Ads

Minggu, 14 September 2025

Makanan Yohanes Pembaptis: Belalang Serangga atau Belalang Buah?

Makanan Yohanes Pembaptis: Belalang Serangga atau Belalang Buah?

Pendahuluan: Profil Kenabian dan Pakaian Luar

Yohanes Pembaptis adalah figur kenabian yang sentral dalam narasi Injil, yang misinya tidak hanya disampaikan melalui kata-kata, tetapi juga secara visual dan eksistensial melalui gaya hidupnya yang unik. Salah satu aspek yang paling menonjol dan kaya makna dari kehidupannya adalah pakaian dan makanannya, yang secara intrinsik terhubung dengan identitas dan pesannya. Pilihan pakaiannya—jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit—secara sengaja membangkitkan ingatan akan Nabi Elia dari Perjanjian Lama, yang juga mengenakan pakaian serupa.1 Koneksi ini sangat penting, karena mengidentifikasi Yohanes sebagai pemenuhan nubuat yang telah lama dinanti-nantikan dalam Maleakhi 4:5-6, yang menubuatkan kedatangan "Nabi Elia" sebelum "Hari Tuhan yang besar dan dahsyat".2 Dengan demikian, pakaian Yohanes berfungsi sebagai tanda visual dari otoritas kenabiannya, yang menyatakan kepada semua orang bahwa ia adalah utusan yang ditakdirkan untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias.2

Jika pakaiannya adalah deklarasi identitasnya, maka makanannya adalah manifestasi praktis dari pesan kenabiannya. Dietnya yang terdiri dari "belalang dan madu hutan" bukanlah kebetulan atau hasil dari kebutuhan semata, melainkan sebuah pernyataan teologis yang padat dan berlapis makna. Laporan ini bertujuan untuk mengupas setiap lapisan dari pilihan makanan ini, menganalisisnya dari perspektif historis untuk memahami realitas fisiknya dan dari perspektif teologis untuk menyingkap makna spiritual yang mendalam. Penelusuran ini akan mengeksplorasi perdebatan tentang identitas sebenarnya dari makanan tersebut dan bagaimana dualitas simbolisnya melambangkan esensi dari seluruh pelayanan Yohanes Pembaptis. 

Aspek Historis dan Tekstual: Menyingkap Identitas Makanan

Untuk memahami makna makanan Yohanes Pembaptis, pertama-tama kita harus menginvestigasi realitas fisik di baliknya. Deskripsi dalam Injil Matius (3:4) dan Markus (1:6) adalah "belalang dan madu hutan." Penyelidikan atas istilah-istilah ini dalam konteks historis dan linguistik mengungkap sebuah perdebatan yang menarik dan relevan.

Belalang (Akris): Analisis Leksikal dan Perdebatan Abadi

belalang serangga
Belalang serangga

 

Kata Yunani yang digunakan dalam teks-teks Injil untuk "belalang" adalah akris (ἀκρίς), yang secara leksikal memiliki arti yang sangat spesifik dan tidak ambigu. Menurut leksikon Yunani, kata ini secara konsisten merujuk pada serangga yang dikenal sebagai belalang, terutama spesies yang terkenal karena kemampuannya menghancurkan tanaman dan menyebabkan kelaparan.6 Kata ini muncul dalam Perjanjian Lama Yunani (Septuaginta) dan juga digunakan oleh penulis-penulis non-Alkitab untuk menggambarkan serangga ini secara harfiah.

Berdasarkan bukti linguistik dan historis ini, interpretasi yang paling umum dan literal adalah bahwa Yohanes Pembaptis memang mengonsumsi belalang serangga. Terdapat beberapa alasan kuat yang mendukung pandangan ini. Secara historis, konsumsi belalang sangat umum di seluruh Timur Tengah kuno. Banyak penulis kuno, seperti Diodorus Siculus, mencatat keberadaan suku-suku yang dikenal sebagai acridophaghi atau "pemakan belalang".8 Sumber-sumber historis juga menunjukkan bahwa belalang sering diolah dengan cara dikeringkan, dipanggang, atau diasinkan, dan berfungsi sebagai sumber protein yang mudah didapat dan murah bagi masyarakat miskin.6 Lebih jauh lagi, konsumsi belalang sepenuhnya diizinkan oleh hukum Taurat, yang secara eksplisit menyebutkan jenis-jenis belalang tertentu sebagai makanan halal bagi orang Israel (Imamat 11:22).5 Ini menunjukkan bahwa diet Yohanes, meskipun asketis, tetap sesuai dengan hukum Yahudi.

Belalang buah atau karob

     Namun demikian, ada spekulasi yang muncul di kalangan komentator di kemudian hari yang menantang interpretasi literal ini. Beberapa penulis berpendapat bahwa "belalang" yang dimaksud adalah "buah karob" (Ceratonia siliqua), buah dari pohon yang dikenal sebagai "pohon belalang".
8 Buah karob berbentuk polong, mirip kacang polong yang memanjang, dan rasanya manis seperti cokelat ketika dikeringkan.9 Buah ini tumbuh subur di wilayah Israel dan mudah ditemukan, menjadikannya makanan yang mudah diakses dan bergizi bagi kelas-kelas miskin.9 Gagasan ini muncul dari keengganan untuk membayangkan seorang nabi besar memakan serangga, yang mungkin dianggap tidak bersih atau menjijikkan.

Penyelidikan lebih dalam terhadap asal-usul spekulasi ini mengungkapkan dinamika teologis yang lebih dalam. Interpretasi karob tidak muncul dari bukti leksikal atau historis yang kuat, melainkan dari upaya untuk membuat diet Yohanes Pembaptis lebih dapat diterima secara budaya. Lebih dari itu, sebuah tinjauan terhadap Injil apokrif, seperti Injil Ebionit, memberikan petunjuk yang kuat. Teks ini secara terang-terangan mengganti kata akris (belalang) dengan enkris (kue atau panekuk).10 Perubahan ini bukan sekadar kesalahan penyalinan, melainkan revisi teologis yang disengaja. Kaum Ebionit adalah kelompok Kristen Yahudi yang vegetarian dan menolak konsumsi daging atau makhluk hidup apa pun.10 Oleh karena itu, bagi mereka, gambaran Yohanes Pembaptis yang memakan serangga bertentangan dengan keyakinan mereka. Dengan mengubah kata yang berdekatan secara fonetik (akris menjadi enkris), mereka dapat menyesuaikan narasi tersebut dengan doktrin mereka sendiri.11 Hal ini menunjukkan bahwa perdebatan tentang identitas makanan Yohanes Pembaptis bukan sekadar masalah historis atau botani, tetapi cerminan dari perdebatan teologis yang lebih tua dalam Kekristenan awal mengenai pantangan makanan dan asketisisme. Teori karob berfungsi sebagai "vegetarianisasi" yang lebih dapat diterima atas gaya hidup Yohanes Pembaptis, yang berakar pada pandangan kelompok-kelompok seperti kaum Ebionit.

Madu Hutan (Meli Agrion): Simbol Kelimpahan di Tengah Kemandulan

Elemen kedua dari diet Yohanes Pembaptis adalah "madu hutan" (meli agrion). Tidak seperti belalang, identitas madu hutan tidak menjadi subjek perdebatan serius. Madu ini berasal dari lebah liar dan merupakan sumber makanan yang umum di Palestina kuno.12 Ketersediaannya di daerah padang gurun atau hutan memberikan konteks yang sempurna bagi Yohanes, yang hidup di luar masyarakat dan bergantung sepenuhnya pada penyediaan alam.

Madu memiliki makna simbolis yang mendalam dan berlapis dalam tradisi Alkitab.12 Seringkali, madu digunakan untuk melambangkan kelimpahan, kebaikan, dan berkat. Metafora "tanah yang berlimpah susu dan madu" adalah gambaran ideal tentang Tanah Perjanjian yang diberkati.12 Selain itu, madu juga melambangkan Firman Tuhan yang manis dan menyenangkan bagi jiwa (Mazmur 19:11, 119:103).12 Dalam konteks makanan Yohanes, madu melambangkan penyediaan ilahi yang tidak terduga di tengah-tengah padang gurun yang tandus dan keras.

Komparasi Interpretasi "Belalang" (Akris) dalam Tradisi Alkitab

TEORI INTERPRETASI

DASAR ARGUMEN

SUMBER PENDUKUNG

KAITAN DENGAN KONTEKS YOHANES

KONSENSUS SKOLASTIK MODERN

Belalang (Serangga)

Leksikal: Kata Yunani akris secara harfiah berarti belalang (serangga). 6

Historis: Belalang adalah sumber makanan yang umum di Timur Tengah kuno. 6

Kepatuhan Taurat: Konsumsi belalang diizinkan oleh Imamat 11:22. 5

Injil Kanonik (Matius & Markus), Penulis kuno (Diodorus Siculus), Hukum Taurat.

Asketisisme yang keras dan otentik; kepatuhan pada hukum Yahudi.

Didukung secara luas.

Buah Karob

Botani: Pohon karob dikenal sebagai "pohon belalang" karena polongnya. 8

Ketersediaan: Mudah ditemukan di padang gurun Yudea dan merupakan makanan orang miskin. 9

Teologis: Muncul dari komentator yang menganggap makan serangga tidak pantas untuk seorang nabi. 8

Komentator-komentator belakangan yang menafsirkan ulang teks Injil.

Upaya untuk "memuliakan" gaya hidup Yohanes; terhubung dengan vegetarianisme awal.

Tidak didukung.

Kue (Enkris)

Linguistik: Penggantian yang disengaja dari kata Yunani akris ke enkris karena kesamaan fonetik. 10

 

Doktrinal: Perubahan ini didorong oleh keyakinan teologis vegetarian. 10

Injil Ebionit (Injil apokrif).

Ekspresi dari doktrin vegetarian Ebionit yang menolak konsumsi daging.

Bukti perubahan teologis yang disengaja, bukan interpretasi asli.


Tabel ini menunjukkan dengan jelas bahwa perdebatan tentang makanan Yohanes Pembaptis bukan sekadar masalah historis atau botani. Sebaliknya, hal itu menyoroti bagaimana interpretasi teks Alkitab dapat dibentuk oleh agenda teologis tertentu. Meskipun interpretasi buah karob mungkin terdengar lebih "masuk akal" bagi pembaca modern, bukti leksikal, historis, dan tekstual yang kuat secara konsisten mengarahkan pada pemahaman literal bahwa Yohanes memang mengonsumsi belalang serangga. Pandangan ini juga didukung oleh konsensus akademis modern.13

Aspek Teologis dan Simbolis: Makanan sebagai Manifestasi Spiritual

Di luar identitas fisik makanannya, diet Yohanes Pembaptis berfungsi sebagai pernyataan teologis yang mendalam dan multilayer. Pilihan makanannya adalah perwujudan pesan yang ia khotbahkan.

Asketisisme dan Penolakan Duniawi

Gaya hidup Yohanes Pembaptis, yang ditandai dengan jubah bulu unta dan makanan yang sederhana, adalah sebuah khotbah tanpa kata-kata. Dengan memilih untuk hidup dari belalang dan madu, ia menolak kenyamanan dan kemewahan materialistik yang ditawarkan oleh masyarakat beradab.14 Pilihan ini berfungsi sebagai kritik yang tajam terhadap kemewahan dan keserakahan yang merajalela di kalangan elit agama dan politik pada masanya.14 Gaya hidupnya adalah bentuk solidaritasnya yang radikal dengan orang miskin dan terpinggirkan, yang sering kali terpaksa bertahan hidup dengan makanan yang paling dasar.14

Lebih dari sekadar pernyataan simbolis, diet ini juga memberikan kemandirian fungsional. Dengan hidup dari hasil padang gurun, Yohanes tidak bergantung pada sistem sosial atau patron mana pun. Hal ini memungkinkannya untuk menyampaikan kebenaran dengan berani dan tanpa kompromi, bahkan ketika ia menegur Raja Herodes atau para pemimpin agama yang sombong.16 Gaya hidup asketisnya adalah fondasi yang memungkinkan dia untuk menjadi "suara yang berseru di padang gurun," bebas dari kekhawatiran akan kehilangan mata pencaharian atau status.14

 Dualitas Simbolik Belalang dan Madu

     Komponen makanan Yohanes Pembaptis, yaitu belalang dan madu, secara simbolis dapat dipandang sebagai dua elemen yang berlawanan, yang bersatu untuk menyampaikan pesan yang komprehensif.

·         Belalang: Penghakiman dan Keteraturan

Di banyak bagian Alkitab, belalang adalah lambang penghakiman ilahi dan kehancuran. Plaga belalang di Mesir dan nubuatan dalam kitab Yoel menggambarkan belalang sebagai pasukan yang menghancurkan, instrumen murka Tuhan yang membawa kelaparan dan kehancuran.5 Dengan memakan belalang, Yohanes secara profetik mengidentifikasi dirinya dengan penghakiman yang akan datang, yang merupakan inti dari pesannya tentang pertobatan. Makanan ini secara fisik mewujudkan peringatan yang ia berikan kepada orang-orang, yaitu bahwa "kampak sudah tersedia pada akar pohon" (Matius 3:10).
Namun, belalang juga memiliki makna simbolis yang kontras. Amsal 30:27 menggambarkan belalang sebagai makhluk yang "tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur".
18 Simbolisme ini menyiratkan kepatuhan dan keteraturan. Dalam konteks Yohanes, hal ini dapat dipahami sebagai ajakan bagi umat Tuhan untuk belajar mengatur diri sendiri dan patuh pada kehendak ilahi, bahkan tanpa otoritas eksternal yang memaksa.18 Kepatuhan yang sukarela ini adalah kekuatan, bukan kelemahan, yang membantu seseorang berjalan di jalan yang benar.18

·         Madu: Kelimpahan dan Manisnya Firman Tuhan

Madu melambangkan kebalikannya dari belalang. Seperti yang dibahas sebelumnya, madu adalah simbol kelimpahan, berkat, dan Firman Tuhan yang manis.12 Kehadiran madu di tengah padang gurun yang tandus adalah tanda anugerah Tuhan yang terus menyediakan, bahkan di tempat yang paling tidak mungkin.

Kombinasi dari belalang dan madu adalah alegori yang hidup tentang bagaimana pesan Yohanes Pembaptis harus diterima.16 Bagi mereka yang menanggapi panggilannya untuk bertobat dan merendahkan diri, pesannya akan terasa semanis madu, membawa kelegaan dan berkat ilahi. Itu adalah janji kelimpahan di tengah kekeringan spiritual. Sebaliknya, bagi mereka yang menolak panggilannya, yang tetap dalam kesombongan dan kemewahan mereka (seperti kaum Farisi dan Saduki yang ia sebut sebagai "keturunan ular beludak"), pesannya adalah kutukan yang pahit dan menghancurkan, seperti wabah belalang yang menandakan penghakiman yang akan datang. Dengan demikian, diet Yohanes adalah sebuah khotbah yang kompleks, yang memperingatkan akan murka yang akan datang sambil menawarkan anugerah bagi mereka yang siap menerima.

Makanan Yohanes Pembaptis dalam Tradisi dan Perdebatan Skolastik

Perdebatan mengenai makanan Yohanes Pembaptis adalah contoh yang luar biasa tentang bagaimana tradisi dan agenda teologis dapat membentuk interpretasi teks. Tradisi karob, yang dipopulerkan oleh komentator-komentator belakangan, sering kali merupakan upaya untuk "menjinakkan" gambaran radikal dari seorang nabi yang hidup di padang gurun. Keberadaan Injil Ebionit, yang secara sengaja mengubah teks kanonik, memberikan bukti kuat bahwa topik ini bukanlah detail yang sepele, tetapi sebuah titik pertentangan yang signifikan dalam Kekristenan awal.10 Perubahan yang dilakukan oleh kaum Ebionit menunjukkan bahwa mereka menyadari implikasi teologis dari diet Yohanes Pembaptis dan berusaha merevisinya agar sesuai dengan keyakinan mereka.

Namun, terlepas dari perdebatan historis ini, konsensus akademis modern cenderung mendukung interpretasi literal dari akris sebagai belalang serangga.6 Alasan utama untuk pandangan ini adalah:

1.    Bukti Leksikal yang Tidak Terbantahkan: Kata akris memiliki arti yang jelas dalam bahasa Yunani kuno.

2.    Kesesuaian dengan Hukum Taurat: Diet belalang adalah makanan halal.

3.    Konsistensi Naratif: Diet ini secara sempurna melengkapi gambaran Yohanes Pembaptis sebagai seorang asketik radikal yang hidup di padang gurun, sepenuhnya bergantung pada penyediaan Tuhan dan menolak kenyamanan duniawi.

Kesimpulan: Sintesis Historis-Teologis dan Implikasi Praktis

    Pada akhirnya, makanan Yohanes Pembaptis bukan sekadar detail historis tentang apa yang dimakan seorang nabi di padang gurun. Sebaliknya, ia adalah pernyataan teologis yang mendalam dan berlapis-lapis. Secara historis, diet ini mencerminkan kehidupan yang mengandalkan penyediaan Tuhan (madu) di tengah kesederhanaan yang keras (belalang).2 Secara teologis, hal ini melambangkan identitasnya sebagai Elia yang baru dan perwujudan pesan pertobatannya yang tegas—berkat bagi mereka yang bertobat dan penghakiman bagi mereka yang menolak.16

        Gaya hidup Yohanes Pembaptis, yang diwujudkan melalui makanannya, menawarkan teladan abadi tentang pertobatan, kerendahan hati, dan kepercayaan pada penyediaan Tuhan.2 Ia menyerukan sebuah kehidupan yang bebas dari ketergantungan pada kekayaan dan kenyamanan duniawi, dengan fokus pada misi spiritual.5 Dalam dunia yang sering kali terobsesi dengan materi dan status, teladan Yohanes Pembaptis mengingatkan kita akan nilai-nilai spiritual yang mendalam, yang berakar pada penyangkalan diri dan kepatuhan radikal pada panggilan Tuhan. Laporan ini, dengan menelusuri perdebatan historis dan mengupas makna simbolis yang berlapis, berfungsi sebagai panduan yang otoritatif bagi pembaca yang ingin memahami kedalaman dan kekayaan narasi Alkitab, melampaui interpretasi permukaan.

Rujukan

1.    Elijah and John, the Baptist | Saxum, diakses September 8, 2025, https://www.saxum.org/elijah-and-john-the-baptist/

2.    Matthew 3:4 Study Bible: Now John himself wore clothing made of camel's hair and with a leather belt around his waist, and his food was locusts and wild honey., diakses September 8, 2025, https://biblehub.com/study/matthew/3-4.htm

3.    How did John the Baptist have the "spirit and power of Elijah"? - Christianity Stack Exchange, diakses September 8, 2025, https://christianity.stackexchange.com/questions/14020/how-did-john-the-baptist-have-the-spirit-and-power-of-elijah

4.    Apakah Yohanes Pembaptis benar-benar merupakan reinkarnasi ..., diakses September 8, 2025, https://www.gotquestions.org/Indonesia/Yohanes-Pembaptis-reinkarnasi-Elia.html

5.    Topical Bible: Locusts and Wild Honey, diakses September 8, 2025, https://biblehub.com/topical/l/locusts_and_wild_honey.htm

6.    Strong's Greek: 200. ἀκρίς (akris) -- Locust - Bible Hub, diakses September 8, 2025, https://biblehub.com/greek/200.htm

7.    Strong's #200 - ἀκρίς - Old & New Testament Greek Lexical Dictionary - StudyLight.org, diakses September 8, 2025, https://www.studylight.org/lexicons/eng/greek/200.html

8.    113. Apa yang menjadi makanan Yohanes Pembaptis adalah ..., diakses September 8, 2025, https://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=113&res=1000jawaban

9.    Fakta Alkitab :Jenis Belalang Apa Yang Menjadi Makanan Yohanes ..., diakses September 8, 2025, https://www.jawaban.com/read/article/id/2017/05/10/58/170510123716/fakta_alkitabjenis_belalangapa_yang_menjadi_makanan_yohanes_pembabtis

10.  The Gospel of the Ebionites - Early Christian Writings, diakses September 8, 2025, https://www.earlychristianwritings.com/text/gospelebionites.html

11.  Locusts or Pancakes? - The Bart Ehrman Blog, diakses September 8, 2025, https://ehrmanblog.org/locusts-pancakes-members/

12.  Madu - Studi Kamus - Alkitab SABDA, diakses September 8, 2025, https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=madu

13.  John the Baptist's locusts : r/AcademicBiblical - Reddit, diakses September 8, 2025, https://www.reddit.com/r/AcademicBiblical/comments/p3t2wu/john_the_baptists_locusts/

14.  #Express: Jika St. Yohanes Pembaptis Hidup di Zaman Now ..., diakses September 8, 2025, https://www.youcat.id/article/jika-st-yohanes-pembaptis-hidup-di-zaman-now/

15.  Topical Bible: Asceticism: The Practice of John the Baptist, diakses September 8, 2025, https://biblehub.com/topical/naves/a/asceticism--the_practice_of_john_the_baptist.htm

16.  Lessons from Locusts and Wild Honey - Sermon Podcast | Church of St. James the Less, diakses September 8, 2025, https://www.stjamesscarsdale.org/podcasts/sermon-podcast/2023-12-10-lessons-from-locusts-and-wild-honey

17.  7 Hal Profetik yang Dinyatakan Allah Lewat Hidup Yohanes Pembaptis - Jawaban.com, diakses September 8, 2025, https://www.jawaban.com/read/article/id/2017/03/13/58/170313161140/7_hal_profetik_yang_dinyatakan_allah_lewat_hidup_yohanes_pembaptis

18.  "Belalang Lambang Kepatuhan" - Elohim Ministry, diakses September 8, 2025, https://elohim.id/belalang-lambang-kepatuhan/

19.  Apa yang dapat kita pelajari dari kehidupan Yohanes Pembaptis? - Got Questions, diakses September 8, 2025, https://www.gotquestions.org/Indonesia/orang-alkitab-yohanes-pembaptis.html

 

Mengapa September sampai Desember bukan Bulan 7 sampai 10 tapi 9 Sampai 12?

Misteri Angka yang Tak Sesuai: Mengapa September dan Bulan Lainnya "Salah Hitung"? Mengungkap Jejak Sejarah Kalender Romawi

Dalam sistem penanggalan yang kita gunakan sehari-hari, sebagian besar dari kita akrab dengan nama-nama bulan yang berasal dari bahasa Latin, yang sering kali memiliki makna yang kaya akan mitologi dan sejarah. Namun, sebuah teka-teki kecil tersembunyi di balik nama-nama bulan di pengujung tahun. Nama September, Oktober, November, dan Desember secara harfiah berarti "bulan ketujuh," "bulan kedelapan," "bulan kesembilan," dan "bulan kesepuluh" dalam bahasa Latin. Meskipun demikian, dalam kalender modern, bulan-bulan ini masing-masing menempati urutan kesembilan, kesepuluh, kesebelas, dan keduabelas.

Mengapa ada ketidaksesuaian yang begitu mencolok ini? Apakah ini sebuah kesalahan yang tidak pernah diperbaiki? Sebuah kebetulan? Atau ada cerita yang jauh lebih dalam di baliknya? Laporan ini berargumen bahwa ketidaksesuaian tersebut bukanlah sebuah kesalahan, melainkan sebuah "fosil linguistik dan historis"—sebuah warisan yang bertahan dari serangkaian reformasi kalender yang diprakarsai oleh pemimpin-pemimpin Romawi Kuno. Penamaan yang tampaknya anomali ini adalah petunjuk berharga yang membawa kita kembali ke akar sistem penanggalan yang kini mengatur sebagian besar dunia. Jawaban atas pertanyaan ini mengharuskan kita untuk melakukan perjalanan waktu dan memahami bagaimana peradaban kuno membentuk persepsi mereka tentang waktu.

 

Untuk memahami teka-teki ini, kita harus kembali ke awal sejarah Roma, pada abad ketujuh Sebelum Masehi (SM). Pada masa Romulus, pendiri legendaris Roma, diperkenalkanlah sistem penanggalan yang sama sekali berbeda dari yang kita kenal sekarang.1 Kalender Romawi pertama ini, yang diyakini berasal dari kalender Romulus, hanya terdiri dari 10 bulan dan berorientasi pada gerakan bulan. Perbedaan paling mendasar dari kalender ini adalah bahwa tahun tidak dimulai pada Januari, melainkan pada bulan Maret.3

Bulan pertama, Mensis Martius (Maret), dinamai dari Mars, Dewa Perang Romawi.3 Penamaan ini sangat masuk akal bagi sebuah kekaisaran yang dibangun di atas penaklukan, di mana aktivitas militer sering kali dimulai setelah musim dingin berakhir. Bulan-bulan berikutnya dinamai dari dewa-dewi dan festival penting, seperti

Mensis Aprilis (April) yang mungkin berasal dari nama Apru, dewi Aphrodite 5,

Mensis Maius (Mei) yang dinamai dari Maia 3, dan

Mensis Iunius (Juni) yang diambil dari nama dewi Juno.6

Titik krusial yang secara langsung memunculkan teka-teki ini adalah penamaan bulan-bulan selanjutnya. Setelah bulan keempat, bangsa Romawi tidak lagi menggunakan nama dewa atau festival. Sebaliknya, mereka beralih menggunakan angka urutan dalam bahasa Latin untuk menamai bulan-bulan berikutnya.7 Bulan kelima dinamai

Quintilis, bulan keenam Sextilis, dan seterusnya. Bulan ketujuh dinamai Mensis September yang berasal dari kata septem (tujuh).5 Bulan kedelapan dinamai

Mensis Oktober dari kata octo (delapan).5 Kemudian, bulan kesembilan disebut

Mensis November dari kata novem (sembilan), dan bulan kesepuluh adalah Mensis Desember dari kata decem (sepuluh).4

Kalender 10-bulan ini memiliki satu kekurangan yang menonjol: kalender ini tidak mencakup musim dingin, menyisakan periode "tak bernama" selama sekitar 60 hari.4 Hal ini mencerminkan cara pandang bangsa Romawi kuno terhadap waktu. Bagi mereka, waktu hanya penting dan perlu diukur ketika ada aktivitas signifikan yang terjadi, seperti pertanian dan perang. Musim dingin dianggap sebagai periode inersia yang tidak perlu dihitung. Penggunaan nama-nama numerik di akhir kalender adalah konsekuensi langsung dari pandangan dunia ini, sebuah fakta yang secara tidak sengaja menciptakan anomali yang akan bertahan hingga ribuan tahun kemudian.

Untuk visualisasi yang lebih jelas, berikut adalah struktur kalender Romulus kuno:

Tabel 1: Kalender Romulus Kuno (10 Bulan)

Nama Latin

Nama Indonesia

Arti

Urutan Asli

Mensis Martius

Maret

Bulan Mars

Pertama

Mensis Aprilis

April

Bulan Apru (Aphrodite)

Kedua

Mensis Maius

Mei

Bulan Maia

Ketiga

Mensis Iunius

Juni

Bulan Juno

Keempat

Mensis Quintilis

Quintilis

Bulan Kelima

Kelima

Mensis Sextilis

Sextilis

Bulan Keenam

Keenam

Mensis September

September

Bulan Ketujuh

Ketujuh

Mensis Oktober

Oktober

Bulan Kedelapan

Kedelapan

Mensis November

November

Bulan Kesembilan

Kesembilan

Mensis Desember

Desember

Bulan Kesepuluh

Kesepuluh

Kalender 10-bulan Romulus tidak akurat secara astronomis karena tidak sinkron dengan siklus matahari dan musim.2 Sekitar 690 SM, Raja kedua Roma, Numa Pompilius, melakukan reformasi pertama yang signifikan dengan menambahkan dua bulan baru ke dalam kalender.3 Kedua bulan ini adalah

Januarius (Januari) dan Februarius (Februari).

Raja Numa Pompilius menambahkan bulan-bulan ini dengan makna yang mendalam. Januarius dinamai dari dewa Romawi, Janus, dewa permulaan, akhir, dan transisi, yang sering digambarkan memiliki dua wajah yang menghadap ke masa lalu dan masa depan.3 Numa Pompilius menempatkan Januari di awal tahun untuk menandai awal tahun yang baru, sebuah tradisi yang masih kita ikuti hingga hari ini. Sementara itu,

Februarius dinamai dari februa, sebuah festival pemurnian yang diadakan setiap 15 Februari.3

Penambahan dua bulan ini adalah langkah pertama untuk menyelaraskan kalender Romawi yang awalnya terikat pada siklus bulan dengan siklus matahari dan musim.1 Hal ini menunjukkan adanya perubahan pemahaman tentang waktu, dari berbasis pada ritual dan perang menjadi berbasis pada siklus astronomi yang lebih teratur. Namun, meskipun penambahan bulan ini menciptakan sistem 12-bulan, anomali penamaan belum sepenuhnya muncul pada tahap ini.

Ada perbedaan narasi historis mengenai posisi awal bulan-bulan baru ini. Sebagian sumber menyatakan bahwa Januari dan Februari ditempatkan di awal tahun oleh Numa Pompilius.3 Namun, ada juga pandangan yang lebih bernuansa bahwa kedua bulan ini awalnya ditambahkan di akhir kalender, dan baru kemudian dipindahkan ke posisi awal oleh reformasi Julius Caesar.10 Terlepas dari posisi awalnya, keberadaan mereka menciptakan sistem 12-bulan yang secara logis akan menggeser urutan bulan-bulan numerik yang sudah ada. Namun, pada tahap ini, belum ada perubahan nama yang terjadi, yang menciptakan panggung untuk anomali yang lebih besar.

Meskipun kalender Numa Pompilius sudah memiliki 12 bulan, kalender ini masih belum sempurna dan terus melenceng dari musim.2 Puncak dari reformasi kalender Romawi terjadi pada tahun 45 SM, ketika Julius Caesar mengambil alih kekuasaan. Dengan bantuan astronomnya, Sosigenes dari Alexandria, Caesar mereformasi kalender Romawi secara drastis, menciptakan apa yang kemudian dikenal sebagai Kalender Julian.2

Reformasi yang dilakukan Julius Caesar sangat monumental. Ia mengubah kalender dari sistem berbasis bulan menjadi sistem berbasis matahari (kalender surya) dengan menetapkan panjang tahun menjadi 365,25 hari. Untuk memastikan akurasi, ia memperkenalkan konsep tahun kabisat, di mana satu hari ditambahkan setiap empat tahun sekali.2 Hal yang paling penting dalam konteks teka-teki ini adalah keputusan Caesar untuk menetapkan

1 Januari sebagai awal tahun baru secara resmi.2

Keputusan ini adalah penyebab langsung dan utama dari pergeseran urutan bulan-bulan numerik. Dengan memindahkan awal tahun dari Maret ke Januari, semua bulan berikutnya secara otomatis digeser maju dua posisi.

·         Quintilis (bulan kelima) sekarang menjadi bulan ketujuh.

·         Sextilis (bulan keenam) sekarang menjadi bulan kedelapan.

·         September (bulan ketujuh) sekarang menjadi bulan kesembilan.

·         Oktober (bulan kedelapan) sekarang menjadi bulan kesepuluh.

·         November (bulan kesembilan) sekarang menjadi bulan kesebelas.

·         Desember (bulan kesepuluh) sekarang menjadi bulan keduabelas.

Tujuan utama Julius Caesar dalam melakukan reformasi ini adalah untuk mencapai akurasi astronomi, yaitu menyelaraskan kalender dengan panjang tahun matahari.2 Ketidaksesuaian penamaan yang terjadi adalah efek samping yang tidak signifikan di mata para reformis pada saat itu. Fokus mereka adalah pada fungsi dan akurasi, bukan pada keselarasan etimologis. Pergeseran ini bukanlah "kesalahan," tetapi konsekuensi logis dari perubahan fundamental pada sistem penanggalan.

Berikut adalah perbandingan yang menunjukkan pergeseran yang terjadi:

Tabel 2: Pergeseran Urutan Bulan Pasca-Reformasi Julian

Nama Latin

Urutan di Kalender Romulus (10 bulan)

Urutan Setelah Pergeseran (Kalender Julian)

Mensis Martius

Pertama

Ketiga

Mensis Aprilis

Kedua

Keempat

Mensis Maius

Ketiga

Kelima

Mensis Iunius

Keempat

Keenam

Mensis Quintilis

Kelima

Ketujuh

Mensis Sextilis

Keenam

Kedelapan

Mensis September

Ketujuh

Kesembilan

Mensis Oktober

Kedelapan

Kesepuluh

Mensis November

Kesembilan

Kesebelas

Mensis Desember

Kesepuluh

Keduabelas

 

Di tengah semua reformasi ini, sebuah pertanyaan lain muncul: jika ketidaksesuaian penamaan adalah masalah, mengapa hanya dua bulan yang namanya diubah? Jawabannya terletak pada motivasi yang berbeda: politik dan penghormatan pribadi.

Di bawah Kalender Julian, bulan Quintilis (bulan kelima) diubah namanya menjadi Iulius (Juli).6 Perubahan ini dilakukan untuk menghormati Julius Caesar, yang lahir di bulan tersebut.11 Setelah kematiannya, para pemimpin Romawi ingin mengabadikan namanya dalam kalender yang ia reformasi.

Kemudian, penerus dan keponakannya, Kaisar Augustus, juga ingin diabadikan dalam kalender. Bulan Sextilis (bulan keenam) diubah namanya menjadi Augustus (Agustus).12 Perubahan nama ini dilakukan sebagai penghormatan atas keberhasilannya memperluas Kekaisaran Romawi.12

Perubahan nama Juli dan Agustus adalah sebuah kasus khusus yang didorong oleh politik dan ego kekuasaan. Tindakan ini menunjukkan bahwa mengubah nama bulan sama sekali bukan hal yang tidak mungkin dilakukan oleh bangsa Romawi. Sebaliknya, hal itu hanya dilakukan ketika ada motivasi yang sangat kuat di luar logika atau konsistensi penanggalan. Fakta bahwa mereka secara selektif mengubah nama hanya untuk bulan-bulan yang terkait dengan pemimpin besar ini membuktikan bahwa tidak ada alasan politis atau praktis yang cukup kuat untuk mengubah nama September, Oktober, November, dan Desember, meskipun mereka sudah "salah hitung."

 

Akhirnya, kita sampai pada jawaban inti dari teka-teki ini: mengapa nama-nama September, Oktober, November, dan Desember tidak diubah agar sesuai dengan urutan barunya? Jawabannya dapat dirangkum dalam dua faktor utama: kelembaman historis dan kurangnya motivasi.

Nama-nama bulan seperti September dan Desember telah mengakar kuat dalam budaya dan bahasa Romawi selama berabad-abad sejak era kalender 10-bulan.10 Nama-nama ini sudah menjadi nama yang akrab dan mapan. Upaya untuk mengubah nama-nama ini—tanpa adanya dorongan politik yang kuat seperti pada kasus Juli dan Agustus—akan menjadi langkah yang tidak perlu dan tidak praktis.

Faktor yang paling penting adalah bahwa para reformis, terutama Julius Caesar, tidak peduli dengan konsistensi penamaan. Fokus utama mereka adalah memperbaiki ketidakakuran astronomi kalender dan, dalam kasus Augustus, menggunakan kalender sebagai alat untuk memproyeksikan kekuasaan.10 Tidak ada manfaat atau keuntungan politik untuk mengubah nama-nama tersebut. Sebuah sumber bahkan secara eksplisit menyatakan bahwa "Mereka tidak pernah peduli untuk mengganti nama bulan-bulan lain yang sekarang memiliki awalan yang tidak benar".10 Pernyataan ini memberikan jawaban yang paling lugas dan akurat, menegaskan bahwa anomali ini adalah cerminan dari prioritas yang berbeda pada saat itu.

Secara lebih luas, anomali ini adalah cerminan dari cara manusia membangun sistem: bukan dari nol dengan logika yang sempurna, melainkan dengan menumpuk perbaikan dan modifikasi di atas fondasi yang sudah ada. Kalender yang kita gunakan sekarang adalah "arsip hidup" yang menceritakan kisahnya sendiri melalui nama-nama yang tampaknya tidak logis. Ini adalah contoh sempurna tentang bagaimana sejarah, politik, dan bahasa saling terkait erat dalam membentuk sistem yang kita gunakan sehari-hari.

Perjalanan waktu kita melalui sejarah kalender Romawi mengungkapkan sebuah narasi yang menarik. Dimulai dari kalender 10-bulan yang terikat pada siklus pertanian dan perang, kalender kita kemudian diperluas oleh Numa Pompilius dan direformasi secara radikal oleh Julius Caesar. Keputusan krusial untuk menjadikan Januari sebagai awal tahun baru adalah penyebab langsung dari pergeseran urutan numerik. Sementara itu, nama-nama Juli dan Agustus diubah karena alasan politik, sebuah fakta yang secara ironis menunjukkan bahwa perubahan nama untuk bulan-bulan lain dapat saja terjadi, tetapi tidak pernah dianggap perlu.

Jadi, mengapa September sampai Desember bukan bulan ketujuh sampai kesepuluh? Jawabannya adalah karena mereka memang pernah menjadi bulan-bulan tersebut. Ketidaksesuaian yang kita lihat hari ini adalah jejak berharga dari sejarah kalender, sebuah warisan yang bertahan karena tidak ada alasan yang cukup kuat untuk mengubahnya. Fenomena ini mengajarkan kita bahwa sistem yang kita anggap sebagai hal yang wajar adalah produk dari evolusi yang panjang, kompromi historis, dan cerminan dari nilai-nilai sebuah peradaban kuno, bukan sekadar sebuah kesalahan.

Rujukan

1.    Sejarah Panjang Kalender Masehi - detikcom, diakses September 14, 2025, https://www.detik.com/jatim/berita/d-7119999/sejarah-panjang-kalender-masehi

2.    Sejarah Singkat Kalender Masehi - RRI.co.id, diakses September 14, 2025, https://rri.co.id/iptek/1220917/sejarah-singkat-kalender-masehi

3.    Sejarah Penamaan Bulan pada Kalender Masehi, Januari dari ..., diakses September 14, 2025, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6502339/sejarah-penamaan-bulan-pada-kalender-masehi-januari-dari-nama-dewa

4.    Kalender Romawi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses September 14, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Romawi

5.    Mengenal Sejarah 12 Nama-nama Bulan Kalender Masehi di ... - Viva, diakses September 14, 2025, https://www.viva.co.id/edukasi/1457743-nama-nama-bulan

6.    Darimana Nama-Nama Bulan Itu Berasal? - RRI, diakses September 14, 2025, https://rri.co.id/iptek/1173032/darimana-nama-nama-bulan-itu-berasal

7.    pembaruan kalender masehi delambre dan implikasinya terhadap jadwal waktu salat, diakses September 14, 2025, https://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ua/article/downloadSuppFile/7995/1104

8.    Sejarah penamaan 12 bulan kalender Masehi dan maknanya - ANTARA News, diakses September 14, 2025, https://www.antaranews.com/berita/4812917/sejarah-penamaan-12-bulan-kalender-masehi-dan-maknanya

9.    Kalender Romawi | S1 | Terakreditasi | Universitas STEKOM Semarang, diakses September 14, 2025, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Kalender_Romawi

10.  ELI5: Kenapa bulan September, Oktober, November, dan Disember ada awalan untuk 7,8,9, dan 10, tapi sebenarnya bulan ke-9, ke-10, ke-11, dan ke-12? : r/explainlikeimfive - Reddit, diakses September 14, 2025, https://www.reddit.com/r/explainlikeimfive/comments/3uqtjf/eli5why_do_the_months_september_october_november/?tl=ms

11.  Bagaimana Sejarah Bulan Juli, Yuk cek - RRI.co.id, diakses September 14, 2025, https://rri.co.id/bintuhan/hiburan/808470/bagaimana-sejarah-bulan-juli-yuk-cek

12.  Asal Usul Kata Agustus - RRI, diakses September 14, 2025, https://rri.co.id/daerah/1740490/asal-usul-kata-agustus

13.  Asal Usul Nama Bulan dalam Kalender Masehi - IDN Times, diakses September 14, 2025, https://www.idntimes.com/science/discovery/asal-usul-nama-bulan-dalam-kalender-masehi-c1c2-01-mfwcp-bx90pk