Minggu, 22 April 2012

Menyingkap Sisi Gelap Karya Chairil Anwar (I)




-Semua orang mengagumi Chairil Anwar. Semua orang memuji karya-karyanya. Nyaris semua orang tahu puisisnya yang fenomenal: AKU. Nyaris semua orang tergugah dengan puisi kepahlawanannya: KRAWANG-BEKASI. Dan masih banyak lagi karya-karya Chairil yang populer di kalangan siswa dan mahasiswa bahkan para sastrawan Indonesia bahkan dunia.
Tapi tahukah Anda, di balik kebesaran nama dan karya Chairil Anwar ada sisi gelap yang tidak etis dilakukan seorang pujangga besar kelas dunia sebesar Chairil? Adalah Paus Sastra Indonesia, almarhum HB Jassin yang berhasil menguak sisi gelap karya Chairil Anwar. Jassin menemukan sejumlah karya Chairil bukan merupakan karya orijinal, melainkan karya jiplakan, bajakan, atau lebih dikenal di dunia sastra sebagai karya plagiat. Dalam beberapa tulisan saya di sini akan saya coba ungkap kembali apa yang ditemukan HB Jassin tentang plagiarisme Chairil Anwar.

Bagian I
BIOGRAFI SINGKAT CHAIRIL ANWAR

Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922  dan wafat di Jakarta, 28 April 1949 dalam usia 26 tahun. Ia dikenal sebagai “Si Binatang Jalang”  sesuai larik puisinya berjudul Aku.   Chairil adalah penyair besar Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, Chairil dinobatkan oleh paus Sastra Indonesia H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan ’45 dan puisi modern Indonesia.
Chairil Anwar adalah anak tunggal dari ayahnya Toeloes, seorang pamongpraja di Medan dan ibunya Saleha yang akhirnya bercerai. Secara historis dari garis silsilah ia berhubungan famili dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia.  Ia pernah bersekolah di Holland Indische school (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi di masa penjajahan Belanda. Kemudian masuk Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, sekolah menengah pertama zaman penjajahan Belanda, tetapi drop out. Namun kelebihannya, ia mampu menguasai multibahasa seperti bahasa Inggris, Belanda dan Jerman.
Pada masa remaja ia belajar dan memulai berkarya namun sampai kini tidak pernah ditemukan karya-karya awalnya itu. Di usia 19 tahun setelah kedua orang-tuanya bercerai, Chairil dan ibunya hijrah ke Jakarta. Di sana ia banyak belajar dan mendalami dunia sastera. Dengan modal penguasaan bahasa asing dia memperdalam ilmu sastra dengan membaca buku-buku sastra karya pengarang terkenal seperti Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Pengarang-pengarang inilah yang paling mempengaruhi jiwanya dalam menciptakan karya sastranya pada khususnya dan mempengaruhi banyak karya kesusastraan Indonesia pada umumnya.

Pada usia 20 tahun ia mencoba mengirimkan karyanya untuk dimuat di Majalah Nisan di tahun 1942. Entah sengaja atau tidak, karya-karya puisi yang diciptanya nyaris semua bertema kematian. Dalam masa-masa muda ini, Chairil sempat jatuh cinta. Ketika itu ia menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta. Ia jatuh cinta kepada seorang gadis, Sri Ayati, namun sayangnya hingga akhir hayatnya ia tidak mampu untuk mengungkapkan isi hatinya kepada sang gadis.

Puisi-puisi Chairil senantiasa mengumbar perasaan "pesimisme" karena banyak bicara soal kematian, namun tidak sedikit pula yang mengumbar semangat hidupnya. Walau semangat hidupnya begitu tinggi, faktanya kondisi fisiknya sangat memprihatinkan akibat pola hidupnya yang awut-awutan. Apalagi sebelum usia 20 tahun ia sudah didera berbagai penyakit. Bahlan ketika ia wafat, penyakit yang dideritanya adalah penyakit TBC. Kemudian  ia dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Sampai saat ini, mkamnya banyak diziarahi oleh pengagumnya dari zaman ke zaman. Bahkan hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
  1. Deru Campur Debu (1949)
  2. Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
  3. Tiga Menguak Takdir (1950) (antologi bersama Asrul Sani dan Rivai Apin)
  4. “Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949″ (editor Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono, 1986)
  5. Derai-derai Cemara (1998)
  6. Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan dari karya Andre Gide
  7. Kena Gempur (1951), terjemahan dari karya John Steinbeck
Selain menerjemahkan karya-karya sastrawan Barat, karya Chairil juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing seperti Inggris, Jerman dan Spanyol. Terjemahan karya-karyanya di antaranya adalah:
  1. “Sharp gravel, Indonesian poems”, oleh Donna M. Dickinson (Berkeley? California, 1960)
  2. “Cuatro poemas indonesios [por] Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati” (Madrid: Palma de Mallorca, 1962)
  3. Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963)
  4. “Only Dust: Three Modern Indonesian Poets”, oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969)
  5. The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York Press, 1970)
  6. The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan H. B. Jassin (Singapore: University Education Press, 1974)
  7. Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina: Octopus Verlag, 1978)
  8. The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International Studies, 1993)

