Bersama dengan analisis dan interpretasi (penafsiran) komponen ketiga dalam kritik sastra. Analisis dan interpretasi berhadapan dengan fakta, sedangkan evaluasi dengan norma-norma dan nilai-nilai. Sebuah karya sastra disebut berbobot atau bernilai bila memenuhi beberapa norma atau tolok ukur yang berbeda-beda untuk berbagai zaman. Mengenai nilai literer ada tiga pendapat.
- relativistis; segalanya tergantung pada selera pribadi dan subjektif pembaca.
- intrinsik atau imanen; pembaca hanya menemukan nilai yang sudah terkandung di dalam karya sendiri.
- relasional; nilai ditentukan oleh struktur teks maupun oleh sistem norma pembaca (Mukarovsky, Jauss dan Lotman).
- Hubungan antara karya dengan kenyataan; dengan tepat mencerminkan kenyataan (mimesis) atau dengan tepat mengubah atau meringkasnya. Keterlibatan dan moral juga dapat ditempatkan di sini.
- Pengarang dipentingkan, sejauh mana watak pengarang diungkapkan (argumen ekspresif), sejauh mana pengarang berhasil melaksanakan maksudnya atau sejauh mana karya menerapkan pandangan pengarang mengenai seni.
- Karya dianggap otonom dan dinilai baik kalau strukturnya baik atau ditulis dengan gaya yang baik (stilistik). Argumen ini ambigu, karena visi kritikus berperan. Struktur mana dianggap baik, yang harmonis atau yang kacau?
- Hubungan dengan pembaca; efek apa disebabkan dalam diri pembaca (emosional), bila pembaca dapat mengadakan identifikasi atau mer asa diperkaya (edukatif).
- Hubungan dengan karya-karya sastra lainnya. Orisinal, membaharui, atau meneruskan tradisi atau dianggap sebagai eksponen yang khas mengenai salah satu aliran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar