Anda pasti pernah dan suka mendengarkan lagu nasional berjudul Kulihat Ibu Pertiwi. Tapi Anda pasti tidak percaya, kalau lagu ini sebenarnya karya plagiat atau jiplakan. Plagiatornya pun kurang dikenal. Padahal, lagu ini telah diterima dan diakui sebagai lagu nasional Indonesia.
Lengkapnya, lirik lagu itu adalah: Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati, air matamu berlinang mas intanmu terkenang, hutan gunung sawah lautan simpanan kekayaan, kini ibu sedang susah merintih dan berdoa.
Siapa sebenarnya pencipta lirik lagu Kulihat Ibu Pertiwi ini? Pasti jawabannya tidak tahu walaupun lagu ini sudah diajarkan kepada kita sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan sampai mahasiswa pun tetap melagukan lagu ini..
Nada, irama, birama, notasi, dll kecuali lirik lagu ini sama persis dengan lagu gerejawi yang telah dua kali diterjemahkan dari karya Charles Crozart Converse (1868), seorang komposer dari Amerika Serikat (1832-1918). Lirik asli lagu ini berjudul 'What a friend we have in Jesus', ciptaan Joseph Medlicott Scriven (1855). Sedangkan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan oleh C.Ch.J, Schreuder dan L.J.M. Tupamahu (awal 1900-an?) dan masuk dalam kumpulan nyanyian gerejawi "Dua Sahabat Lama" pada Nomor 201. Kemudian diterjemahkan lagi oleh Yayasan Musik Gereja (Yamuger) pada tahun 1975 dan masuk pada kumpulan lagu-lagu gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dalam buku Kidung Jemaat (KJ Nomor 453).
Lalu siapa sebenarnya plagiator lagu yang kemudian menjadi lagu nasional Indonesia ini? Abdullah Kamsidi di dalam blognya komponiskamsidi.multiply.com menulis bahwa pencipta lagu Ibu Pertiwi adalah seorang komponis asal kota Solo bernama Kamsidi Samsuddin. Jika memang benar Kamsidi Samsuddin adalah pencipta lagu Kulihat Ibu Pertiwi ini, maka perlu dipertanyakan julukan komponisnya. Dan kita sebagai bangsa Indonesia perlu merasa malu dan bukannya bangga menyanyikan lagu itu.
Bertolak dari fakta di atas, sudah saatnya kita terutama pemerintah untuk dan harus mencabut lagu Kulihat Ibu Pertiwi dari daftar lagu-lagu nasional. Hal ini saya pikir sangat penting dan mutlak harus. Jika tidak, kiranya kita tidak perlu menyalahkan bangsa Malaysia sebagai bangsa maling pencaplok karya budaya bangsa kita, karena kita sendiri ternyata juga adalah bangsa penjiplak. Ya, bangsa plagiator.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar