Selasa, 10 Mei 2011

Style

style
Style atau gaya, yaitu cara yang khas dipakai seseorang untuk mengungkapkan diri (gaya pribadi). Cara mengungkapkan tersebut dapat meliputi setiap aspek bahasa; pemilihan kata-kata, penggunaan kiasan, susunan kalimat, nada dan sebagainya. Pengertian gaya dapat diperluas sehingga meliputi sekelompok pengarang (gaya Angkatan 45) atau bangsa -bangsa seluruhnya (gaya penulisan orang Inggris misalnya bernada "understatement", sedangkan orang Italia suka akan superlatif, dibesar-besarkan). Juga gay a suatu periode tertentu, misalnya gaya Barok, gaya Romantik, dan sebagainya atau gaya jenis penulisan tertentu (gaya surat-menyurat, gaya dongeng).
Dalam stilistik (cabang ilmu sastra yang meneliti style atau gaya itu), dibedakan antara stilistik deskriptif dan genetis. Stilistik deskriptif (Ch. Bally) mendekati style sebagai keseluruhan daya ungkapan psikis yang terkandung dalam suatu bahasa dan meneliti nilai-nilai ekspresif khusus yang terkandung dalam sua tu bahasa (langue), yaitu secara morfologis, sintaktis dan semantis. Dalam pandangan ini pengarang membangkitkan beberapa kemungkinan yang terkandung dalam sistern bahasa yang bersangkutan. Stilistik genetis atau stilistik individual (L. Spitzer) memandang style sebagai suatu ungkapan yang khas pribadi. Lewat analisis terperinci
(motif, pilihan kata) terhadap sebuah karya dapat dilacak visi batin seorang pengarang, cara ia mengungkapkan sesuatu. Analisis ini agak mirip dengan analisis psikologis ala Freud. Style perbandingan membanding-bandingkan gaya dalam berbagai cabang seni, misalnya seni rupa dan seni sastra. Pada akhir abad ke-19 ilmu seni sudah dapat mengandalkan seperangkat konsep untuk menganalisis sebuah karya seni yang lalu diterapkan terhadap sebuah karya sastra. Pengertian gaya Renaissance dan Barok lalu juga di-
terapkan terhadap bidang sastra.
Mengenai gaya sebagai suatu gejala dalam sastra dan bahasa terdapat berbagai pendapat.
  1. Gaya hanya suatu perhiasan tambahan (pandangan dualistis).
  2. Gaya merupakan bagian integral dari sebuah karya yang merupakan manunggalnya isi dan bentuk (pandangan monistis).
  3. Secara linguistis gaya dapat dilacak sebagai suatu penyimpangan terhadap suatu bentuk penggunaan bahasa tertentu dan justru karena penyimpangan itu perhatian pembaca dibangkitkan (dualistis).
  4. Gaya sebagai variasi, tanpa adanya suatu norma tertentu. Variasi dapat terjadi dalam bentuk maupun isi (monistis) atau hanya dalam ungkapan saja (dualistis).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar