Rabu, 01 Juni 2011

Angkatan 66

Nama "Angkatan 66" pertama kali dikemukakan oleh H.B. Jassin dalam artikelnya berjudul Angkatan '66; bangkitnya satu generasi, dimuat dalam majalah Horison, Agustus 1966; kemudian dimuat kembali dalam bunga rampainya berjudul Angkatan '66: Prosa dan Puisi terbitan Gunung Agung, 1968. Nama ini dipakai sebagai kelanjutan Angkatan 45 yang dipelopori oleh Chairil Anwar. Menurut H.B. Jassin ciri-ciri karya sastranya ialah: mempunyai konsepsi Pancasila, menggemakan protes sosial dan politik, dan membawa kesadaran nurani manusia yang bertahun-tahun mengalami kezaliman dan perkosaan terhadap kebenaran dan rasa keadilan serta kesadaran akan moral dan agama. Para pengarang yang termasuk "Angkatan '66", katanya ialah mereka yang tatkala tahun 1945 berumur kira-kira 6 tahun dan baru masuk sekolah rakyat, jadi mereka yang tahun 1966 kira-kira berumur 25 tahun. Mereka inilah yang telah giat menulis dalam majalah-majalah sastra dan kebudayaan sekitar tahun 55-an, seperti Kisah, Siasat, Mimbar Indonesia, Budaya, Indonesia, Konfrontasi, Tjerita, Prosa, Sastra, Basis dan lain-lain. Dikemukakan juga, bahwa yang termasuk pengarang Angkatan '66 bukan hanya mereka yang baru menulis sajak-sajak perlawanan pada permulaan tahun 1966, tetapi juga yang telah tampil beberapa tahun sebelumnya dengan suatu kesadaran. Kurang lebih ada 30 orang pengarang yang tergolong angkatan ini, antara lain A. Bastari Asnin, NH Dini, A.A. Navis, Bur Rasuanto, Ajip Rosidi, Gerson Poyk, Trisnoyuwono, Satyagraha Hurip, Mansur Samin, Subagio Sastrowardojo, Sapardi Djoko Damono, WS Rendra, Taufiq Ismail, Gunawan Mohamad, Slamet Sukirnanto, Umar Kayam, dan lain-lainnya. Beberapa kumpulan puisi dan cerpen yang dinilai dan dianggap sebagai tonggak munculnya Angkatan '66 ialah: Tirani dan Benteng (kumpulan sajak karya Taufiq Ismail), Mereka Telah Bangkit karya Bur Rasuanto, dan Perlawanan karya Mansur Samin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar