Dalam bahasa Jerman disebut “Einfülung”. Bandingkan juga dengan “Sympathie”, “antipathie” ( dari bahasa Yunan yang berarti “patein” berarti menderita atau merasakan). Pengertian ini berasal dari psikologi seni dan sastra serta estetika. Dikembangkan oleh Lotse, 1858. Dalam tindak membaca kita demikian terserap oleh seorang tokoh, sehingga kita seolah-olah turut merasakan gejolak-gejolak hatinya dalam-dalam dan bahkan merasakan kejutan-kejutan fisik seperti dilukiskan mengenai tokoh yang bersangkutan. Bila pembaca sampai pada menyetujui perasaan dan watak seorang tokoh, maka ini lebih tepat dinamakan identifikasi emosional atau simpati. Baik dalam empati maupun dalam simpati pembaca seolah-olah tenggelam ke dalam teks, ia tidak sadar bahwa ia membaca. Ini berlawanan dengan kontemplasi yang berarti refleksi dan mengandaikan distansi, jarak. Cerita yang menampilkan seorang tokoh sebagai "aku" lebih mudah menimbulkan empati. Dalam kritik sastra kemampuan sebuah teks untuk menimbulkan empati atau simpati sering dinilai positif. Di sini lalu dipergunakan kriteria emosional dan karya didekati dari hubungannya dengan pembaca.
Sabtu, 04 Februari 2012
Empati
Dalam bahasa Jerman disebut “Einfülung”. Bandingkan juga dengan “Sympathie”, “antipathie” ( dari bahasa Yunan yang berarti “patein” berarti menderita atau merasakan). Pengertian ini berasal dari psikologi seni dan sastra serta estetika. Dikembangkan oleh Lotse, 1858. Dalam tindak membaca kita demikian terserap oleh seorang tokoh, sehingga kita seolah-olah turut merasakan gejolak-gejolak hatinya dalam-dalam dan bahkan merasakan kejutan-kejutan fisik seperti dilukiskan mengenai tokoh yang bersangkutan. Bila pembaca sampai pada menyetujui perasaan dan watak seorang tokoh, maka ini lebih tepat dinamakan identifikasi emosional atau simpati. Baik dalam empati maupun dalam simpati pembaca seolah-olah tenggelam ke dalam teks, ia tidak sadar bahwa ia membaca. Ini berlawanan dengan kontemplasi yang berarti refleksi dan mengandaikan distansi, jarak. Cerita yang menampilkan seorang tokoh sebagai "aku" lebih mudah menimbulkan empati. Dalam kritik sastra kemampuan sebuah teks untuk menimbulkan empati atau simpati sering dinilai positif. Di sini lalu dipergunakan kriteria emosional dan karya didekati dari hubungannya dengan pembaca.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar