Minggu, 20 April 2025

Mengenal Lebih Jauh Bahasa Melayu Manado

  
Pelabuhan Manado di Awal Abad XX (pinterest.com)

 
Bahasa Melayu Manado adalah bahasa pengantar dalam pergaulan sehari-hari di Sulawesi bagian Utara. Disebut Sulawesi bagian Utara karena penuturnya tidak hanya warga kota Manado, melainkan mencakup seluruh daerah di Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Karena luasnya cakupan penutur ini, bahasa Melayu Manado menjadi bahasa kedua setelah bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa daerah masing-masing hanya digunakan terbatas di daerah bersangkutan. Dengan demikian penutur bahasa di kawasan Sulawesi bagian Utara merupakan tribasawan yakni penutur tiga bahasa. Namun sangat disayangkan, akibat perkembangan dan kemajuan bidang pendidikan dan pergaulan bahasa daerah di banyak daerah terutama di Sulawesi Utara mengalami degradasi. Generasi mudanya sudah banyak tidak menggunakannya dalam pergaulan sehari-hari karena tergantikan dengan bahasa Melayu Manado.
    Sebagai bahasa kedua setelah bahasa Indonesia, bahasa Melayu Manado mampu mempersatukan antaretnis dan antardaerah di Sulawesi Utara, Gorontalo dan sebagian Sulawesi Tengah. Efek penggunaannya cukup dahsyat. Dalam keseharian, masyarakat mulai jarang menggunakan bahasa daerah setempat. Bahasa Melayu Manado mendominasi percakapan mulai dalam keluarga hingga dalam masyarakat, bahkan di lembaga pendidikan dan pemerintahan.
    Bahasa Melayu Manado pada hakekatnya bukanlah bahasa daerah. Ia juga bukanlah bahasa Melayu pasar atau pijin (pidgin) melainkan bahasa kreol. Jika melayu pasar adalah alat komunikasi sosial dalam kontak yg singkat (misalnya dalam perdagangan) antara orang-orang yg berlainan bahasanya, maka bahasa kreol adalah bahasa hasil perkembangan dari pijin. Bahasa kreol adalah bahasa yang berkembang dari campuran dua atau lebih bahasa dan menjadi bahasa ibu bagi suatu komunitas. Jika pijin tidak memiliki struktur kebahasaan dan gramatikanya, maka bahasa kreol telah memiliki gramatika yg tetap serta digunakan secara tetap dalam komunitas yg luas sehingga menjadi bahasa ibu.
    Sebagai contoh bahasa kreol lainnya di dunia meliputi: 

    1. Kreol Berbasis Bahasa Inggris
  • Jamaican Patois (Jamaika) -- Digunakan di Jamaika dan memiliki pengaruh dari bahasa Afrika Barat dan Inggris.
  • Tok Pisin (Papua Nugini) -- Bahasa resmi di Papua Nugini, dengan dasar bahasa Inggris dan pengaruh dari bahasa lokal serta Jerman.
  • Krio (Sierra Leone) -- Dituturkan di Sierra Leone dan memiliki pengaruh dari bahasa Inggris, Afrika, dan Portugis.
  • Hawaiian Creole English (Hawaii, AS) -- Disebut juga "Pidgin," digunakan oleh sebagian besar penduduk Hawaii.
    2. Kreol Berbasis Bahasa Prancis
  • Haitian Creole (Haiti) -- Bahasa resmi Haiti bersama dengan Prancis, berkembang dari bahasa Prancis dengan banyak unsur dari bahasa Afrika Barat.
  • Louisiana Creole (AS) -- Digunakan di Louisiana, AS, dengan dasar bahasa Prancis dan pengaruh dari bahasa Spanyol serta Afrika.
  • Seychellois Creole (Seychelles) -- Salah satu bahasa resmi Seychelles, berasal dari bahasa Prancis dengan tambahan kosakata dari Afrika dan Asia.
  • Mauritian Creole (Mauritius) -- Dituturkan di Mauritius dan berbasis Prancis dengan beberapa kata dari bahasa Afrika dan India.
    3. Kreol Berbasis Bahasa Portugis
  • Papiamento (Aruba, Bonaire, Curaçao) -- Digunakan di Karibia Belanda dan memiliki pengaruh dari bahasa Spanyol, Belanda, dan Afrika.
  • Kriolu (Cape Verde dan Guinea-Bissau) -- Merupakan variasi dari kreol Portugis yang banyak digunakan di Afrika Barat.
  • Forro (São Tomé dan Príncipe) -- Dituturkan di pulau São Tomé dan Príncipe, berkembang dari bahasa Portugis dengan unsur bahasa Afrika.
    4. Kreol Berbasis Bahasa Spanyol
  • · Chavacano (Filipina) -- Dituturkan di beberapa wilayah Filipina, terutama di Zamboanga, dengan dasar bahasa Spanyol dan pengaruh dari bahasa Austronesia serta Tagalog.