Kepeloporan Chairil di dalam sejahatera perkembangan kesusastraan Indonesia, membuat banyak praktisi maupun pakar kesusastraa menulis dan mengulas kehidupan dan karya-karya Chairil Anwar.. Karya-karya tersebut meliputi antara lain:
  1. Chairil Anwar: sebuah pertemuan, Arief Budiman - 1976 - 71 halaman - UNIVERSITV OF MICHIGAN CHAIRIL ANWAR SEBUAH PERTEMUAN oleh Arief Budiman «i PUSTAKA JAVA ...
  2. Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949 - 1953 - 72 halaman;
  3. Chairil Anwar: pelopor angkatan 45. Satu pembitjaraan, H. B. Jassin - 1956 - 158 halaman -
  4. Chairil Anwar: hasil karya dan pengabdiannya, Sri Sutjiatiningsih, Firdaus Burhan, Suwandji Sjafei - 1981 - 106 halaman;
  5. Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, Chairil Anwar, Burton Raffel - 1970 - 208 halaman; For Anwar's poetry is as alive, today, as twenty years ago when Anwar himself died. More alive, it seems to me, since literary studies have, since then, clearly established the canon of his work, and have also begun to define its ...
  6. Chairil Anwar: the poet and his language, Boen Sri Oemarjati - 1972 - 159 halaman ;
  7. Chairil Anwar: pelopor angkatan 45 ; disertai kumpulan hasil ..., Hans Bague Jassin - 1968 - 175 halaman ;
  8. Chairil Anwar: hasil karya dan pengabdiannya, Sutjianingsih (Sri.), Suwadji Syafei, Firdaus Burhan - 1981 - 89 halaman;
  9. Aku Ini Binatang Jalang (HC) - Laman 127, Chairil Anwar - 2011 - 131 halaman - Eddy, Nyoman Tusthi, “Sumbangan Kepenyairan Chairil Anwar dalam Dimensi Sastra Indonesia Modern”, Horison, April 1985, hlm. 119-125. Hadirnadja, Aoh K., “Chairil Anwar”, Beberapa Paham Angkatan 45, Jakarta: Tinta Mas, 1952, hlm. 30-44.
  10. Mengenal Chairil Anwar, Pamusuk Eneste - 1995 - 69 halaman, Biography and works of Chairil Anwar, 1922-1949, an Indonesian poet.
  11. Leksikon susastra Indonesia - Laman 110 , Korrie Layun Rampan - 2000 - 576 halaman - Chairil Anwar Kesenian Sulawesi Selatan. Karyanya: Lagu Perjalanan (kp, 1986), Mimpi Terakhir (kp, 1989), Danau Semesta (kp, 1995), Temu Penyair Makassar (ap, 1999). Chairil Anwar Lahir di Medan, 26 Juli 1922, meninggal di Jakarta, ...
  12. 100 tokoh yang mengubah Indonesia: biografi singkat seratus tokoh ... - Laman 55, 2005 - 288 halaman - Puisi berjudul Aku milik Chairil Anwar menjadi sajak ekspresif yang mendobrak tata krama berpuisi. Puisi itu mencerminkan tipikal Chairil yang penuh energi dan radikal untuk masanya. Penyair berdarah Medan yang lahir 22 Juli 1922 ini ...
  13. Isyarat: kumpulan esai - Laman 387, Sutardji Calzoum Bachri - 2007 - 506 halaman - Chairil Anwar Bagi Saya DALAM menyair, Chairil Anwar selalu sungguh-sungguh. Dia penyair serius. Cerita bagaimana Chairil sampai berminggu- minggu mencari kata yang tepat untuk satu baris sajaknya mendedahkan bagaimana kualitas ...
  14. Bayang baur sejarah: sketsa hidup penulis-penulis besar dunia - Laman 47, Aulia A. Muhammad - 2003 - 228 halaman - Chairil Anwar POTRET LUSUH SEORffllG SflSTRRUlffll U\ sebuah senja, 1943, seorang lelaki bermata merah, ceking, dan lusuh berjalan di antara gerbong-gerbong tua di Stasiun Senen. Matanya menerawang, sebelum langkahnya terhenti di gubuk ...
  15. Apresiasi puisi: panduan untuk pelajar dan mahasiswa - Laman 65, Herman J. Waluyo - 2002 - 190 halaman - Bungkus tidak penting, kata Chairil Anwar, yang penting isinya. Karena itu, puisi-puisi Angkatan 45 sudah lebih bebas dibandingkan dengan puisi-puisi Angkatan Pujangga Baru yang ketat dengan permainan rima dan bunyi.


Dan masih banyak lagi buku-buku yang mengulas tentang Chairil Anwar. Sebagai referensi, silakan search di Google Book dengan kata kunci Chairil Anwar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar