Jumat, 04 Februari 2011

Resensi Roman Atheis

Roman Atheis
Pengarang : Achdiat K. Mihardja


This novel tells about the lives of the characters story Hasan, Rusli, Kartini and Anwar-minded atheist to deny the existence of God.
Hasan, who works in the Bandung Municipal Office of Water, formerly so devout religious activity as taught his parents since childhood. His meeting with Rush, HIS classmate in Tasikmalaya, making his conviction affected. Rush is an activist political movement and lead to attitude and behavior of atheists.



Roman ini berkisah tentang kehidupan para tokoh ceritanya Hasan, Rusli, Kartini dan Anwar yang berpandangan atheis dengan mengingkari adanya Tuhan.
Hasan yang bekerja di bagian air Kantor Kotapraja Bandung, semula begitu taat melakukan aktivitas keagamaan sebagaimana diajarkan kedua orangtuanya sejak masa kecil. Pertemuannya dengan Rusli, teman sekelasnya di HIS Tasikmalaya, membuat keyakinannya terpengaruh. Rusli merupakan seorang aktivis gerakan politik dan menjurus pada sikap dan perilaku atheis.
Sebagai seorang aktivis politik, Rusli pandai berargumentasi dan berdiskusi dengan Hasan. Karena itu, Hasan selalu terpojok jika berdiskusi tentang ketuhanan.
Semula Hasan masih bertahan pada keyakinannya tentang agama yang dia anut. Namun setelah lama bergaul dengan Rusli dan juga Kartini dan Anwar, ketaatannya dalam menjalankan ajaran agama semakin luntur. Ia pun berperilaku atheis manakala paham Marxisme ditanamkan Rusli dan terlebih lagi manakala ia mencintai Kartini, seorang janda mantan isteri ke-4 seorang lintah darat..
Hasan pun benar-benar menjadi atheis. Ia telah berani berdebat dengan ayahnya, seorang pensiunan di desa yang taat beragama. Karena itu, perselisihan di antara mereka tak bisa dihindakan lagi. Hasan menolak Aminah, calon istri pilihan orangtuanya, karena ia telah mencintai Kartini. Ayahnya pun menuduh Hasan sebagai seorang yang murtad.
Hasan pun menikahi Kartini. Semula hidup mereka bergitu rukun. Namun kemudian rumah tangganya mengalami goncangan akibat sikap Kartini yang terlalu bebas bergaul dan rasa cenduru Hasan. Apalagi ketika Kartini sering pergi bersama Anwar, dan menginap bersama di hotel. Akhirnya kehidupan Hasan berantakan. Rumah tangganya hancur, sementara hubungan dengan orangtuanya telah putus. Ia pun harus menerima nasib yang lebih buruk ketika harus menjadi penderita TBC.
Di sebuah hotel tempat ia menginap, ia menemuka nama dalam daftar tamu hotel, nama Anwar dan isteri. Padahal Anwar belum beristeri. Setelah ia menanyakan kepada pelayan hotel tentang ciri-ciri tamu bernama Anwar dan isteri, ia semakin yakin kalau isteri Anwar itu adalah Kartini, isterinya. Amarah dan dendam pun memenuhi batinnya. Ia ingin melampiaskannya dengan membinasakan Anwar dan Kartini.
Ia lalu mengejar kemana-mana Anwar dan Kartini. Kendati ada jam malam yang diberlakukan pihak Jepang, ia tidak menghiraukannya. Ia terus berjalan mencari dan mengejar Kartini dan Anwar. Peringatan demi peringat serdadu Jpeang tidak dihiraukannya lagi karena membaranya dendam dan amarah. Akibatnya, Letupan senapan serdadu Jepang harus bersarang di tubuhnya. Hasan pun tewas tanpa bisa melampiaskan amarah dan dendamnya kepada Anwar dan Kartini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar