Di Republik Malagasi (Madagaskar) –terutama di kota Antannarivo, Tamatava, dan Pinohipe— cukup banyak orang-orang yang disebut sebagai Suku Morin. Siapa sesungguhnya suku Morin?
Mereka adalah orang-orang Manganitu, Sangihe yang merupakan turunan dari sanak keluarga Raja Kerajaan Manganitu Don Marthin Lasaru (1725-1750).
Tahun 1750 adalah waktu paling memilukan bagi Raja Don Marthin Lasaru. Sebagaimana nasib raja-raja di tanah Sangihe yang diasingkan ke berbagai tempat, karena gencar melawan penjajahan Belanda (VOC), Raja keenam Kerajaan Manganitu ini dibuang ke Madagaskar bersama 45 anggota keluarga yang loyal padanya.
Raja Don Marthin Lasaru adalah putra Raja Dotulong Takaengetang (1694–1725), ibunya Putri Kerajaan Paghulu. Ini sebabnya, ketika ia berkuasa pemerintahan Kerajaan Manganitu dipusatkan di Paghulu.
Di Republik Malagasi saat ini, keturunan Raja Lasaru beserta 45 anggota keluarga Kerajaan itu tersebar di beberapa daerah di sana.
Beberapa daerah yang ditempati orang-orang Sangihe Manganitu ini dinamakan sendiri oleh orang Sangihe sebagai tempat mereka berdomisili.
Di Kota Antannarivo, orang-orang Malagasi menyebut keturunan raja yang diasingkan itu sebagai Suku Morin.
Morin artinya diasingkan atau suku terasing dari Kerajaan Manganitu.
Masyarakat Kerajaan Manganitu yang ada di Manganitu dan Paghulu yang tidak diasingkan menyebut raja di tempat pembuangan itu sebagai: “Ilaha i tuan su kamu” (Raja berada di kaam de geode hoop).
Kerajaan Manganitu terletak di Pulau Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Kerajaan Manganitu juga disebut Kerajaan Kauhis, Berdiri pada tahun 1600 di bawah pemerintahan Raja Boo atau Liung Tolosang menantu dari Kulane Ansiga dari Kerajaan Salurang.
(Dari Berbagai Sumber)
Penulis: Iverdixon Tinungki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar