Inilah bentuk dan gaya tarian Yora yang terpelihara dengan baik
di kelurahan Lirang Kecamatan Lembeh Utara Kota Bitung.
Di Kota Bitung sempat muncul komplen dari pejabat dan masyarakat bahwa Yora adalah tarian masyarakat Nusa Utara. Suatu pengakuan yang keliru. Masyarakat Nusa Utara tidak memiliki tradisi tarian Yora. Kalau pun ada dan sering ada ungkapan "Yora!" terdengar, bukan karena ada tarian Yora di Nusa Utara. Itu hanyalah bentuk peniruan tarian Yora dari Halmahera ketika orang Nusa Utara sedang ber-masamper ria. Di saat masamper di bangsal (bukan masamper lomba, ya!) dan lagunya penuh semangat dan ceria, maka peserta masamper akan beranjak dari tempat duduk lalu menari-nari. Tarian yang dilakukan adalah gaya tarian Yora dari Halmahera itu.
Salah satu "laboratorium" pembinaan dan pelestarian Tarian Yora di Kota Bitung adalah Kelurahan Lirang di Kecamatan Lembeh Utara. Kelurahan ini berpenduduk mayoritas etnis Loloda dari Halmahera. Bukan etnis Nusa Utara. Sebagai "laboratorium" budaya, masyarakat Lirang memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka dari Halmahera khususnya Loloda. Selain tari Yora, di sana bisa ditemukan atraksi lain seperti tari Cakalele, upacara perkawinan adat, acara tradisi potong gigi, upacara cuci kaki dll.
Mengapa Nusa Utara bukan pemilik Tarian Yora? Alasan pertama, karena memang tidak ada tarian Yora di sana. Kedua, kata "Yora" tidak ada dalam kosa kata bahasa Sangihe maupun Talaud. Ketiga, dalam bahasa Sangihe, tidak ada satu pun kosa kata yang menggunakan fonem (huruf) Y. Dalam Kamus Sangihe-Belanda Sangirees-Nederlands Woordenboek met Nederlands –Sangirees Register yang disusun oleh K.G.F. Steller dan W.E. Aebersold, terbit tahun 1959, tidak ditemukan kata Yora, bahkan huruf Y pun tidak ada dalam bahasa Sangihe..
Tari Yora sebenarnya, secara de facto dan de yure, adalah tradisi budaya masyarakat Halmahera Maluku. Tarian ini memiliki nilai falsafah dan lahir dengan diilhami oleh gerakan burung bidadari (burung taon) ketika menyongsong pagi hari di puncak pohon di hutan-hutan Halmahera. Tarian Yora sendiri, merupakan tarian yang sangat populer di Kabupaten Halmahera Utara bahkan telah menjadi tarian "wajib" di acara-acara resmi maupun semi resmi.
Nilai filosifis di balik ritme dan gerak tarian itu yakni, menghadap arah timur tempat matahari terbit, di mana dua ekor burung taon (burung bidadari) mengepak-ngepakkan sayapnya menyambut pagi untuk memulai aktivitas dengan penuh semangat.
Tari Yora biasanya dilakukan secara bersama-sama baik pria maupun wanita pada saat aba-aba diberikan oleh pemimpin ronggeng. Tarian ini dilaksanakan ketika ada acara atau hajatan dan dijadikan pengisi acara hiburan sekaligus "pembunuh" rasa bosan dan kelelahan saat ada acara penting. Bilamana suasana sudah agak membosankan atau sudah mulai tidak terkendali, maka pemimpin acara (seperti sidang atau rapat) akan meminta hadirin untuk ber-yora bersama-sama dan harus diikuti semua hadirin.
Sebagai tanda kebanggaan atas tarian tradisi Halmahera ini, maka pada tahun 2012 saat pelaksanaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara di Tobelo, logo kongres tersebut didesain dengan maskot dua burung taon yang menari seperti di bawah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar