Barok diduga berasal dari bahasa Portugis yang berarti mutiara yang bentuknya tidak simetris. Istilah ini muncul di Eropa Barat pada abad ke-18, secara peioratif dipakai untuk menunjukkan suatu gaya dalam seni rupa terlalu ramai dan dibuat-buat. Kemudian istilah ini dipergunakan oleh para penulis sejarah kebudayaan dan musik untuk menunjukkan suatu kurun waktu antara Renaissance dan Fajar Budi, atau antara Renaissance dan zaman klasisisme. Abad ke-17 boleh dianggap sebagai zaman Barok (dengan selisih waktu untuk Italia, Prancis dan Jerman). Dewasa ini juga disoroti sastra dari zaman Barok. Kadang-kadang juga dianggap sebagai suatu bentuk kebudayaan yang silih berganti dengan klasisisme dan sebagai antitesisnya muncul dalam sejarah kebudayaan.
Sesudah zaman Renaissance dengan optimisme dan kesadaran diri manusia Eropa mulai merasa ragu-ragu, sebatang kara di semesta alam yang telah dipetakan oleh Kopernikus dan Newton. Manusia zaman Barok terbelah antara dunia dan surga. Dunia pancaindera, nafsu dan gairah kehidupan berlawanan dengan nilai-nilai yang mutlak dan transendental. Manusia Barok tidak mengenal sintesis, ia menceburkan diri atau ke tengah dunia atau ke hal-hal surgawi. Gereja Katolik dan raja-raja melampiaskan kemenangan dan kekuasaannya lewat arsitektur Barok yang triumfalistis. Bila kita memasuki sebuah gereja Barok kita merasa seolah-olah sudah masuk surga.
Dalam bidang sastra, Barok dapat dianggap sebagai sebuah mata rantai otonom dalam perkembangan gaya-gaya kepengarangan. Namun beberapa sifat dapat dimengerti dari perubahan dalam situasi kehidupan dan sikap jiwa. Dengan sering terpakainya gaya metafora, paradoks dan antitesisnya para penyair Barok misalnya seolah –olah ingin mengungkapkan pengalaman hidup yang khaotis dan paradoksal. Kesenangan akan amplifikasi (anafora, hiperbola, deretan metafora, deskripsi yang panjang lebar) dapat dikaitkan dengan cita rasa kehidupan yang mendalam, kadang-kadang sebagai ungkapan rasa kekuasaan. Tema-tema yang sering digarap ialah kefanaan dunia ini (lawan dengan keabadian Tuhan), perlawanan antara ilusi dan kenyataan, dunia sebagai panggung, imaginasi yang paradoksal (The Black Lady dalam soneta-soneta Shakespeare). Tokoh-tokoh yang tersiksa (Prometheus, Sisyphus) sering disoroti. Sangat digemari puisi yang religius atau metafisik. Tema-tema dalam drama diambil dari mitologi Yunani atau Alkitab. Sering terjadi perpaduan antara seni pentas, ballet dan seni suara yang dikemudian hari akan menghasilkan opera. Seni Barok pada dasarnya ingin menyampaikan sebuah pesan, ingin mengharukan dan memesonakan. Tokoh-tokoh dalam seni drama antara lain Shakespeare, Tasso (Italia) dan Calderon (Spanyol).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar