Mengenal Pakaian adat Sangihe yang dikenakan di setiap pelaksanaan upacara adat Tulude.
Pakaian adat Sangihe adalah pakaian yg dikenakan secara khusus pada acara-acara atau ritual adat, terutama pada hajatan upacara adat tulude yang dilaksanakan setiap akhir bulan Januari atau awal bulan Februari. Selain dikenakan pada ritual upacara adat tulude, juga dikenakan pada acara penjemputan tamu penting, naik rumah baru, peluncuran perahu dll.
Secara umum, pakaian adat Sangihe terdiri atas beberapa jenis seperti terurai di bawah ini:
1. Laku Tepu
Laku tepu adalah pakaian adat untuk laki-laki maupun perempuan. Namun bagi laki-laki berupa busana panjang hingga ke mata kaki berlengan panjang tanpa kerah, tanpa belahan di bagian leher, dipasangkan dengan celana panjang. Bagi perempuan panjang hingga ke lutut atau separuh betis dan dipasangkan dengan rok hingga ke mata kaki. Dahulu bahan laku tepu terbuat dari serat kofo atau hote atau pisang abaka yang ditenun. Laku tepu laki-laki dipadukan pula dengan ikat pinggang bahan kain serupa selebar 15 cm panjang kira-kira 2 meter dilingkar ke pinggang, diikatkan di sebelah kanan dan kedua ujungnya dibiarkan terurai ke bawah. Sedangkan pada perempuan dipadukan dengan selendang yg melingkar dari bahu kanan lalu disimpul ke pinggang kiri untuk perempuan yg sudah menikah, dan dari bahu kiri dan disimpul ke pinggang kanan untuk anak gadis. Selendang ini disebut bawandang; Laku tepu pria dikenakan oleh pemimpin dan tokoh adat yg akan melakukan ritual adat (pemotong tamo, pembawa tatahulending, penabuh tagonggong, dll). sedangkan laku tepu perempuan dikenakan siapa saja yg mampu menyediakannya.
![]() |
model laku tepu laki-laki |
![]() |
model laku tepu perempuan |
2. Baniang
Baniang adalah kemeja pria tangan panjang hasil modifikasi dr laku tepu yg panjangnya hanya sebatas pinggul, berbelahan dengan kancing di bagian depan.
![]() |
model baniang |
3. Laku kingking/kongkong
Kingking adalah kemeja tanpa lengan dan kongkong adalah celana pendek sebatas lutut digunakan penari adat pria atau pengawal raja dengan warnanya merah. Untuk kongkong bisa merah bisa juga hitam. Kelengkapannya adalah pedang bara dan kellung atau perisai.
![]() |
kingking dan kongkong |
4. Paporong
Paporong atau umbe adalah ikat kepala dari kain segi tiga yang dilipat tiga atau empat selebar kira-kira 10 cm hingga bersisa sudut kain di bagian atas. Paporong diikat ke kepala melingkar dari belakang ke depan kemudian putar ke belakang kepala dan kedua ujungnya diikatkan (disimpul) di belakang kepala. Paporong ini khusus untuk pria. Paporong acara resmi mengikuti ketentuan ini sedangkan paporong sehar-hari untuk ke laut atau ke ladang atau sekadar digunakan di rumah tanpa memperhatikan ketentuan paporong resmi.
- Kain dilipat dua secara diagonal sehingga akan terbentuk segi tiga sama kaki;
- Setelah membentuk segi tiga, kain kemudian dilipat dari bagian sisi alas (sisi lipatan) selebar kira-kira 10 cm. Dilipat beberapa kali sampai akan tersisa sudut kain setinggi sekitar 10-15 cm;
- Kain yang sudah terlipat kemudian dilingkar ke lutut untuk membentuk lingkaran kepala atau bisa dilingkar langsung ke kepala; jika diikat langsung ke kepala, bagian segi tiga diletakkan di belakang kepala lalu bagian lipatan ditarik ke dahi terus dilingkar ke belakang sehingga kedua ujung lipatan bertemu kemudian disimpul (diikat) atau dijahit.
- Setelah selesai melipat dan membeniuk paporong, selanjuinya adalah membentuk tekukan sudut atas (sisa sudul yang sekitar 10-15 cm) untuk memberikan petunjuk siapa gerangan orang yang mengenakan paporong tersebui, Untuk hal ini dapat dibedakan atas lima jenis tekukan sudut paporong sbb:
1) Paporong Mararatu
Paporong ini untuk pemimpin atau raja. Sudut kain ditekuk penuh menutupi bagian ikatan dan ketika dikenakan, baglan ini diletakkan di belakang kepala. lni melambangkan beban tanggung jawab seorang pemirnpin atau raja;
2) Paporong Alabadiri atau Ransa
Sudut kain dan ikatan diletakkan di samping kanan kepala, lalu sudut kain ditekuk ke bawah mendekati bagian ikatan. Ini melambangkan penghormatan dan kepatuhan kepada pemimpin;
Sudut kain dan ikatan diletakkan di bagian belakang kepala, sedangkan sudutnya ditekuk sedikit sehingga kelihatan agak miring sekitar 45 derajat ke belakang. lni melambangkan kedengar-dengaran atau penurutan. Paporong atau umbe ini adalah paporong umum.
4) Paporong Salo
Sudut kain dan ikatan berada di belakang kepala, tapi sudut kain ditekuk ke arah depan sehingga agak menutup bagian ubun-ubun. Ini melambangkan keberanian dan kepeloporan;
5. Bawandang
Bawandang adalah selendang yg dikenakan kepada perempuan sebagai padanan laku tepu perempuan. ukurannya kira-kira lebar 15 cm dan panjang 2 meter. Warnanya menyesuaikan warna laku tepu. Cara menggantung bawandang adalah sbb.:
- bagi perempuan yang sudah menikah digantungkan pada bahu kanan dan turun melingkar ke pinggang kiri lalu disimpul atau bisa juga dijepit menggunakan peniti;
- bagi perempuan yg belum menikah atau gadis digantungkan pada bahu kiri dan turun melingkar ke pinggang kanan lalu disimpul atau bisa juga dijepit menggunakan peniti.
Warna laku tepu, baniang, paporong dan bawandang ketentuannya sbb.:
- Warna kuning emas khusus untuk pemimpin wilayah (dahulu raja), baik untuk gaunnya, ikat pinggang, selendang, paporong maupun baniang.
- Warna hijau untuk wanita.
- Warna ungu untuk pria maupun wanita.
- Warna putih untuk tokoh agama dan tokoh masyarakat.
- Warna hitam untuk celana panjang pria sebagai pasangan baniang.
- Warna merah untuk pengawal pemimpin (dahulu hulubalang) dan para penari salo.
- Warna ledo (tanpa diwarnai atau warna asli serat kofo) untuk khayalak umum.
![]() |
boto pusige |