Waktu itu anoaIah yang memerintah binatang-binatang yang ada di hutan termasuk tikus. Pada suatu hari anoa mengadakan pemeriksaan penghuni hutan. Ketika anoa berjalan-jalan bertemulah dia dengan seekor tikus. Bertanyalah dia kepada tikus, "Mengapa kau berada di sini, Tikus? Mengapa kamu tidak melapor kepadaku. Apakah kamu belum tahu siapa aku dan bagaimana peraturan di hutan belantara ini? Akulah raja hutan ini. Siapa saja yang memasuki daerah ini harus melapor kepadaku."
"Aku ke sini untuk mencari makanan, Tuan Anoa. Haruskah aku meminta izin darimu untuk mencari makananku sendiri?" jawab tikus.
"Apa? Akan kuinjak-injak kau nanti!" teriak anoa. "Berani-beraninya kau berkata begitu kepadaku . Akan kuhabiskan nyawamu di sini. Akan aku jadikan santapanku kau nanti."
"Jangan, Tuan! Walaupun aku kecil janganlah kau remehkan aku seperti itu," jawab tikus lagi.
"Oh, kalau begitu kau memang mau melawanku, Tikus?"tanya anoa. "Kalau memang begitu lebih baik kita bertarung saja."
"Baiklah, walaupun aku kecil aku berani bertarung dengan kamu, Anoa," tantang tikus.
Dengan angkuhnya anoa bolak-balik berjalan ke sana kemari memikirkan cara yang paling ampuh untuk mengalahkan tikus yang bergigi tajam itu. "Begini," kata anoa. "Kita akan membuat timbunan kayu untuk ditimbunkan pada diriku dan dirimu, kemudian timbunan kayu itu dibakar. Barangsiapa yang dapat keluar dari timbunan api dengan selamat, dialah pemenangnya,”
"Baik," seru tikus. "Engkau lebih dahulu yang akan kutimbuni kayu." Maka pergilah ia mengumpulkan ranting-ranting di sekitar tempat itu dan segera menyuruh anoa berbaring dan menimbuninya dengan ranting-ranting, lalu menyalakan api. Api menyala dari atas merambat ke bawah dan mulai membakar tubuh anoa. Anoa berusaha menyelamatkan diri darl kobaran api yang mulai merayapi tubuhnya. la mulai menggerak-gerakkan tubuh dan bersusah payah mengeluarkan badannya dari timbunan kayu berapi, sebelum kayu terbakar semua.
Setelah itu giliran tikus. Sementara anoa mengumpulkan ranting, tikus secara diam-diam melubangi tanah dibawahnya untuk membuat lubang, sebagai tempat persembunyiannya. Lalu, ia berbaring dan anoa mulai menimbuni tubuhnya dengan ranting-ranting dan membakarnya dari atas. Anoa berkata dengan sombongnya, "Rasakan kau, Tikus. Pasti kamu mati dengan cepat dan akan kujadikan santapanku yang lezat." Tetapi, apakah yang terjadl setelah timbunan kayu itu habis terbakar? Tikus tidak ada lagi di tempatnya. la berlindung dalam lubang persembunyian di bawah tanah. Maka, berteriaklah anoa, "Hai, Tikus! Keluarlah kau dari tempat persembunyianmu. Percayalah aku tidak akan berbuat apa-apa terhadapmu. Percayalah."
Tidak lama kemudian meloncatlah tikus keluar dan langsung melarikan diri. la takut anoa akan memperdayakan dirinya karena tubuhnya tidak terbakar sedikit pun. Dari kejauhan tikus berteriak, "Hai, Anoa! Akulah pemenangnya. Apa yang akan kau lakukan kepada diriku kini?"
Anoa tidak berkata apa-apa. la menyatakan kalah dalam pertarungan ini. Oleh karena itu, sejak saat itu tikus dinyatakan menjadi warga hutan belantara. Tempat tinggalnya di dalam kayu besar. Makanannya daun-daunan dan buah-buahan yang ada di dalam hutan tersebut.
Apa fiksi dari cerita anoa dan tikus
BalasHapus