Pada awalnya 'Balai Pustaka' adalah nama suatu badan yang disebut "Commissie voor de Inlandsche School en Volkslectuur" yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1908. Dan pada tahun 1918 diubah menjadi "Kantoor voor de Volkslectuur" atau Kantor Bacaan Rakyat atau dikenal sebagai 'Balai Pustaka'. Menurut A. Teeuw, tujuan utamanya adalah mengumpulkan dan menerbitkan hasil sastra tradisional rakyat yang melimpah di Hindia Belanda. Selanjutnya biro ini mendorong penciptaan karya-karya asli modern dari para pengarang Indonesia, menyediakan terjemahan dari berbagai macam hasil kesusastraan Barat. Biro ini mengambil sikap amat netral dalam persoalan agama, tidak menerima naskah yang bertentangan dengan pandangan politik pemerintah jajahan, dan yang bersifat cabul. Lewat penerbit ini lahirlah roman Indonesia modern yang pertama Azab dan Sengsara karya Merari Siregar pada tahun 1920. Bertolak dari karya inilah HB Jassin akhirnya memandangnya sebagai awal sastra Indonesia modern dengan menyebutnya sebagai "Angkatan '20" atau kemudian lebih dikenal dengan nama "Angkatan Balai Pustaka".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar