalam cerita-cerita fiksi Barat.
Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Lahir tahun 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di Persia (sekarang Iran), dari ayah Arab dan ibu Persia. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan.
Masa mudanya penuh kontroversi. Hal ini membuat dia tampil sebagai tokoh unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Ia menimba ilmu sastra Arab dari Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Al-Quran dari Ya’qub al-Hadrami. Ilmu Hadis ia pelajari dari Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa’ad as-Samman. Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab.
Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja dan menjilat penguasa.
Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas memenjarakannya. Setelah bebas, ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia meninggalkan Baghdad setelah keluarga Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad setelah Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin.
Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad.

Jumat, 25 Maret 2011

Puisi Amir Hamzah Bukan Sastra Sufi

Puisi Amir Hamzah bukan aliran sufi? Mungkin saja.
Meskipun selama ini puisi-puisi sastrawan Pujangga Baru, Amir Hamzah, sering dimasukkan sebagai karya sufistik, pengamat sastra Arief Bagus Prasetyo cenderung menolaknya."Amir Hamzah bahkan dimasukkan dalam antologi sastra sufi yang disusun oleh Abdul Hadi W.M.. Tapi, menurut saya, Amir Hamzah menjadi satu-satunya pengarang yang bukan sufi dalam antologi itu," kata Arif dalam diskusi "Mendaras Amir Hamzah" di Freedom Institute, Jakarta, Kamis (24/6) malam. Acara yang dipandu Nirwan Dewanto itu juga menghadirkan Sapardi Djoko Damono sebagai pembicara.
Buku sastra ini akan mengupas tuntas masalah sufi dalam sastra Indonesia.
http://www.tempointeraktif.com/hg/sastra_dan_budaya/2010/06/28/brk,20100628-259138,id.html

Kamis, 14 April 2011

Rangkuman Sejarah Sastra Indonesia


Sampul Buku "Deru Campur Debu" karya Chairil Anwar -
sastrawan Indonesia Angkatan 45

  Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.

Periodisasi

Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
  • Angkatan Pujangga Lama
  • Angkatan Sastra Melayu Lama
  • Angkatan Balai Pustaka
  • Angkatan Pujangga Baru
  • Angkatan 1945
  • Angkatan 1950 - 1960-an
  • Angkatan 1966 - 1970-an
  • Angkatan 1980 - 1990-an
  • Angkatan Reformasi
  • Angkatan 2000-an

Pujangga Lama

Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]

Karya Sastra Pujangga Lama

Sejarah

Hikayat

Syair

Kitab agama

  • Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
  • Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
  • Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
  • Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri

Sastra Melayu Lama

Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

Karya Sastra Melayu Lama

  • Robinson Crusoe (terjemahan)
  • Lawan-lawan Merah
  • Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
  • Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
  • Kapten Flamberger (terjemahan)
  • Rocambole (terjemahan)
  • Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
  • Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
  • Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
  • Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
  • Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
  • Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
  • Cerita Nyi Paina
  • Cerita Nyai Sarikem
  • Cerita Nyonya Kong Hong Nio
  • Nona Leonie
  • Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
  • Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
  • Cerita Rossina
  • Nyai Isah oleh F. Wiggers
  • Drama Raden Bei Surioretno
  • Syair Java Bank Dirampok
  • Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
  • Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
  • Tambahsia
  • Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
  • Nyai Permana
  • Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
  • dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya

Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:

Pujangga Baru

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
  1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
  2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.

Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru

Angkatan 1945

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945

Angkatan 1950 - 1960-an

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an

Angkatan 1966 - 1970-an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966

Angkatan 1980 - 1990an

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an

Angkatan Reformasi

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

Angkatan 2000-an

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000

Cybersastra

Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya semisal : duniasatra(dot)com.

Pranala luar

Referensi

  1. Ricklefs, M.C. (14 April 1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan. hlm. 117.
  2.  Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (14 April 1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hlm. 370.
  3.  Yudiono (14 April 2011). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. hlm. 167.