Sebuah pernyataan tentang cita-cita Angkatan 45, tertanggal 18 Februari 1950, dan baru diterbitkan hampir satu tahun setelah meninggalnya Chairil Anwar yaitu 22 Oktober 1950 di ruang kebudayaan wart a sepekan Siasat, Gelanggang. Isi lengkapnya sebagai berikut.
Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehat dapat dilahirkan.
Keindonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, rambut kamiyang hitam atau tulang pelipis kamiyang menjorok ke depan, tetapi lebili banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati dan pikzran kami.
Kami tidak akan memberikan suatu kata ikatan untuk kebudayaan Indonesia. Kalau kami berbicara tentang kebudayaan Indonesia, kami tidak mgat kepada melap-lap hasil kebudayaan lama sampai berkilat untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh kesatuan berbagai-bagai rangsang suara yang disebabkan oleh suara-suara yang dilontarhan dari segala sudut dunia dan yang kemudian dilontarkan kembali dalam bentuk suara sendiri. Kami
akan menentang segala usaha yang mempersempit dan menghalangi tidak betulnya pemeriksaan ukuran. rulai.
Revolusi bagi kami ialah. penempatan mlai-nilai baru atas nilai-nilai usang yang harus dihancurkan. Demikian. kami berpendapat bahwa reoolusi di tanah air kami sendiri belum selesai. Dalam penemuan kami, kami mungkin tidak selalu asli; yang pokok ditemui itu ialah manusia. Dalam cara kami mencari, membahas dan
menelaahlah kami membawa sifat sendiri. Penghargaan kami terhadap keadaan keliling (masyarakat) adalah
penghargaan orang-orang yang mengetahui adanya saling pengaruh antara masyarakat dan seniman.
Jakarta, 18 Februari 1950
Tidak ada komentar:
Posting Komentar