    5. Kreol Berbasis Bahasa Belanda
  • Afrikaans (Afrika Selatan, Namibia) -- Awalnya merupakan bahasa kreol Belanda yang berkembang menjadi bahasa mandiri dengan pengaruh dari bahasa Khoisan, Melayu, dan Portugis.
  • Negerhollands (Virgin Islands, AS - punah) -- Kreol berbasis Belanda yang pernah digunakan di Kepulauan Virgin tetapi kini sudah punah.
  • Dan tentunya juga bahasa Melayu Manado yang banyak dipengaruhi bahasa Belanda, Portugis, Ternate dan Arab di samping bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia sebagai basisnya.
    Bahasa-bahasa kreol ini menunjukkan bagaimana interaksi antarbudaya, terutama akibat kolonialisme dan perdagangan, menciptakan bahasa baru yang unik dan berkembang menjadi alat komunikasi utama bagi masyarakat tempat berkembangnya.
    Sebagai bahasa pengantar antaretnis dan antardaerah di Sulawesi bagian Utara, bahasa Melayu Manado diperkirakan digunakan oleh sekitar 7 juta penutur sesuai jumlah penduduknya yang terdiri dari:
  1. Sulawesi Utara : 2.650.000 jiwa
  2. Gorontalo : 1.250.000 jiwa
  3. Sulawesi Tengah : 3.200.000
  4. Warga diaspora di dalam dan luar negeri (belum ada data ril)
Khusus Sulawesi Tengah tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Melayu Manado. Alasannya, karena ada daerah-daerah tertentu yg menggunakan bahasa daerah setempat sebagai bahasa ibu di samping bahasa Indonesia. Kala berhadapan dengan penutur bahasa daerah lain, maka digunakanlah bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu Manado.
    Dalam Kamus Bahasa Melayu Manado ini, basis utama kosakatanya adalah bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Selain basis utama, ditemukan pula data pengaruh bahasa-bahasa sumber di luar bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang meliputi:
  1. Bahasa Belanda lebih dari 900 kata
  2. Bahasa Ternate lebih dari 200 kata
  3. Bahasa Sansekerta lebih dari 100 kata
  4. Bahasa Portugis lebih dari 90 kata
  5. Bahasa Arab lebih dari 90 kata
  6. Bahasa-bahasa di Minahasa lebih dari 50 kata
  7. Bahasa Sangihe lebih dr 50 kata
  8. Bahasa Cina lebih dari 50 kata
  9. Bahasa Jawa lebih dari 30 kata
  10. Sisanya berupa serapan dari bahasa Minangkabau, Jakarta, Sunda, Gorontalo, Bolaang Mongondow dan lain-lain.
    Kreolisasi bahasa Melayu Manado diperkirakan terjadi sejak abad ke-16 di mana para pedagang dari Johor Malaysia dan Riau membawa pengaruh bahasa Melayu ke Maluku Utara. Mereka membawa bahasa Melayu “Bazaar” ke Maluku Utara terutama Ternate. Di Ternate terjadilah bahasa pijin. Bahasa pijin inilah kemudian dibawa ke Manado oleh para pedagang. Para pedagang yg datang berasal dari berbagai penjuru meliputi pedagang dari Sumatera, Jawa, Malaysia, Arab, India (Gujarat), Spanyol, Portugis dan terutama Belanda.
    Dengan melihat kondisi awal kreolisasi dimaksud, dapat dikatakan proses kreolisasi pertama terjadinya bukanlah di Manado melainkan di Ternate, Maluku Utara. Para pedagang dr berbagai tempat yg berdagang rempah-rempah di Ternate kemudian menuju Manado dengan membawa bahasa pijinnya sekitar tahun 1500-an. Bahasa pijin ini pun bisa diterima penutur bahasa daerah di pesisir Sulawesi bagian Utara sebagai alat komunikasi dengan pedagang yg tidak memahami bahasa daerah setempat. Akibatnya, bahasa pijin menjadi bahasa kedua dan ketiga di Sulwesi bagian Utara.
    Bahasa Melayu Manado telah digunakan secara luas di Sulawesi bagian Utara dengan jumlah penutur mencapai jutaan. Dengan demikian, perlu kiranya para ahli bahasa di Sulawesi bagian Utara (Sulut, Gorontalo dan Sulteng) duduk satu meja membahas pembakuan gramatika dan kosa kata bahasa Melayu Manado. 
Pelabuhan Manado Dewasa ini (https://manado.tribunnews.com)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar